JAKARTA – Pemerintah telah berhasil menjalankan amanat presidensi G20 yang ditutup dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang digelar di Bali pada 15-16 November 2022 lalu. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyampaikan, pemerintah akan menindaklanjuti kesepakatan yang dicapai pada gelaran tersebut secara detail.
Hal tersebut sampaikan Menlu dalam keterangan pers bersama Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, usai mengikuti Rapat Terbatas (Ratas) mengenai Evaluasi Pelaksanaan KTT G20 yang dipimpin oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (28/11/2022) siang.
“Gawe besarnya selesai tetapi kita perlu tindaklanjuti secara detail, termasuk kerja sama-kerja sama yang sifatnya dalam konteks pemulihan ekonomi global yang inklusif dan dari Indonesia untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan,” ujar Menlu.
Retno mengungkapkan, setiap selesai menyelenggarakan perhelatan, Presiden Jokowi selalu meminta jajarannya untuk menindaklanjuti hasil dari gelaran tersebut.
“Ini betul-betul gaya Bapak Presiden bahwa setelah semua perhelatan selesai, maka selalu kami-kami ditagih dengan tindak lanjutnya,” ujarnya.
Untuk mengawal tindaklanjut tersebut, imbuh Menlu, Presiden telah menunjuk penanggungjawab baik untuk investasi, politik, maupun noninvestasi dan nonpolitik atau kerja sama yang sifatnya lebih luas.
“Bapak Presiden mengatakan bahwa khusus untuk investasi nanti yang akan mem-follow up, yang menjadi contact person utamanya adalah Pak Menkomar [Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi], kemudian untuk urusan yang politik adalah Menteri Luar Negeri, di luar politik dan investasi adalah Pak Menko Ekonomi. Tentunya, sekali lagi seperti pada saat kita melakukan gawe G20, ini akan menjadi kerja keroyokan bareng-bareng untuk menindaklanjuti,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Retno juga menyinggung keberhasilan Presidensi G20 Indonesia untuk mengesahkan kesepakatan para pemimpin G20 yang tertuang dalam G20 Bali Leader’s Declaration. Retno menilai, capaian tersebut merupakan bukti kepercayaan dunia terhadap Indonesia.
“Di situ pula kita menunjukkan kepemimpinan kita bahwa di tengah perbedaan yang tidak saja tajam tetapi juga lebar dan dalam kita dapat menjembatani perbedaan-perbedaan ini, sehingga perbedaan masih ada, tetapi kita dapat mengumpulkan komitmen kerja sama dari negara-negara G20 yang tertuang di dalam deklarasi yang 52 paragraf tersebut,” tandasnya.
Dalam deklarasi tersebut, imbuh Menlu, terdapat juga Annex G20 Action for Strong and Inclusive Recovery (Annex 2 Deklarasi Bali) yang memuat daftar kerja sama multilateral negara-negara G20. Daftar tersebut berisi 226 proyek kerja sama multilateral. Sebanyak 226 proyek tersebut ditambah 140 proyek kerja sama bilateral merupakan capaian konkret atau concrete deliverables dari Presidensi G20 Indonesia.
“Kita mencoba menyinergikannya dengan kerja sama yang sifatnya bilateral dengan Indonesia, yang kita sebut Basket 2. Jadi, Basket 1 itu yang G20, pure G20, yang kedua adalah Basket 2, yaitu yang Indonesia lakukan dengan negara-negara di dalam G20 yang jumlah proyeknya ada 140 proyek dengan nilai sekitar 71,49 miliar Dolar AS,” pungkas Retno. (TGH/UN)