@infoBMKG ingatkan semua pihak untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi terkait La Nina sampai Februari 2022 dengan intensitas lemah hingga moderat.
Video selengkapnya: https://t.co/NQPBLHE97o pic.twitter.com/DEmRJsf8Is
— antaranews.com (@antaranews) October 18, 2021
LEGION NEWS.COM – Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam konferensi pers daring Senin (18/10) mengingatkan semua pihak untuk waspada terhadap bencana hidrometeorologi.
Dilansir dari kantor Berita Antara. Hal itu berdasarkan prakiraan BMKG terkait terjadinya La Nina sampai Februari 2022 dengan intensitas lemah hingga moderat.
BMKG menyatakan saat ini Indonesia sedang mengalami fenomena La Nina yang diprediksi akan berlangsung mulai Oktober hingga Februari 2021.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menegaskan, La Nina bukanlah badai tropis. Itu disebabkan karena keduanya memiliki sifat yang berbeda.
“La Nina bukan badai tropis, La Nina sifatnya global dan regional serta berlangsung lama. Sedangkan badai tropis hanya (berlangsung) beberapa hari tidak sampai satu bulan ada kecepatan angin dan hujan lebat,” kata Dwikorita dalam konferensi pers BMKG secara daring, Senin (18/10/2021).
Apa itu La Nina?
La Nina adalah fenomena alam yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara samudera pasifik bagian tengah timur dengan wilayah perairan Indonesia.
Nama La Nina diambil dari bahasa Spanyol yang berarti gadis kecil. Fenomena ini merupakan kebalikan dari fenomena El Nino yang menyebabkan panas di Indonesia.
Saat terjadinya La Nina, udara jadi terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi.
Bahkan, La Nina menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
Menurut mantan rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini, La Nina membawa massa udara dari Samudera Pasifik ke Perairan Indonesia yang memicu terjadinya awan hujan. Oleh karena itu, La Nina berbeda dengan badai tropis yang membawa sirkulasi angin yang kencang.
Proses Terjadinya La Nina
Seperti dijelaskan Dwikorita dalam konferensi pers BMKG, fenomena La Nina terjadi karena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan hingga di bawah suhu normal. [LN/Antara/Kompas]