Panen Raya Cengkih Ditengah Perayaan Hari Kemerdekaan
Oleh : Zulham, Ketua LMND Morotai 2011-2013
“Cengkih mengisahkan sejarah penjajah menjelajahi rempah-rempah di bumi nusantara, disitu pula perjuangan dan perlawanan menuju kemerdekaan di kobarkan.”
Sang saka Merah Putih dan jemuran Cengkih menghiasi depan Rumah Warga dan sepanjang jalan Desa Wewemo, sebagai tanda Musim Panen raya petani cengkih di tengah Perayaan Hari kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang jatuh pada Hari Senin, 17 Agustus 2020.
Akan tetapi di tengah Perayaan Kemerdekaan, Keberuntungan belum berpihak kepada para petani cengkih di Desa Wewemo dan pada umumnya Petani Cengkih di Pulau morotai. Pasalnya, di musim panenl raya cengkih kali ini yang bertepatan di Bulan Agustus, membuat Para Petani Cengkih menjerit di karenakan harga cengkih yang sedang jatuh di kisaran Rp40.000 s/d Rp48.000-1Kg, yang di beli oleh pembeli lokal (Morotai)., bahkan hampir sebagian Petani Cengkih menahan hasil panennya untuk belum di jual. Dan biasanya, sebagian cengkih akan disimpan untuk tabungan jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk keperluan penting.
Mungkin saja, dampak dari Penurunan harga cengkih di Morotai ini ditengarai akibat dari kebijakan tarif cukai 2020 oleh Pemerintah Pusat (Kemenkeu) yang mencekik stakeholder kretek dari hulu ke hilir.
Belum lagi dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah Pulau Morotai di tengah pandemi, yaitu : memgawasi setiap jalur pintu masuk, dengan memberlakukan karantina kepada setiap orang ke morotai, sehingga ini juga menjadi kemungkinan besar alasan pembeli luar Morotai, enggan masuk membeli hasil dari komoditas cengkih (dengan harga yang sedikit membantu), dikarenakan Berhadapan dengan persoalan waktu yang cukup lama dalam menjalani karantina, karena harus menunggu hasil swab. yang itu akan mempengaruhi pada aktifitas pendistribusian, operasional,dll. karena harus mengikuti prosedur yang berlaku., bahkan “karantina orang terlalu lama, menjadi desakan DPRD dari Fraksi Golkar Mahmud Kiat, agar Pemda segera beli alat PCR”, KabarMalut (23/07/2020).
Kini kita telah memasuki babak New Normal dengan begitu asumsi aktivitas ekonomi bisa perlahan kembali berjalan. Semoga para petani yang menggantungkan nasib pada cengkih bisa segera pulih.
Biar bagaimanapun, industri rokok dalam negeri, yang selama ini menjadi andalan pemasukan negara, tidak lepas dari andil para petani sebagai penopang utama. Harapannya, Dirgahayu kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yang ke-75, menjadi spirit Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Morotai agar tidak sekedar mengambil upaya-upaya taktis saja tanpa memikirkan solusi strategisnya. Setidaknya, segera mengambil sikap untuk memberi jaminan perlindungan terhadap sumber-sumber riil penghidupan masyarakat, petani cengkih.