LEGION-NEWS, NIAGA — Industri di Indonesia yang mulai tumbuh kembali pasca tsunami wabah virus corona menunjukkan trend positifnya, sejumlah pasar ekonomi menggeliat kembali. Salah satu industri yang mulai berputar kembali adalah tekstil, usaha yang selama ini seolah di anak tirikan oleh pemerintah perlahan tapi pasti bangkit kembali, sejumlah pelakunya pun kian bertambah tiap harinya.
industri tekstil dan pakaian jadi terbagi tiga yakni hulu (upstream), sektor industri antara (midstream), dan sektor industri hilir (downstream). Sektor industri hulu (upstream) merupakan sektor yang memproduksi serat dan benang.
Sektor industri antara (midstream) adalah industri yang memproduksi kain serta downstream yang memproduksi barang-barang jadi yang dikonsumsi masyarakat termasuk garmen yang mengolah kain jadi menjadi pakaian jadi baik kain rajut maupun kain tenun.
Gerraldy Putra Koerniawan (28), salah satu pelaku industri tekstil rumahan dengan label “GerryPROJECT
utility and comfortable wear” asal Bandung ini menuturkan meski Indonesia merupakan negara kelima terbesar produsen tekstil di dunia namun perhatian pemerintah dalam bidang usaha jenis ini masih minim, adanya regulasi yang ribet dalam pengurusan ijin serta sulitnya mendapatkan bantuan modal usaha dianggap sebagai hambatan berkembangnya industri ini.
“Perhatian pemerintah sangat kurang dan cenderung industri kami ini di pandang sebelah mata, padahal kita ini 5 besar di dunia.” Tutur pria keturunan Bugis ini
Jebolan Fakultas ekonomi Unhas 2015 ini mengatakan, saat ini usahanya telah mampu memproduksi hingga seribu lembar pakaian jadi perminggu nya dengan omzet mencapai ratusan juta rupiah perbulannya, serta mempekerjakan hingga 40 orang karyawan.
“Alhamdulillah dari omzet sudah sangat lumayan. Barang yang diproduksi juga cepat keluar dan terjual. Analoginya kalau dalam kondisi normal omzet 100 dan pas pandemi 40 sekarang sudah di level 60-70.” Ucapnya
Merujuk pada data Kementerian Perindustrian, dampak pandemi Covid-19 sejak kuartal II-2020, menyebabkan anjloknya utilisasi pada banyak pabrik di industri tekstil dan pakaian jadi hingga 30%.
Penurunan daya beli serta pembatasan mobilitas yang sangat ketat menjadi penyebab ambruknya industri tekstil selama 2020. Pada tahun tersebut, industri tekstil terkontraksi 2,52% padahal pada tahun 2019 tumbuh 4,34%.