Tim Medis Universitas Hasanuddin Tembus Wilayah Terisolasi Aceh Tengah, Layani Warga Pascabencana

0

ACEH TENGAH — Di tengah akses yang terputus, infrastruktur yang rusak, dan keterbatasan logistik pascabencana banjir bandang dan longsor, Tim Medis Universitas Hasanuddin (Unhas) hadir menembus wilayah-wilayah paling terisolasi di Kabupaten Aceh Tengah.

Selama delapan hari penugasan, tim menjadi relawan medis pertama yang menjangkau sejumlah desa terpencil yang sebelumnya belum tersentuh layanan kesehatan.

Penugasan ini merupakan bagian dari Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Wilayah Aceh dan Sumatera yang dikoordinasikan oleh LPPM Universitas Hasanuddin dengan dukungan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.

Tim Medis Unhas yang berjumlah sembilan orang—terdiri dari dokter spesialis, dokter residen, dan mahasiswa klinik Fakultas Kedokteran—tiba di Aceh Tengah pada 16 Desember 2025. Setelah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Aceh Tengah dan Dinas Kesehatan setempat, tim diarahkan untuk menjangkau wilayah kerja Puskesmas Ketapang di Kecamatan Linge, salah satu kawasan terberat terdampak bencana.
Di Desa Jamat dan desa-desa di sekitarnya, tim harus menempuh perjalanan darat hingga tujuh jam melalui jalur rusak dan berlumpur.

Wilayah ini dilaporkan tidak mendapatkan layanan kesehatan selama hampir tiga pekan pascabencana. Warga menghadapi berbagai keluhan kesehatan, mulai dari infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), hipertensi, gangguan pencernaan, hingga nyeri otot akibat aktivitas berat dan kondisi lingkungan yang buruk. Krisis air bersih turut memperparah situasi kesehatan masyarakat.
Perjalanan yang lebih ekstrem ditemui saat tim menjangkau Desa Reje Payung dan Desa Linge. Kedua desa tersebut terisolasi total, tanpa akses kendaraan bermotor. Untuk mencapai Desa Reje Payung, tim harus menyeberangi sungai berarus deras menggunakan tali dan melewati medan berat. Tim Medis Unhas tercatat sebagai relawan medis pertama yang berhasil masuk ke wilayah tersebut pascabencana.

“Kami bukan ingin meminta belas kasihan, kami hanya ingin akses jalan dibuka agar bisa bertahan hidup,” ujar warga Desa Linge, yang menyampaikan bahwa lebih dari 120 kepala keluarga dari empat desa masih bertahan di pengungsian dengan keterbatasan pangan dan obat-obatan.
Tak hanya di Kecamatan Linge, Tim Medis Unhas juga menjangkau Desa Kalasegi dan Bamil Nosar di Kecamatan Bintang, Desa Gunung Suku di Kecamatan Lut Tawar, serta Desa Bergang–Karang Ampar di Kecamatan Ketol. Di Desa Bergang, tim harus berjalan kaki sejauh enam kilometer melintasi perbukitan terjal dan menyeberangi sungai setinggi enam meter melalui jembatan bambu darurat. Di desa ini, tim membuka enam pos layanan kesehatan dan melayani 144 warga—menjadi relawan kesehatan pertama dari luar Aceh yang mencapai wilayah tersebut.

Selain pelayanan medis, tim juga melaksanakan kegiatan trauma healing bagi anak-anak dan kelompok rentan di Desa Rusip, Kecamatan Silih Nara, untuk membantu pemulihan psikososial masyarakat yang masih diliputi trauma akibat bencana.
Menjelang akhir penugasan, Tim Medis Unhas menyerahkan bantuan obat-obatan, bahan habis pakai medis, serta alat inovasi pendukung seperti water purifier, perangkat komunikasi, dan sistem internet satelit kepada Dinas Kesehatan Aceh Tengah dan RSUD Datu Beru. Bantuan ini diharapkan dapat memperkuat layanan kesehatan di wilayah terdampak, khususnya di daerah yang masih terisolasi.

Kehadiran Tim Medis Universitas Hasanuddin tidak hanya menghadirkan layanan kesehatan, tetapi juga membawa harapan bagi masyarakat yang selama berminggu-minggu terputus dari akses pelayanan dasar.

Di tengah keterbatasan infrastruktur dan kondisi alam yang berat, dedikasi tim menjadi bukti bahwa semangat kemanusiaan dan pengabdian masih terus menyala di wilayah-wilayah paling terpencil negeri ini.

Advertisement