LEGION NEWS.COM, TAKALAR – Pelatihan Kader Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.
Kader kesehatan dari perwakilan 9 kelurahan di Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Takalar mengikuti Pelatihan Kader Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita Tuberkulosis di Puskesmas Pattallassang, Kabupaten Takalar, pada Sabtu, 9 Oktober 2021.
Kader kesehatan yang mengikuti Pelatihan PMO yaitu;
- Hasrianti (Kelurahan Pattallassang); Asdawanti (Kelurahan Pallantikang);
- Salawati (Kelurahan Sabintang); Supiyati Dg Puji (Kelurahan Kalabbirang);
- Nurhayati (Kelurahan Pappa); Hasni (Kelurahan Maradekaya);
- Jumriati (Kelurahan Sombala Bella);
- Sardianah (Kelurahan Salaka);
- Salma (Kelurahan Bajeng); beserta pendamping kader yaitu
- Irmawati, Hj. Suriati, Fujiyati, Surianti dan Hj. Suriani (Puskesmas Pattallassang).
Kegiatan Pelatihan Kader PMO diawali dengan materi pengantar kegiatan oleh Ketua Tim Pengabdian Masyarakat dari Fakultas Farmasi Unhas, apt. Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc. menguraikan analisis situasi perkembangan penderita Tuberkulosis di Indonesia dan khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan.
Menurutnya, situasi Tuberkulosis di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Data yang dirilis Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2020, Indonesia berada di posisi kedua negara dengan kasus Tuberkulosis terbesar di dunia, berada di bawah India. Data-data tahun sebelumnya, menempatkan Indonesia dalam 5 besar kasus terbesar di dunia bersama negara-negara India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Kondisi ini diperberat dengan pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan laporan kasus yang teridentifikasi.
“Dibandingkan dengan kabupaten lainnya, data kasus Tuberkulosis di Kabupaten Takalar dalam 4 tahun terakhir, berada dalam posisi 7 besar di Sulawesi Selatan. Ada trend kenaikan jumlah kasus hingga tahun 2021. Kecamatan Pattallassang salah satu kecamatan yang kasus penderita Tuberkulosisnya cukup tinggi. Olehnya itu, masalah ini perlu mendapatkan perhatian besar dari seluruh pihak. Peran aktif Pemerintah hingga seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan” ujarnya.
Lebih lanjut, apt. Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc., ini menjelaskan pentingnya keberadaan kader PMO dalam mengendalikan Tuberkulosis khususnya di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.
“Kami dari Fakultas Farmasi Unhas berupaya berkontribusi dalam pengendalian Tuberkulosis. Terobosan kami dengan menginisiasi pembentukan dan melatih kader PMO yang diawali di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar. Kader PMO dapat berperan meningkatkan kepatuhan penderita Tuberkulosis dalam meminum obatnya. Keberadaannya sangat dibutuhkan penderita TB. Dukungan luar biasa dari Puskesmas Pattallassang memberikan harapan besar bahwa kader PMO ini akan berkontribusi positif dalam pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten Takalar” ujar dosen muda Farmasi Unhas ini yang akrab dipanggil Ulla Hygeia.
Tugas sebagai kader PMO nantinya meliputi (1). mengawasi penderita Tuberkulosis agar senantiasa meminum obat yang diberikan secara teratur sampai selesai pengobatan; (2). memberi motivasi kepada penderita Tuberkulosis agar berupaya untuk sembuh; (3). mengingatkan jadwal penderita Tuberkulosis untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan; dan (4). memberikan edukasi pada anggota keluarga penderita Tuberkulosis misal menggunakan masker saat di rumah maupun keluar rumah; menutup mulut saat batuk; dan keluarga yang mempunyai gejala-gejala yang mencurigakan untuk segera memeriksakan diri ke sarana pelayanan kesehatan.
Selanjutnya, peserta dibekali dengan materi-materi terkait yang dibawakan oleh narasumber yang kompeten. Materi pertama oleh Hj. Suriana, S.Kep., Ns. (Kepala Puskesmas Pattallassang) dengan judul materi Tuberkulosis, Perkembangan Kasus dan Strategi Pengendalian Tuberkulosis di Kecamatan Pattallassang.
Materi ke-2 oleh apt. Anshar Saud, S.Si., M.Farm. (dosen Fakultas Farmasi Unhas) dengan judul materi Komunikasi efektif kader PMO dengan keluarga dan penderita Tuberkulosis. Materi ke-4 oleh Wahriadi, ST. (Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Sulawesi Selatan) dengan judul materi Peran Kader PMO dalam pengendalian Tuberkulosis.
Materi ke-5 oleh Surahmansah Said, MPH (Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Sulawesi Selatan) dengan judul materi Strategi Penemuan Kasus Tuberkulosis.
Materi ke-6 dibawakan oleh apt. Yulia Yusrini Djabir, S.Si., MBM.Sc., M.Si., Ph.D. (dosen Fakultas Farmasi Unhas) membawakan materi dengan judul Farmakologi dan Terapi Obat-Obat Penderita Tuberkulosis.
Menurutnya, Pedoman tata laksana Tuberkulosis tahun 2020 di Indonesia mengalami revisi dari pedoman nasional 2014 sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang di-update tahun 2017.
Untuk pengobatan kasus baru yang belum pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya, atau tidak dicurigai menderita TB resisten obat, maka pengobatan lini pertama tetap menggunakan regimen Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid dan Ethambutol setiap hari selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan dengan Isonizid dan Rifampisin setiap hari selama 4 bulan.
Regimen ini sering kali disingkat dengan 2HRZE/4HR. Hal agak berbeda dari rekomendasi sebelumnya yang membolehkan fase lanjutan untuk meminum obat hanya 3 kali seminggu.
Selain itu pada penatalaksanaan terbaru lebih ditekankan lagi penggunaan kombinasi dosis tetap dibandingkan tablet lepasan, karena penggunaan kombinasi dosis tetap dapat meningkatkan kepatuhan pasien minum obat.
“Yang menjadi kekhawatiran di seluruh dunia saat ini adalah semakin meningkatnya kasus TB resisten obat yang tentu saja perlu pengobatan regimen khusus yang dipilih berdasarkan jenis obat TB yang resisten pada pasien.
Penentuan obat yang resisten pada suatu kasus tentunya membutuhkan tahapan pendeteksian dan diagnosis yang cukup rumit.
Regimen pengobatan infeksi tuberkulosis resisten obat rata-rata memiliki biaya yang lebih mahal dengan durasi pengobatan yang lebih panjang (6-12 bulan).
Hal ini tentu saja menambah permasalahan baru, terlebih apabila penyebaran infeksi TB resisten obat tidak segera dicegah. Oleh karenanya, strategi pencegahan dan pengobatan TB sangat perlu diperhatikan oleh semua pihak, baik pemerintah, profesi kesehatan, serta masyarakat pada umumnya” ujar apt. Yulia, yang juga merupakan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kemitraan.
Setelah pemberian materi, maka peserta diberikan identitas berupa Rompi Kader PMO.
Selanjutnya, kader ini akan melakukan pendampingan kepada penderita Tuberkulosis setiap kelurahan terutama yang sudah terdata di Puskesmas Pattallassang. Para Kader PMO ini rencananya akan dikukuhkan oleh Pemerintah Kabupaten Takalar.
Selaku ketua Tim Kegiatan, apt. Aminullah, S.Si., M.Pharm.Sc., sangat berharap agar kader PMO dapat berkontribusi dalam pengendalian Tuberkulosis di Kecamatan Pattallassang Kabupaten Takalar.
“Dukungan dari seluruh pihak kami harapkan agar Kader PMO Kecamatan Pattallassang bekerja dengan baik dalam mengendalikan Tuberkulosis”. ujarnya. (**)