BMI Gelar Dialog Publik, Muchtar Daeng Lau: Paham Radikalisme Pemahaman Agamanya Tidak Lengkap

Foto Brigade Muslim Indonesia gelar di dialog publik di Makassar. Selasa (23/3)

MAKASSAR||Legion-news.com Paham Radikalisme menjadi materi dialog publik dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi zoom berlangsung di Firefiles jalan Pattimura, kota Makassar

Brigade Muslim Indonesia (BMI) Sulawesi Selatan menggelar Dialog Kebangsaan bertema “ Peran Ormas dan Pemuda dalam Usaha Menangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi”, Selasa (23/3/2021).

Ikuta serta dalam dialog publik diantaranya Ketua Yayasan Sikawarui Appa Sulafa, Muchtar Daeng Lau, dalam pemaparannya di acara yang berlangsung lewat aplikasi Zoom itu, menjelaskan tentang paham serta gerakan radikalisme .

Ustadz Muchtar, sapaan akrab aktivis dakwah ormas Hidayatullah itu, terlebih dahulu menegaskan bahwa paham serta gerakan radikalisme tidak boleh langsung ditujukan kepada agama tertentu, sebab disebutkannya, hampir semua penganut agama ada yang radikal.

Advertisement

“Seperti misalnya di New Zealand, ada penembakan terhadap penganut Islam. Juga kasus serupa seringkali terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, sehingga itu juga merupakan gerakan radikal,” terangnya.

Ustadz Muchtar menyampaikan, pelaku yang sudah terpapar paham radikal kemudian melakukan aksi terorisme adalah mereka yang tidak punya pemahaman lengkap tengan ajaran agama.

Adapun pola perekrutan dari jaringan kelompok radikalis tersebut, dia menyebut, biasanya dibarengi dengan iming-iming dan doktrinasi tertentu, entah lewat pertemuan khusus atau melalui internet.

“Dalam rangka meminimalisasi paham dan gerakan radikal ini, negara harus senantiasa hadir dalam menjawab setiap persoalan yang dihadapi, terutama dalam mengatasi ketimpangan ekonomi dan perwujudan keadilan bagi semua masyarakat tanpa pandang bulu,” jelas Ustadz Muchtar, yang sudah menulis tiga karya buku bertema deradikalisasi.

Sejalan dengan itu, Ketua Gerakan Pemuda Anshor Makassar, Muhammad Harun, juga mengatakan bahwa kalangan pemuda adalah lahan empuk dalam pola perekrutan dari kelompok pengusung gerakan radikal.

“Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pemuda ini memiliki ghirah atau semangat, dan apabila tidak dibarengi dengan basic ilmu dan pemahaman yang memadai, maka tentu sangat berpotensi untuk ikut terjerumus,” tuturnya.

Berkaitan dengan tema dialog yang fokusnya pada ormas dan pemuda, Harun mengajak kepada semua pegiat atau pun praktisi ormas kepemudaan agar mampu memfungsikan lembaga dengan baik, seperti menjadi wadah berkreasi bagi pemuda, sehingga para pemuda tidak mudah terjerumus dalam kegiatan yang mengarah kepada tindakan radikal.

Dalam kesempatan itu, Harun menjelaskan, Nahdlatul Ulama (NU) selalu mengedepankan sikap tasamuh (toleransi), tawassut (sikap pertengah) dan tawazun (seimbang).

“NU yang merupakan Ahlul Sunnah wal Jamaah (Aswaja) terus menggencarkan bidang dakwah. Kemudian bidang sosial, seperti terus menghidupkan dialog dan bakti sosial. Juga gerakan pemberdayaan ekonomi,” ujarnya.

Webinar yang dimoderatori Irfan Abdul Gani, jurnalis media nasional VIVA.co.id, itu berlangsung cukup meriah dengan kehadiran puluhan peserta dari berbagai latar belakang lembaga. Bahkan ada juga peserta dari Papua Barat.

Sementara itu, Ketua Harian Laskar Merah Putih Sulawesi Selatan, Maulana Yusdianto, pembicara lainnya dalam dialog kebangsaan itu, mengingatkan betapa pentingnya peran keluarga dan institusi pendidikan sebagai upaya pencegahan dini dari ancaman paham dan gerakan radikalisme.

Aktivis yang khas dengan rambut gonrong itu juga menyampaikan tentang perlunya dibangkitkan kembali nilai-nilai gotong royong dan kebersamaan dalam bertetangga, terlebih dalam berbangsa dan bernegara.

“Kondisi yang saat ini terjadi, kadang dengan tetangga saja kita tidak kenal. Nanti pada saat ada tetangga kita yang terlibat kasus, misalnya, baru ketahuan. Padahal ini kan semestinya tingkat RT dan RW sudah bisa mendeteksi semua warganya sejak dini. Nilai-nilai itu yang kian hilang,” kata Maulana.

Sebagai ormas nasionalis, dia menegaskan NKRI sudah menjadi harga mati untuk terus dipertahankan. Jika ada pihak atau kelompok yang hendak melakukan makar, maka Maulana menyatakan sebagai komponen anak bangsa pasti akan berjuang mempertahankan keutuhan NKRI.

Di pengujung dialog kebangsaan itu, Ketua BMI Sulawesi Selatan, Muhammad Zulkifli, juga menitipkan pesan bahwa semua pihak tidak boleh menutup mata dengan keberadaan kelompok radikal atau pun kelompok intoleran termasuk kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI.

Pada tataran pemahaman radikal, dia menyebut mengenai adanya kelompok yang memandang pemerintahan dengan istilah togut, sehingga mengharamkan demokrasi. Begitu pula kelompok perongrong dalam bernegara, seperti Organisasi Papua Merdeka (OPM).

“Ini semua ada dan kita tidak boleh menganggap remeh” kita harus punya langkah nyata sebagai bentuk ihtiar kita untuk mengantisipasi ini semua, olehnya itu mariki semua harus bersinergi, bergandengan tangan dan bekerjasama dalam memerangi kelompok tersebut,” kata Zulkifli.

Adapun Hanif Muslim selaku ketua panitia pelaksana dari dialog kebangsaan itu, menyampaikan apresiasi dan penghargaan kepada seluruh pemateri serta jajaran pengurus BMI Sulawesi Selatan.

“Atas segala kerjasamanya, sehingga acara bisa berjalan lancar dan sukses serta tidak ada hambatan, kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga keterlibatan kita semua mendapat ganjaran pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Aamiin,” tuturnya.

Advertisement