LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Di media sosial (khususnya Facebook) dan grup-grup WhatsApp sedang viral kabar tentang dugaan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seorang anggota Satpam Unhas terhadap sopir dari seorang dokter yang juga dosen Unhas, dr. Hasbullah.
“Menanggapi hal tersebut, kami dari Unhas telah mengumpulkan keterangan dari sumber langsung yang mengalami dan mengetahui peristiwa dimaksud,” kata Ketua Satuan Tugas Pengamanan Kampus Universitas Hasanuddin, disampaikan pesan tertulis oleh Prof. Dr. Amir Ilyas, SH, MH, Kamis (6/2/2025) malam.
Dalam keterangan tersebut, pihak Unhas menjelaskan beberapa kronologis sebagai berikut. Pada hari Rabu, tanggal 5 Februari 2025, sekitar pukul 20.15 benar telah terjadi peristiwa kesalahpahaman antara sopir dari dr. Hasbullah dan seorang Satpam Unhas bernama Yogi Salewangan, yang berujung pada terjadinya tindakan kekerasan.
Peristiwa ini kemudian diposting dan diviralkan oleh dr. Hasbullah melalui akun Facebook pribadinya. Postingan tersebut kemudian disirkulasi melalui grup-grup percakapan WhatsApp dan memperoleh respon beragam.
Namun demikian, terdapat beberapa fakta yang tidak disajikan utuh dalam postingan dr. Hasbullah tersebut. Hal ini berpotensi munculnya interpretasi yang berbeda terhadap kejadian sebenarnya.
“Saudara Yogi yang bertugas pada malam itu akan melakukan tugas rutin menutup pintu gerbang di jalur Pintu II Unhas yang berlokasi di depan pos sekuriti Rumah Sakit Unhas. Saudara Yogi menemukan ada beberapa kendaraan yang parkir di badan jalan. Ini merupakan area dilarang parkir,” jelas dalam klarifikasi meluruskan informasi itu.
Termasuk di antara kendaraan yang parkir tersebut terdapat mobil dimana ada seseorang duduk di kursi kemudi (belakangan diketahui mobil ini digunakan oleh dr. Hasbullah, dan yang duduk di kursi kemudi adalah sopir yang bersangkutan).
Dimana, pihak Unhas menjelaskan bahwa Yogi meminta dengan baik-baik kepada (sopir Hasrullah) dimaksud agar memindahkan mobilnya. Hanya saja, sang sopir langsung menelepon dr. Hasbullah.
Hal ini dibenarkan dr. Hasbullah dalam postingannya di Facebook, dimana ia kemudian meminta sopirnya agar memindahkan saja mobilnya, dia sudah hampir selesai.
“Menurut Yogi, sopir tersebut memindahkan mobilnya ke dalam kampus. Tapi kemudian kembali lagi ke area yang tidak diperbolehkan parkir. Hal ini membuat Yogi tersulut emosi. Sebaliknya, sopir juga menunjukkan sikap meremehkan dan tidak peduli dengan teguran sekuriti Yogi,” tutur dalam keterangan tertulis kepada awak media.
Dalam keterangan itu, doaebutkan. Menurut asumsi Yogi, jika benar sopir ini mengantar dokter yang bertugas di RS Unhas atau di RS Wahidin Sudirohusodo, apalagi dokter tersebut adalah dosen Unhas, maka seharusnya sopir tersebut telah mengetahui area mana saja yang dilarang parkir.
Sikap sopir yang tidak peduli dengan teguran telah memicu kemarahan Yogi. Setelah berdebat, Yogi mengakui terpicu mengambil tindakan kekerasan (seperti memegang kerah baju sopir dan memukul).
Karena sopir berada di dalam mobil dan kaca mobil hanya terbuka setengah, maka tangan Yogi tidak sengaja mengenai juga talang air pintu depan mobil tersebut, dan menyebabkan kerusakan.
“Kejadian ini kemudian dilaporkan oleh dr. Hasbullah ke Polisi di Polsek Tamalanrea. Sekitar pukul 22:11 WITA, petugas kepolisian datang ke lokasi kejadian dan membawa sekuriti Yogi untuk proses lebih lanjut,” terang keterangan itu.
Sayangnya, dr. Hasbullah tidak cukup menjelaskan proses mediasi yang dilakukan oleh Kepala Satpam Unhas dan Komandan Regu yang datang ke kantor Polsek Tamalanrea pada pukul 22:30 WITA. Dalam penjelasan Kepala Satpam Unhas, dirinya atas nama pribadi dan institusi meminta maaf atas kejadian tersebut.
Pada awalnya, dr. Hasbullah menolak untuk berdamai. Kepolisian kemudian memproses kasus ini, dan akan mengambil visum bagi korban, dalam hal ini sopir dari dr. Hasbullah. Namun, menjelang tengah malam, dr. Hasbullah memutuskan untuk mencabut laporan dan memilih untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
Pihak kepolisian mempersiapkan naskah pernyataan damai yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Kepala Satpam Unhas (Ridwan Said) menawarkan ganti rugi atas kerusakan kendaraan, namun dr. Hasbullah mengatakan tidak perlu dan menganggap ini sebagai pelajaran bersama.
“Kami menghargai kebebasan dr. Hasbullah untuk mengemukakan pendapat dan mengekspresikan pikirannya melalui sosial media. Akan tetapi, sebagai insan akademik, kami mendorong semua pihak untuk memanfaatkan media sosial secara bijak dan bertanggung jawab,” demikian disampaikan pihak Unhas.
Postingan dr. Hasbullah mengabaikan fakta-fakta penting, misalnya: ada proses perdamaian antara para pihak yang berkonflik, atau adanya itikad baik dari Kepala Satpam Unhas untuk mengganti kerugian/memperbaiki talang air mobil yang rusak, dan adanya kerelaan dari masing-masing pihak untuk mengambil hikmah dan pelajaran dari kasus ini.
Unhas tidak akan menghalangi kebebasan berpendapat siapa saja, termasuk dr. Hasbullah. Kami memastikan bahwa tidak ada upaya-upaya dari pihak tertentu di Unhas yang meminta untuk menghapus postingan dr. Hasbullah.
Ada informasi yang mengatakan bahwa pejabat Unhas menelepon adik ipar dr. Hasbullah yang juga dosen Unhas dan meminta agar menyampaikan kepada dr. Hasbullah menghapus postingan tersebut.
“Kami telah mengkonfirmasi langsung kepada adik ipar dr. Hasbullah. Yang bersangkutan mengatakan tidak pernah menerima telepon seperti itu dari pejabat yang disebutkan tersebut. Informasi itu adalah hoax,” terang pihak Unhas.
Pihaknya, ingin menegaskan bahwa ada beban tanggung jawab dari setiap ungkapan pendapat. Dewasa ini, bangsa kita sedang menghadapi krisis penyebaran hoax, terutama melalui media sosial.
“Sebagai insan akademik, warga Unhas seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat luas tentang bagaimana menggunakan sosial media secara bijak, dan juga bertanggung jawab,” demikian keterangan tertulis Prof. Dr. Amir Ilyas. (*)