LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Penolakan lokasi pembangunan Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berlokasi di Kecamatan Tamalanrea terus berlangsung.
Terbaru pihak manajemen PT Sarana Utama Synergy (PT SUS) mendatangi SMA Negeri 6 Tamalanrea.
Informasi yang berhasil dihimpun di lapangan pihak manajemen PT SUS diterima H. Hasanuddin selaku Humas dan Marthen guru SMA Negeri 6 Makassar.

Hadi Akbar, Tokoh masyarakat di Kelurahan Mula Baru mengungkapkan pihak SMA Negara 6 Makassar tetap berkeras menolak rencana pembangunan PSEL yang berdekatan dengan sekolah menengah atas tersebut.
“Jelasnya pihak sekolah (SMA) menolak secara tegas rencana pembangunan PSEL,”
Hal itu disampaikannya usai menemui pihak SMA Negeri 6. Sebanyak 50 warga Kelurahan Mula Baru meminta penjelasan informasi yang berkembang bahwa pihak sekolah menerima keberadaan PSEL.
“Tadi mediasi antara warga dan pihak kepala sekolah dan humas SMA 6. Hasilnya mereka tetap menolak,” tegas Akbar. Jumat (15/8)
Di hari yang sama sekolah pendidikan islam Yayasan Al Rasid yang juga dekat dengan rencana lokasi pembangunan PSEL bersama warga bersatu menolak.
Untuk diketahui Wali Kota Makassar saat itu, Moh Ramadhan Pomanto menandatangani perjanjian kerja sama proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) yang berlokasi di Kecamatan Tamalanrea, Kota Makassar, Selasa (24/9/2024) lalu di Jakarta.
Proyek PSEL ditargetkan groundbreaking akhir tahun ini.
Penandatangan ini dilakukan oleh Wali Kota Danny bersama CTO of Sus Shanghai Jiao Xuejen, serta Direktur Utama PT Sarana Utama Synergy, Yee Wai Kuen.
Penandatanganan kerja sama disaksikan Asisten Deputi Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ridha Yasser, di Kantor Kementerian Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI.
“Alhamdulillah penandatanganan yang dilakukan hari ini berjalan dengan baik. Gembira betul karena setelah perjalanan panjang kami menunggu dan beberapa kendala akhirnya kerja keras teman-teman untuk mewujudkan kota Makassar ramah lingkungan ini akhirnya terwujud,” ucap Danny.
Diungkapkan Danny, bahwa dirinya juga sangat berterima kasih kepada pihak Kementerian atas dukungan serta fasilitas yang telah diberikan hingga proyek ini bisa sampai pada tahap ini. Ia menyebut, penandatanganan, proyek PSEL akan segera groundbreaking di akhir 2024.
Ada tiga dokumen yang ditandatangani yakni dokumen perjanjian kerjasama dengan PT SUS Shangai yang terkait dengan kesepahaman pembangunan, pengelolaan PSEL antara dua belah pihak dan membangun komitmen untuk mengelola PSEL dengan baik.
Dokumen kedua terkait perjanjian KSPI yang meliputi pemanfaatan aset lahan TPA Tamangapa seluas 3,1 hektare beserta nilai clawback. Ketiga terkait dokumen kerja sama proyek lahan dan pabrik di Tamalanrea seluas 6,1 hektare yang akan dimanfaatkaan selama 30 tahun mendatang.
Wali Kota dua periode itu juga menyampaikan, dengan telah dilakukannya penandatanganan perjanjian kerjasama PSEL, permasalahan sampah yang kerap diresahkan selama ini diharapkan dapat segera terselesaikan.
“Mudah-mudahan dengan adanya teknologi dalam penyelesaian sampah kota Makassar, tidak ada lagi timbulan sampah di kota Makassar, semuanya diolah dan menghasilkan listrik dengan teknologi ramah lingkungan, dimana semua polutan, diantaranya bau, lindi, udara, dan tanah akan memenuhi syarat baku mutu lingkungan, sesuai dengan harapan kita bersama. Teknologinya kan bukan dari kita yang tentukan tapi kami harap bisa menjadi jawaban baik bagi kita,” ungkapnya.
Asisten Deputi Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Ridha Yasser, mengatakan sesuai amanat Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik berbasis Teknologi Ramah Lingkungan ini berlokasi di Kota Makassar dengan kapasitas dapat mengelolah sampah sebesar 1.300 ton per hari.
Proyek ini pun akan dilengkapi dengan dua jalur pembakaran berkapasitas 2×650 ton per hari dan satu unit pembangkit uap berkapasitas 1×35 MW.
“Sebagai salah satu proyek strategis nasional untuk pengolahan sampah di Indonesia proyek ini tidak hanya membantu mengatasi masalah sampah yang semakin serius tetapi juga secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, mendukung Indonesia dalam mencapai target netral karbon,” tuturnya.
Sementara, CTO SUS Environment, Jiao Xue Jun dalam sambutannya menyatakan partisipasinya dalam proyek pembakaran sampah untuk pembangkit listrik di Makassar ini sebagai perusahaan energi bersih terkemuka di China.
“Kami akan memanfaatkan keunggulan teknologi dan manajemen kami untuk memastikan pembangunan dan operasi proyek yang efisien, serta memberikan dorongan baru untuk perkembangan berkelanjutan,” sebutnya.
Proyek ini diperkirakan akan segera dilakukan ground breaking pada akhir tahun 2024 dan mulai beroperasi pada akhir tahun 2026 serta diharapkan akan menjadi proyek percontohan penting di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Selama masa pembangunan proyek juga akan menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat setempat dan mendorong perkembangan rantai industri terkait.
Kerja sama ini tidak hanya memperdalam kolaborasi antara China dan Indonesia di bidang energi hijau dan perlindungan lingkungan tetapi juga merupakan pencapaian penting dalam kerangka inisiatif “Belt and Road”. (LN/*)

























