Pemuda Tani HKTI Harap Plt. Gubernur Sulsel Peduli Petani Milenial

MAKASSAR||Legion-news.com Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani (HKTI) Sulawesi Selatan mengungkapkan perlunya perhatian khusus dari pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terhadap kehadiran petani milenial.

Harapan tersebut diungkapkan Ketua DPP Pemuda Tani HKTI Sulsel, Rachmat Sasmito menanggapi penunjukan Andi Sudirman Sulaeman sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Sulsel pasca ditetapkannya Nurdin Abdullah sebagai tersangka oleh Komisi pemberantasan Korupsi, Ahad (28/02/2021) dinihari.

“Kami berharap Pak Plt. Gubernur bisa memperhatikan proses regenerasi petani di Sulawesi Selatan dengan merangsang tumbuhnya generasi milenial yang memilih untuk menjadi petani atau lebih dikenal sebagai petani Milenial.” Lanjut Rachmat.

Lanjut Rachmat, “Rangsangan dimaksud bisa berupa pemberian intensif dan kemudahan akses permodalan atau melalui berbagai skema subsidi untuk mengatasi kelangkaan bibit dan pupuk, serta kian berkurangnya lahan pertanian.”

Advertisement

Pemuda Tani HKTI Sulsel menyinggung soal keengganan sarjana yang masih segar untuk kembali bertani dengan alasan mereka tak punya modal sementara pekerjaan di sektor lain lebih menjanjikan.

Belum lagi kepemilikan lahan yang juga menjadi kendala. kepemilikan lahan petani kita cuma di angka 0,5 ha per petani. Sebagian besar lahan pertanian dimiliki oleh mereka yang bukan menjadikan pertanian sebagai pekerjaan utama, sehingga mereka cenderung enggan berinvestasi.

Karena makin berkurangnya lahan, tenaga produktif pertanian tentu saja akan lebih memilih untuk mengadu nasib di perkotaan dengan meninggalkan lahan pertanian terbengkalai tanpa diolah.

Untuk itu, Rachmat mengingatkan pentingnya intervensi pembiayaan untuk sektor pertanian bisa ditingkatkan. Pihaknya mencontohkan keberhasilan RaboBank (Belanda), atau Vietnam dan Thailand yang memiliki bank khusus pertanian.

Selain itu, kebijakan pertanian yang selama ini dijalankan oleh Nurdin Abdullah seperti subsidi pupuk bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan nilainya sehingga petani tak lagi mengalami gagal panen hanya karena persoalan kelangkaan pupuk.

“Di saat pandemi, sektor pertanian membuktikan ketangguhannya, ketika sektor lain mengalami pertumbuhan minus, pada semester dua 2020, sektor pertanian mencatatkan surplus 2,15%. Sayangnya, justru petani kita dihadapkan pada persoalan kelangkaan pupuk dan minimnya dukungan pembiayaan.” Pungkas Rachmat. (Anas)

Advertisement