Akademisi UNIPAS Soroti Pemda Morotai, Terkait Penanganan Maraknya Nelayan Penyelam Pengguna Kompresor dan Panah

MOROTAI, Legion News – Persoalan penangkapan ikan dengan cara menyelam menggunakan Kompresor dan panah, selain merusak habitat ikan, pendapatan nelayan juga ikut menurut. Menurut salah satu nelayan desa Kolorai saat ditemui awak media, Sabtu (25/07).

“Ikan-ikan yang sedang bertelur dibunuh dengan mengunakan panah, sehingga bibit-bibit ikan pun ikut punah,” Kata Lahonti.

Menurutnya dulu para nelayan mengail kurang lebih 200 sampai 300 meter dari kampung, mendapatkan hasil 100 sampai 400 ekor, sekarang 20 ekor pun itu sudah sangat susah untuk dapat.

ia melanjutkan, “semua anak-anak kami sekolah dari hasil mengail, ketika bibit ikan dibunuh, otomatis ikan semakin sedikit, kedepan ikanya tidak ada lagi disekitaran kampung, terus bagaimana dengan masa depan anak-anak kita,” katanya.

Advertisement

“Harus adanya langkah pencegahan terhadap para penyelam yang memakai kompresor dan panah, agar pendapatan nelayan pun kembali seperti yang dulu,” harap Lahanti.

Terpisah, menurut Akademisi penangkapan Universitas Pasifik Morotai Supriyono Ahmad, saat ditemui awak media untuk meminta penjelasan secara akademisi, dirumahnya, Sabtu, (25/07).

Menurutnya, “dalam ilmu penangkapan, menangkap ikan mengunakan kompresor dan panah tidak diperbolehkan dalam keadaan bertelur, sebab populasi ikan akan menurun, apalagi mamakai kompresor dan panah ikan”, ungkap Alumni IPB ini.

Lanjutnya, dengan penurunan pendapatan nelayan desa Kolorai, kemungkinan besar ikan sudah melakukan perpindahan tempat atas gangguan alat kompresor dan panah ikan.

“Karena hewan mengunakan naluri, ketika ia merasa terganggu atau terancam, maka ikan tersebut akan melakukan perpindahan tempat,” jelas Supriyono.

Ia berharap, adanya fungsi kontrol seluruh masyarakat pulau Morotai terhadap penyelam, terutama pihak pemerintah daerah yang mempunyai angaran dan fasilitas lengkap harus melakukan kontrol secara kontinyu.

“Perlu adanya pengawalan secara ketat, jika yang digunakan hanya sosialisasi itu pun tidak cukup, perlu diback up dengan pengawalan dengan saksi regulasi yang diberikan secara tegas,” tegas Supriyono.(Jamain\*)

Advertisement