LEGION-NEWS, TANA TONAJA– DPRD Tana Toraja mengeritik keras pelaksanaan karnaval di objek wisata Buntu Burake. Kegiatan yang tidak melibatkan pemerintah daerah itu dipandang berpotensi masuk dalam kategori pungli.
“Saya tegaskan bahwa sesuai dengan peraturan daerah tentang pajak bahwa retribusi ditetapkan Rp10 ribu ini khusus di objek wisata Burake. Adapun pada kegiatan karnaval itu kami melihatnya ada indikasi pungli,” ujar Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD Tana Toraja Kristen HP Lambe, Sabtu (21/05/2022).
Dijelaskan Kristian, sesuai regulasi, setiap kegiatan festival atau karnaval di Buntu Burake tidak boleh digandeng di pos retribusi pemerintah daerah. Karena dia bersifat komersil. Kristian menegaskan, panitia wajib membayar 10%.
“Yang kedua membayar porporasi. Biaya porporasi itu membayar karcis dari jumlah karcis yang tersedia. Jadi kalau ada hal-hal yang terkait dengan retribusi dalam bentuk karcis atau dalam bentuk apa pun yang tidak sesuai dengan peraturan daerah maka itu sifatnya pungutan liar atau pungli,” terang Kristian.
Menurutnya, kegiatan karnaval ini bisa masuk kategori pungli karena tidak menggandeng pemda. Sementara ada nilai komersil yang mereka terapkan.
“Itukan sangat jelas komersil karena di dalam karcis itu tidak ada logo pemda. Jadi sama sekali tidak benar jika ada karcis harus digandengkan dengan retribusi kantor pemda yang resmi,” ketus Kristian.
Kata Kristian, sepanjang tidak ada koordinasi dengan pemda maka itu masuk dalam kategori pungli. Sebab dasar pungutan pada kegiatan komersil di Buntu Burake harus sepengetahuan pemda jika karcisnya digandeng.
Sementara itu pihak Bapenda Tator telah mengeluarkan instruksi agar karcis pemda dengan karcis karnaval dipisah. Sebab kegiatan karnaval ini tidak mendapat legitimasi dari pemda.
Karnaval di Buntu Burake menuai kontoversi. Pihak panitia disoroti karena tak melibatkan pemerintah daerah. Bupati dan Wabup Tana Toraja bahkan tidak menghadiri kegiatan karnaval ini.
Ketidakhadiran bupati dan wabup diduga karena panitia tak berkoordinasi dengan pemda. Imbasnya, acara karnaval sepi pengunjung. OPD-OPD yang diharapkan ikut meramaikan juga tak terlibat.
Ketua panitia Jhon Rende Mangontan (JRM) pun menjadi sasaran kritik. JRM dinilai tak becus dalam mengelola kegiatan kepariwisataan.