2 Pembangkit Listrik Utama Kehabisan BBM, Lebanon Dilanda Gelap Gulita

FOTO: Salah satu pembangkit listrik di Lebanon kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM)
FOTO: Salah satu pembangkit listrik di Lebanon kehabisan Bahan Bakar Minyak (BBM)
Advertisement

LEGION NEWS.COM – Lebanon dilanda gelap gulita usai dua pembangkit listrik utama nya kehabisan bahan bakar minyak (BBM). Kurangnya suplai BBM akibat krisis ekonomi melanda Lebanon.

Lebanon berbatasan langsung dengan negara di Timur Tengah, sepanjang Laut Tengah, dan berbatasan dengan Suriah di utara dan timur, dan Palestina di selatan.

Mengutip Trading Economics, ekonomi Lebanon kontraksi alias negatif 20,3% di 2021. Krisis ekonomi yang parah sudah terjadi selama 18 bulan terakhir.

Mata uang lokal bahkan jatuh ke rekor terendah terhadap dolar.Pound Lebanon dijual dengan rekor 19.500 terhadap dolar AS, kurang dari sepersepuluh kurs resminya, di pasar gelap.

Advertisement

Mata uang lokal bahkan jatuh ke rekor terendah terhadap dolar.Pound Lebanon dijual dengan rekor 19.500 terhadap dolar AS, kurang dari sepersepuluh kurs resminya, di pasar gelap.

Cadangan mata uang asing Lebanon menipis. Inflasi makanan mencapai 400%.

Pemadaman total disebabkan dua pembangkit listrik terbesar Lebanon terpaksa ditutup pada Sabtu (9/10/2021) akibat kekurangan bahan bakar.

Seperti dilaporkan RT, malam di Lebanon dilanda kegelapan penuh dan mungkin akan berlanjut selama beberapa hari mendatang.

“Jaringan listrik Lebanon benar-benar berhenti bekerja pada siang hari ini, dan sepertinya tidak akan berfungsi sampai Senin depan, atau selama beberapa hari,” kata pejabat itu kepada agensi tersebut

Pihak berwenang akan berusaha menggunakan cadangan minyak militer sehingga pembangkit listrik untuk sementara dapat melanjutkan operasi. Tetapi otoritas memperingatkan bahwa rencana itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Menurut operator Electricité Du Liban, pembangkit listrik Deir Ammar dan Zahrani yang terkena dampak telah menyediakan 40% listrik Lebanon. Pemadaman listrik di negara berpenduduk hampir enam juta itu diperkirakan akan berlangsung selama beberapa hari.

Fasilitas kehabisan bahan bakar karena pemerintah kekurangan mata uang asing untuk membayar pemasok energi asing. Kapal-kapal yang membawa minyak dan gas dilaporkan menolak untuk berlabuh di Lebanon sampai pembayaran untuk pengiriman mereka dilakukan dalam dolar AS.

Mata uang Pound Lebanon telah merosot 90% sejak 2019, di tengah krisis ekonomi, yang semakin diperdalam oleh kebuntuan politik. Faksi-faksi yang bersaing belum dapat membentuk pemerintahan dalam 13 bulan sejak ledakan mematikan di pelabuhan Beirut. Faksi-faksi itu menemukan titik temu setelah persetujuan kabinet baru pada bulan September.

Situasi pasokan listrik telah mengerikan di negara itu sebelum pemadaman total, dengan penduduk hanya bisa mendapatkan listrik selama dua jam sehari.

Beberapa penduduk mengandalkan generator diesel pribadi untuk memberi daya listrik pada rumah mereka, tetapi perangkat keras semacam itu tidak tersedia di Lebanon. (**)

Advertisement