Benarkah Lumpur Lapindo Menyimpan Harta Karun, Bakal Membuat RI Raja Dunia

Kawasan lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur
Kawasan lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur

LEGION NEWS.COM, SIDOARJO – Banjir lumpur panas Sidoarjo, atau yang lebih dikenal oleh publik dengan nama Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo oleh Brantas Inc. di Dusun Balongnongo.

Banjir lumpur panas lapindo menyebabkan 4 kecamatan terimbas oleh lumpur panas tersebut. Adapun kecamatan dimaksud, Kecamatan Porong, Jabon, Tanggulangin, dan sebagian Kecamatan Gempol, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Dikutip dari Wikipedia Indonesia. Peristiwa tersebut bermula di hari Senin Tanggal, 29 Mei 2006 tepatnya 15 tahun lalu hingga kini.

Namun belakangan ini lumpur Lapindo menjadi perbicangan publik. Usai para ilmuan menemukan berbagai manfaat yang ada di dalam kandungan lumpur Lapindo.

Advertisement

Indonesia ternyata tak perlu jauh-jauh mencari sumber daya alam mineral kritis berupa lithium (Li) dan stronsium (Sr) untuk mendukung rencana pengembangan baterai untuk keperluan kendaraan listrik di tanah air. Indonesia bisa menjadi ‘Raja’ di negerinya sendiri dalam hal bahan baku baterai kendaraan listrik tersebut.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat terdapat indikasi adanya harta karun berupa lithium dan stronsium di Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur. Tak hanya itu, ada juga indikasi mineral lainnya yakni mineral logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth.

Koordinator Mineral Pusat Sumber Daya Mineral Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM, Moehammad Awaluddin menyampaikan bahwa berdasarkan penyelidikan umum di Lumpur Lapindo, Sidoarjo ditemukan adanya mineral kritis dengan kadar yang cukup tinggi yaitu lithium dan stronsium

Bahkan, untuk mineral logam tanah jarang (LTJ), kata Awaluddin indikasi temuannya cukup rendah. “Yang cukup tinggi dan coba sedang ditindak lanjuti adalah lihtium dan stronsium,” terang Awaluddin kepada CNBC Indonesia, Selasa (25/1/2022).

Dia bilang, indikasi temuan lithium itu bisa menjadi bagian dari bahan baku baterai kendaraan listrik. Sehingga bisa mendukung program kendaraan listrik nasional. Sementara stronsium bisa digunakan untuk bahan baku kebutuhan elektronik.

“Ini baru penyelidikan umum dan tindaklanjuti dari Puslitbang Tekmira pada saat itu. Pasti dari kegiatan pengeboran masih jauh dan bornya masih bor tangan 5 meter,” ungkap Awaluddin.

Atas adanya indikasi temuan lithium dan stronsium itu, pihaknya saat ini fokus kepada uji ekstraksi. Bahkan, di tahun 2021 Puslitbang Tekmira sudah menindaklanjuti hal tersebut dan fokus ke logam lithium tersebuyi.

Karena, metode esktraksi itu bisa dikenal saat ini dan skala lab dengan recovery yang cukup. “Jadi, memang kita pada saat 2020 ini tujuan penyelidikan tidak fokus ke salah satu logam. Namun logam yang bernilai ekonomi, kita lakukan uji.

Hasilnya itu mengerucut lithium dan stronsium yang cukup strategis untuk kegiatan memenuhi bahan baku materialistik tadi,” tandasnya.

Setelah melakukan ekstraksi, fokus selanjutnya, kata Awaluddin, adalah menindak lanjuti keekonomian dari ‘harta karun’ tersebut. Adapun kelayakan ekonomi itu akan ditingkatkan statusnya melalui kajian-kajian lainnya baik dari segi penambangan dan lingkungan.

“Ada 10 kajian yang kita lakukan di sana, hingga sampai tahapan apakah ini ekonomis di tambang atau tidak,” tandas dia.

Dalam catatan Kementerian ESDM, kebutuhan lithium untuk pengembangan kendaraan listrik hingga 2030 mencapai 758.693 ton. Jumlah tersebut untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik.

Sementara dari catatan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) unsur logam lithium berpotensi ada daerah Tikus, Bangka Belitung, Hatapang, Pegunungan Tiga Puluh, Aceh dan Sumatera dengan catatan perlu survey lebih terinci.

Minarak Group selaku Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) minyak dan gas bumi (migas) pengelola wilayah kerja migas (WK Migas) Brantas, ternyata juga tengah melakukan kajian internal dengan menyiapkan tim ahli untuk menelusuri adanya indikasi Harta Karun super langka di Lumpur Lapindo itu.

Seperti diketahui, Minarak Brantas Gas bersama yang merupakan Lapindo Brantas Inc dan PT Prakarsa Brantas adalah pengelola wilayah kerja migas Brantas, yang mana diketahui sebelumnya area lumpur lapindo masuk ke dalam wilayah kerja migas tersebut.

Sekretaris Perusahaan Minarak Group, Ananda Arthaneli menyampaikan bahwa sejauh ini pihaknya masih melakukan kajian di internal atas adanya inidikasi mineral logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur itu.

“Di mana kami juga melibatkan beberapa tim ahli. Jika sudah ada Hasil yang pasti akan kami beritahukan. Kami sangat berharap apapun itu semoga suatu hal yang dapat bermanfaat bagi kita semua,” terang Ananda kepada CNBC Indonesia, Senin (24/1/2022).

Sayang dia belum menjelaskan detil, atas hasil kajian internal tersebut. Dia juga belum bisa menyebutkan, jika kelak memang ditemukan adanya ‘harta karun’ super langka itu, apakah akan diproduksi langsung oleh Minarak dan Lapindo Brantas serta PT Prakarsa Brantas.

“Untuk nanti diproduksi oleh siapa kami belum mempersiapkan itu. Namun pastinya kami akan kordinasi bersama pemerintah,” ungkap dia. (cnbc)

Advertisement