LEGIONNEWS.COM – Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom menyatakan bahwa pihaknya—yang disebut pemerintah Republik Indonesia sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)—hanya menyandera pilot Susi Air, Captain Philips Max Marthin, yang berkewarganegaraan Selandia Baru.
Pilot saat ini dibawa menuju markas pusat TPNPB di wilayah pegunungan Nduga yang memiliki medan terjal dan minim sinyal komunikasi.
Menurut Sebby, Captain Philips langsung dibawa naik ke markas pusat begitu pesawat Susi Air Pilatus Porter SI 9368 yang ia kemudikan dibakar TPNPB di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan, Selasa pagi (7/2).
Sebby menjamin pilot masih hidup dan tengah berjalan bersama rekan-rekannya. Namun, ia belum bisa membagikan foto atau video kondisi terkini pilot karena rombongan TPNPB belum sampai di markas pusat.
“Semua ponsel dimatikan karena kami diikuti… Perjalanan ke markas makan waktu 3–4 hari. Minggu depan baru sampai,” kata Sebby kepada kumparan via komunikasi virtual, Kamis (9/2).
Sebby sendiri tidak ikut dalam rombongan rekan-rekannya yang membawa Captain Philips ke markas pusat TPNPB. Ia berada di perbatasan Papua-Papua Nugini dan bertukar kabar dengan rekan-rekannya di pegunungan lewat jalur komunikasi khusus.
“Panglima Kodap III Ndugama (Egianus Kogoya) berkabar lewat audio khusus yang dia kirim. Dia sampaikan ke saya, ‘Kakak Jubir, saya bawa sandera ini (Captain Philips) dari Parko ke Markas Kodap III Ndugama-Derakma,’” ujar Sebby menirukan suara Kogoya.
Ia menegaskan, pilot tidak akan dilepas sampai tuntutan TPNPB-OPM dipenuhi, yakni Indonesia pergi dari Papua Barat.
“Pilot Selandia Baru itu akan selamanya tinggal bersama kami sampai Papua merdeka… Kami akan minta dia kasih kami pendidikan di hutan, misal cara menerbangkan pesawat,” tutur Sebby.
Namun, ia tak bisa menjamin nyawa pilot akan terus terjaga bila tuntutan TPNPB tak dipenuhi, sebab rekan-rekannya di lapangan punya perhitungan sendiri.
TPNPB saat ini sedang menyiapkan surat resmi kepada pemerintah Selandia Baru di Wellington untuk mengabarkan soal kondisi pilot mereka. Namun, surat tersebut baru akan dikirimkan setelah Captain Philips tiba di markas TPNPB.
Meski membuka komunikasi dengan Wellington, TPNPB tidak berniat bicara dengan pemerintah RI dan menyebut Jakarta sebagai “musuh”.
“Kami bukannya benci orang Indonesia, tapi kami benci Jakarta yang kepala batu,” sahut Sebby.
Menurutnya, berkali-kali TPNPB menyatakan bahwa wilayah Nduga—yang disebut OPM sebagai markasnya—terlarang untuk dilintasi penerbangan sipil.
“Kalau berani masuk, ya kami jatuhkan atau bakar pesawatnya,” ujar Sebby sambil mengingatkan akan peristiwa penembakan pesawat SAM Air di Bandar Udara Kenyam, Nduga, oleh TPNPB pada 7 Juni 2022.
Namun, Sebby membantah bahwa pihaknya sempat menyandera penumpang Susi Air. Menurutnya, lima penumpang dari Timika yang turun di Paro sama sekali tidak disandera karena mereka adalah warga asli Paro.
“Mereka tidak jadi target karena memang penduduk asli yang pulang ke rumah,” tegas Sebby.
Sebanyak 15 pekerja bangunan puskesmas yang kini telah dievakuasi pasukan gabungan TNI-Polri juga disebut Sebby tidak pernah disandera TPNPB.
Ucapan Sebby tersebut tak berbeda jauh dengan keterangan Kapolda Papua Irjen Mathius Fakhiri bahwa para penumpang pesawat Susi Air tidak disandera. Lima belas pekerja bangunan puskesmas diamankan warga setempat, kemudian dievakuasi TNI-Polri.
“Mereka tidak pernah disandera. Semua diamankan oleh pendeta di Paro, dan mereka sekarang sudah di Timika,” kata Mathius di Jakarta, Rabu (8/3).
Sementara pilot Susi Air, Captain Philips, hingga kini masih dicari keberadaannya oleh Polri dan TNI yang tergabung dalam Operasi Damai Cartenz. (Sumber: kumparan)