Oleh: Adian Napitupulu
Sekjen PENA 98 Persatuan Aktivis Nasional 98
BUKAN Jokowi yang bicara perpanjangan masa jabatan Presiden, tapi ada tiga menteri, jadi kenapa para menteri tidak ada di demonstrasi Jokowi? Ada tiga Pimpinan Partai yang membicarakan perpanjangan masa jabatan Presiden tapi sekali lagi kenapa Demo Jokowi bukan tiga partai? Yang berbicara tentang Presiden periode ke-3 adalah salah satu lembaga survei dan salah satu kader partai, tetapi mengapa demonstrasi Jokowi bukan lembaga survei atau kantor partai?
Untuk mewujudkan Perpanjangan atau bahkan perubahan dari 2 Periode menjadi 3 Periode, kewenangannya ada di Senayan, bukan di Istana, tapi kenapa Istana Setan bukan Senayan?
Yang mengaku tidak tertarik dengan tiga periode itu adalah Jokowi. Yang bilang mau 3 Periode itu orang yang cari muka sama Jokowi. Yang mengatakan soal masa jabatan yang akan dia serahkan ke UUD adalah Jokowi yang mengatakan menteri tidak boleh lagi bicara soal perpanjangan masa jabatan atau Jokowi. Tapi kok aneh ya Jokowi yang demo?
Membingungkan ya?
Kalau kita tanya kenapa Jokowi Demo, maka kita akan masuk ke ruang debat dengan argumentasi yang tak jauh dari asumsi tentang perasaan Jokowi, hingga tuduhan bahwa semua pernyataan Menteri dan Ketua Umum Partai berasal dari keinginan Jokowi. Orang-orang terpelajar dan intelektual kemudian tidak lagi mempelajari apa yang dikatakan tetapi menganalisis perasaan, membahas keinginan di hati Jokowi, bukan pernyataan yang disampaikan.
Wacana perpanjangan atau tiga periode itu membuat banyak orang resah dan sibuk menganalisis perasaan dan keinginan Jokowi, karena menganalisis perasaan tidak punya alat ukur, sejumlah mahasiswa dikabarkan akan menggelar demonstrasi besar-besaran ke Istana pada 11 April mendatang. Lantas, ketika situasi seperti ini, ke mana para Menteri dan Pimpinan Partai yang melontarkan wacana tersebut? Kenapa tiba-tiba menjadi bungkam dan seolah membiarkan semua efek dari ide dan wacana yang mereka lontarkan pada konsekuensinya sendiri oleh Jokowi. Tak satu pun dari pemilik wacana berteriak keras dan berkata: “Demonstrasi kami, bukan Jokowi…. demo ke tempat saya, bukan ke Istana!!!”
Belum usai cerita, di media sosial entah Whatsapp, Tiktok, dll, berbagai narasi tuntutan berkembang, tidak lagi tentang perpanjangan atau hanya 3 periode, sekarang bahkan ada poster yang mengatasnamakan mahasiswa menuntut Jokowi mengundurkan diri dari jabatan Presiden.
Beruntung, mahasiswa langsung membantah bahwa tuntutan pengunduran diri Jokowi bukanlah tuntutan mahasiswa dan poster-poster itu hanya hoax. Nah, tahukah Anda…. Lalu siapa yang menuntut pengunduran diri Jokowi itu? Lalu siapa yang membuat poster hoax itu?
Di pemerintahan ada yang melontarkan wacana lalu sembunyi, dalam rencana Demo ada juga yang melempar poster dan bersembunyi….ternyata pepatah lempar batu dan sembunyi tangan tidak hanya terjadi di kalangan kekuasaan tetapi juga dalam aksi di jalanan. Di mana pun itu, di istana atau di jalanan, tampaknya “pelempar batu yang menyembunyikan tangan” mungkin selalu ada meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda tetapi berangkat dari motif yang sama, yaitu duduk di lingkaran. kekuatan. Ada yang menginginkan kekuasaan melalui perpanjangan masa jabatan, ada juga yang ingin menggulingkan kekuasaan.
Jika dimulai dari cerita lempar batu dan sembunyi tangan, baik Presiden maupun mahasiswa saat ini tidak boleh sama-sama menjadi “korban tuntutan”. Jika benar, mungkin lebih baik Presiden Jokowi dan mahasiswa duduk-duduk ngopi bersama di tepi Danau Lebak Wangi sambil memanggang ikan dan bermain gitar di bawah rembulan. Kopi mungkin tidak menjanjikan apa-apa, tapi semoga bisa membuat kita duduk bersama, gitar juga tidak bisa menyelesaikan masalah tapi setidaknya bisa membuat kita bernyanyi bersama tentang cinta kita pada Indonesia. Jakarta, 8 April 2022 Salam sejahtera.