BAK Bedah Culture Study dan Tri Pusat Pendidikan di Seminar Literasi

FOTO: Seminar Literasi Menyambut Bulan Bahasa dengan tema “Peningkatan Mutu Pendidik Melalui Kecerdasan Literasi di Era 4.0” yang digelar Program Studi Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia Fakultas Sastra UMI Makassar. Selasa, (28/9) melalui zoom.
Advertisement

LEGION NEWS.COM, MAKASSAR – Penerima penghargaan tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Bachtiar Adnan Kusuma tampil menjadi pembicara pertama Seminar Literasi Menyambut Bulan Bahasa dengan tema “Peningkatan Mutu Pendidik Melalui Kecerdasan Literasi di Era 4.0” yang digelar Program Studi Pendidikan dan Bahasa Sastra Indonesia Fakultas Sastra UMI Makassar. Selasa, (28/9) melalui zoom.

Selain Sekjend Asosiasi Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia Pusat ini, juga tampil pembicara kedua Dr.Hj.Rabiah, M.Hum. Akademisi UMI yang diikuti 180 orang peserta dari UMI, Unhas, UNM, Universitas Kinabalu Malaysia, USU Sumatera, Balai Bahasa Sulsel, Kadis Pendidikan Kab. Maros Ir.H.Takdir, M.Si., Sekretaris Forum peduli Pendidikan Sulsel Dedi Gunawan Saputra, S.Pd.M.Pd., dibuka Wakil Dekan I Fakultas Sastra UMI Dr. Muliadi, M.Hum.

Menurut BAK, untuk membangun kecakapan literasi dan numerasi bagi mahasiswa dan para pendidik, dibutuhkan Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.

Sebab kemampuan literasi dan numerasi diperlukan para calon pendidik, apalagi mahasiswa. BAK menekankan perlunya keterlibatan total setiap keluarga membangun kebiasaan dan budaya literasi.

Advertisement

Sebab hanya dengan keterlibatan setiap keluarga membangun budaya literasi dan numerasi, akan tercipta masyarakat Indonesia yang gemar membaca dan menulis.

Selain itu, BAK kembali menegaskan bahwa untuk membangun budaya literasi dan numerasi dibutuhkan keterlibatan sekolah dan lingkungan kampus. “Sekolah dan Kampus sebaiknya menjadi sarana utama membangun reading society dan reading habit” kata Humas Tim Pendamping Literasi Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ini.

Karena itu, BAK menyampaikan pentingnya Teori Culture Study sebagai landasan akademis untuk membangun kebiasaan membaca di tengah-tengah masyarakat.

Hanya dengan membangun kebiasaan membaca di setiap keluarga, kampus dan lingkunga sekolah maupun masyarakat akan terwujud bangsa yang membaca. Karenanya, BAK yakin dan percaya hanya bangsa yang membaca dan menulis bisa mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki peradaban yang tinggi.

“ Kalau masyarakat Indonesia telah menjadikan membaca dan menulis sebagai budaya dan gaya hidupnya sekaligus kebutuhan pokoknya, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar. Bukankakah hanya bangsa yang memiliki budaya membaca yang tinggi menjadi sebuah bangsa yang besar” gugat BAK di depan peserta Webinar Literasi ini.

BAK menilai bahwa dengan kemampuan dan kecakapan literasi dan numerasi wajib dimiliki setiap pelajar dan mahasiswa, tak bisa dipecah-pecah, apalagi terpotong-potong.

Maksud dari penulis ratusan buku ini, adalah bahwa selain kemampuan literasi baca tulis, juga literasi numerasi, l;iterasi sains, literasi digital, literasi budaya dan literasi finansial adalah pokok-pokok penting yang wajib difahami dan diketahui oleh setiap guru dan dosen.

Karenanya, BAK berharap kedepan dibutuhkan guru dan dosen yang mahir dari keenam kemampuan literasi tersebut, dan pada akhirnya budaya membaca dan menulis menjadi bagian yang sangat penting bagi setiap masyarakat di Indonesia.

“Kalau enam kecakapan literasi telah menjelma sebagai kebudayaan masyarakat kampus maupun masyarakat sekolah, maka bangsa kita adalah bangsa yang besar karena membaca” tutup Ketua Forum Perpustakaan Lorong dan Desa Sulsel ini. (**)

Advertisement