OPINI: 77 Tahun Indonesia Merdeka, “Migrasi” Ikatan Sarjana Asal Sidrap (ISA)

77 Tahun Indonesia Merdeka,
“Migrasi” Ikatan Sarjana Asal Sidrap (ISA)

Oleh: Anshar Ilo (Tokoh Mudah Intelektual)

Momentum Perang antara Ukrania dan Rusia terbaca sebagai percepatan adu kecerdasan, dalam terminologi rasional, sebelum beradu diarena perang militery, bangunan kecerdasan intelektual lebih awal diperkuat. Simbolisasinya, adalah perang militer tak pernah mengalahkan kecerdasan intelektual. Rangkaian interaksinya, tersebutkan, perang sesungguhnya adalah berkompetitifnya para ilmuan dalam mengalahkan atau “mematahkan” kecerdasan intelektual para kompetitornya. Korelasi emperisnya, ketika kecerdasan terkalahkan, maka sejatinya, individu, masyarakat, bangsa dan negara, terkooptasi telah kalah lebih awal tanpa harus bertarung di perang militer.

Sejumlah parameter intelektual membenarkan, jika sebelum berhadapan dengan “perang mileter” lebih awal dibangun adalah nilai.nilai kecerdasan intelektual. Simbolisasi demikian, jelas merasionalisasi kelahiran pertumbuhan para intelektual, dan pada saat kemanfaatannya, tak pernah ragu dan mundur dalan menghadapi tantangan, bahkan sedahsyat apapun resiko “perang militer” mereka, para intelektual, pasti menang. Alasannya, kemenangan diperang militer, didesain oleh kecerdasan intelektual.

Advertisement

Di inplementasi tersebut, jelas ternyata bahwa kekuatan intelektual, atau disebut kecerdasan logika, sejatinya mampu mewujudkan kemenangan tanpa lebel kekalahan. Respon aplikasinya, jika kondisional demikian ditarik masuk pada seluruh penyandan gelar sarjana asal Sidenreng Rappang, tetbaca sebagai Ikatan Sarjana Asal Sidrap (ISA), maka semakin jelas memperlihatkan dua arus momentum. Pertama, sarjana cerdas dan sarjana inplementatif. Keduanya jika digabungkan, maka mengharuskan untuk dianalogkan sebagai kesiapan untuk berperan dan berperang. Rasionalnya, untuk sampai pada realisasi, ketika kemantapan kecerdasan telah diraih, maka jelas motivasinya adalah mereka telah sukses ber “imigrasi”. Dan yakin, antitesa tak mungkin bisa ditemukan lagi.

Selanjutnya, faktor penentu, dalam melihat dan mengukur tingkat kecerdasan intelektual dan kecerdasan logika para sarjana asal Sidrap, letaknya pada usia 77 Indonesia Merdeka. Antara lain jika pembangunan Kabupaten Sidrap, maju, berkembang dan terlihat “metropolis,” juga minimnya intervalisasi marginal kehidupan masyarakat Sidrap, maka wajib dibaca sebagai kesuksesan sarjana asal Sidrap. Tapi, jika terjadi sebaiknya, maka Ikatan Sarjana Asal Sidrap, terlebel gagal ber “imigrasi” dari “kedunguan.”

Advertisement