Guntur Romli: Anak Rasullah Nikah Beda Agama, Agar Tidak Sesat ini Kisahnya

0

LEGION NEWS.COM – Politisi PSI Guntur Romli tampil di channel youtube Cokro TV, dengan tema yang diambil “Putri Nabi Muhammad Ada Yang Nikah Beda Agama.”

Pernikahan beda agama kembali menjadi perhatian publik, usai salah satu staf khusus presiden Jokowi Ayu Kartika melangsungkan pernikahan dengan pujaan hatinya dengan seorang pria bernama Gerald Sebastian. Jumat (18/3).

Mereka menggelar akad di Hotel Borobudur Jakarta, lalu dilanjutkan pemberkatan di Gereja Katedral Jakarta.

Terkait itu Guntur Romli menyebut putri Nabi Muhammad nikah beda agama. Dia adalah Sayyidah Zainab. RA

Pernyataan tersebut disampaikan Guntur Romli dalam sebuah video, kemudian diunggah oleh channel youtube Cokro TV,

Hal ini menjadi pengalaman buruk bagi Nabi Muhammad SAW. Berdsarakan keterangannya, Sayyidah Zainab menikah dengan laki-laki beda agama, yaitu Abul Ash bin Ar-Rabi yang masih mengikuti ajaran musryik pagan.

“Nabi Muhammad SAW memiliki pengalaman yang buruk dan menyakitkan terkait nikah beda agama,” ujar Guntur Romli.

“Karena putrinya Sayyidah Zainab R.A pernah dalam kondisi pernikahan beda agama, dengan Abul Ash bin Ar-Rabi yang masih mengikuti ajaran musryik pagan,” ujar Guntur Romli.

Abul Ash bin Ar-Rabi sempat ditawari wanita tercantik dari bangsa Quraish, agar dirinya menceraikan Sayyidah Zainab.  Pada satu waktu Abul Ash ditawari wanita lain tapi dengan syarat ceraikan putri Nabi.

“Keluarga dan kawan-kawan Abul Ash mendatanginya untuk menceraikan Sayyidah Zainab R.A dan akan diganti dengan wanita tercantik di bangsa Quraish saat itu,” ujar Guntur Romli. Tapi Abul Ash menolaknya.

“Tapi Abul Ash menolak tawaran itu! Abul Ash sudah cinta mati pada Sayyidah Zainab R.A, akhirnya mereka berdua hidup dalam beda keyakinan dan beda posisi politik keluarga,” ujar Guntur Romli.

Dalam penjelasan Guntur Romli channel youtube Cokro TV, tidak menjelaskan utuh perihal perkawinan beda agama anak pertama nabi Muhammad SAW, Sayyidah Zainab R.A,

Berikut kisah lengkap pernikahan beda agama anak Rasullah Sayyidah Zainab R.A, dengan Abu al As bin Rabi’.

Pernikahan beda agama rupanya pernah terjadi di zaman Rasulullah. Itu dialami oleh Zainab binti Muhammad bin Abdillah, putri tertua dari Rasulullah dan Khadijah. Ia lahir ketika Rasulullah SAW masih berumur 30 tahun, Sebelum Rasullah diangkat menjadi Nabi diusia 40 tahun.

Saat Zainab memasuki usia yang layak untuk menikah, ia dilamar oleh Halah binti Khuwailid, bibi dari ibundanya, untuk dijodohkan dengan anaknya yang bernama Abu al As bin Rabi’. Pinangan itu diterima dan Zainab pun menikah dengan Abu al As.

Dari pernikahan tersebut, Zainab dikaruniai dua anak, Ali dan Umamah. Pernikahan Zainab ini terjadi sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul, Bunda. Ketika Rasulullah menerima wahyu Islam, Zainab termasuk orang yang pertama kali mengimaninya.

Sayangnya, suami Zainab tetap sulit meninggalkan agama nenek moyangnya. Hal ini membuat akhirnya pernikahan mereka sulit dipertahankan. Zainab memilih Islam, sedangkan Abu al As tetap pada agamanya.

Abu al As kemudian bergabung dalam tentara kaum Quraisy yang memerangi Rasulullah SAW. Dalam perang Badar, Abu al As tertangkap dan menjadi tawanan umat Islam. Suasana menjadi tegang karena sesungguhnya Abu al As adalah menantu Rasulullah SAW yang menjadi tawanan perang.

Dalam suasana tegang seperti itu, kaum kafir Quraisy mengirimkan utusan untuk menukar Abu al As dengan tawanan yang lain. Dengan kesetiaannya, Zainab mengirimkan kalung hadiah pernikahan dari ibundanya, demi menebus Abu al As.
Ya, Abu al As adalah suami yang sangat dicintai Zainab. Ketika Rasulullah melihat kalung Zainab yang merupakan hadiah dari ibundanya, Khadijah, hatinya pun merasa iba.

“Wahai kaum Muslimin, jika kalian dapat melepaskan tawanan bernama Abu al As bin Rabi’ serta mengembalikan tebusannya kepada Zainab, maka silakan kalian melakukannya,” demikian Rasulullah bersabda, dikutip dari buku 25 Perempuan Teladan (Para Istri, Putri, & Sahabat Perempuan Nabi saw.), karya Hj. Umma Farida Lc., MA.

Mendengar sabda Rasulullah, umat Islam yang terlibat perang kemudian mau melepaskan tawanannya yang tak lain adalah Abu al As. Suami Zainab pun dilepaskan dan tebusan dikembalikan. Saat dilepaskan, Rasulullah memberi syarat pada Abu al Ash.

Syaratnya, jika dilepaskan, Abu al As mau bercerai dengan Zainab. Akan tetapi, ia boleh bersama Zainab apabila ia mau memeluk Islam. Sayangnya, Abu al As tetap memegang teguh agama nenek moyangnya.

Setelah dilepas, Abu al As kembali ke Makkah, ia merelakan Zainab untuk dikembalikan kepada ayahnya, Rasulullah, di Madinah. Ia diantar Kinanah bin Rabi’ yang merupakan saudara kandung Abu al As.

Di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh kaum kafir Quraisy yang dipimpin oleh Hubar bin Aswad dan Nafi’ ibn Abdulqais. Hubar mendorong Zainab hingga terjatuh dari untanya. Padahal, saat itu Zainab sedang hamil, hingga ia mengalami pendarahan, dan gugur kandungannya.

Zainab kemudian resmi berpisah dari suaminya. Abu al As tinggal di Makkah, sedangkan Zainab di Madinah. Keduanya sangat bersedih atas perpisahan yang terjadi.

Enam tahun lamanya, Zainab hidup bersama Rasulullah di Madinah. Selama itu pula, tak henti ia berdoa agar Allah berkenan melapangkan hati suaminya untuk menerima Islam. Sampai suatu saat, pada bulan Jumadil Ula tahun 6 Hijriah, Abu al As keluar untuk berdagang ke negeri Syam.

Ketika hendak kembali pulang, di tengah perjalanan ia bertemu dengan pasukan Rasulullah. Mereka meminta semua harta yang dibawa dan ia pun kemudian menyerahkannya. Dengan demikian, habislah semua harta Abu al As dan harta orang lain yang dibawanya.

Abu al As tidak dapat mengembalikan amanat yang diserahkan kepadanya. Semua harta telah habis, sementara orang-orang yang menitipkan dagangan menunggu kepulangannya. Dalam keadaan bersedih, ia teringat pada Zainab yang sangat mencintai dan setia pada dirinya.

Abu al Ash masuk Madinah secara sembunyi-sembunyi pada waktu malam. Ia meminta pada Zainab untuk memberikan perlindungan, serta menolong untuk mengembalikan hartanya. Zainab kemudian memberikan perlindungan pada mantan suaminya itu.

Ketika datang waktu subuh, umat Islam pergi ke masjid. Rasulullah mengumandangkan takbir dan umat Islam pun bertakbir pula bersama Beliau. Tiba-tiba, dari balik dinding terdengar suara, Bunda. Suara tersebut adalah suara Zainab.

“Hai orang-orang, sesungguhnya aku telah melindungi Abu al As. Ia sekarang berada dalam perlindungan dan pengamananku,” kata Zainab.

Seusai salat, Rasulullah langsung menghadap para jamaah dan bersabda, “Wahai kaum Muslimin, adakah kalian mendengar suara sebagaimana yang aku dengar? Sesungguhnya Zainab adalah orang yang paling pantas memberikan perlindungan kepadanya.”

Kemudian Rasulullah menemui Zainab, lalu berpesan, “Wahai putriku, hormatilah kedudukan Abu al Ash. Sebab tidak ada jalan baginya untuk lepas begitu saja, serta dirimu sama sekali tidak halal baginya, selama ia masih musyrik.”

Di tahun berikutnya, pada 7 Hijriah, Abu al As datang kembali ke Madinah dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Ia pergi sebagai Muhajir. Ia kemudian dipersatukan kembali dengan Zainab dalam hubungan pernikahan yang Islami, Bunda.

Melihat kesetiaan itu, Rasulullah sangat kagum dengan Zainab yang setia pada suami meski telah lama berpisah, serta telah memutuskan syahwat terhadapnya demi memenuhi perintah Allah. Zainab tetap bersikap baik dan setia memberikan pertolongan kepadanya.

Zainab kemudian wafat pada tahun 8 Hijriah. Sesungguhnya, Zainab memiliki keteladanan yang indah, yakni kesetiaan seorang istri pada suami, ketulusan cinta, dan keteguhan iman, (LN***)

Advertisement