MAKASSAR, LEGION NEWS.COM Andi Pangerang Petta Rani 14 Mei 1903 – 14 Mei 2020 (117 Tahun lahirnya) Sekelumit perjalanan hidup Andi Pangerang Petta Rani yang lahir di Desa Mangasa Kabupaten Gowa tanggal 14 Mei 1903 ayahnya bernama Andi Mappanyukki Datu Silaja / Datu Suppa (Raja Bone) dan ibunya I Batasai Daeng Taco putri Gallarrang Tombolo anggota Bate Salapang, Masuk Sekolah Bumi Putra Tweede Klasse Inlandse School pada tahun 1913 Usia 10 tahun di Jongaya, dan tamat tahun 1919, Dari tahun 1919 sampai 1925 belajar pada sekolah Pamong Praja Opleiding School Boor Inlands Ambtenaren (OSVIA) di Makassar.
Setelah tamat di OSVIA berturut-turut bertugas sebagai;
▪︎Pamong Praja di Palopo, Bone, Takalar serta
▪︎Kepala Distrik / Karaeng Bontonompo 1925 s/d 1929.
▪︎ Sekretaris Pribadi Raja Bone (1931 – 31-7-1939)
▪︎Sekretaris Pemerintah Swapraja Bone meliputi Soppeng dan Wajo (1-8-1939 – 1-3-1942)
▪︎Anggota Pemerintah Swapraja Bone dengan gelar Arung Macege (1-3-1942 – 1-8-1943)
▪︎Sebagai Arung Macege merangkap Kontelir Pamong Praja/Kepala Kewedanaann Bone (1-8-45 – 1-3-1946)
▪︎Mengundurkan diri sebagai Anggota Pemerintah Swapraja Bone (Arung Macege) karena tidak bersedia bekerja sama dengan Belanda dan kembali ke Jongaya memimpin P.N.I. Gowa. Maret 1946.
▪︎Dalam Penjara karena menantang Pemerintah Belanda (N.I.T) ( 8-11-1946 – 17-11-1949). Di Penjara Belanda sekarang penjara militer Jalan Rajawali
▪︎Kembali ke Bone sebagai Kepala Daerah Bone (15-5-1950 – 1-3-1955)
▪︎Diangkat menjadi Residen Koordinator Sulawesi Selatan 1-3- 1955 – 1-6-1956.
▪︎Diangkat Menjadi Gubernur Provinsi Sulawesi (1-6-1956)
▪︎Diangkat sebagai Gubernur Militer dengan Pangkat Kolonel Tituler, Ketua Penguasa Perang Daerah Sulawesi Selatan/Tenggara (1-5-1957 – 19-8-1958)
▪︎Kembali Menjadi Gubernur Provinsi Sulawesi (19-8-1958)
Diangkat Menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung Sementara RI Juni 1959.
▪︎Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Tahun 1960.
Pada tangggal 15 Agustus 1945, Sebelum Jepang menyerah kepada sekutu, Andi Pangerang Petta Rani, DR. Ratulangi, Andi Sultan Daeng Raja, dan Mr. Andi Zainal Abidin Farid berangkat dengan pesawat pembom Jepang ke Jakarta lewat Surabaya.
Di Surabaya Andi Pangerang Petta Rani dan kawan-kawan mengumpulkan orang-orang Sulawesi yang bermukim di Surabaya di rumah Haji Abdul Karim dan H. Baba, seorang pengusaha berasal dari Enrekang untuk menjelaskan akan diumumkannya Kemerdekaan Republik Indonesia. Selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan pesawat terbang Jepang dan mendarat di Kemayoran. Beliau beserta kawan-kawan di sambut oleh Mr. Maramis.
Tanggal 16 Agustus barulah diadakan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang dilangsungkan setelah Bung Karno dan Bung Hatta Kembali dari tempat penculikan oleh pemuda di Rengasdengklok. Rapat di langsungkan kediaman Laksamana Maeda diputuskan dalam rapat bahwa Kemerdekaan Indonesia akan diumumkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 di Pegangsaan Timur 56. Andi Pangerang Petta Rani ikut merumuskan Undang-Undang Dasar 1945.
Setelah Presiden Soekarno mengumumkan wilayah Republik Indonesia berada dalam keadaan darurat perang. Tanggal 14 Maret 1956, Andi Pangerang Petta Rani diangkat menjadi Gubernur untuk wilayah Sulawesi, dan Gubernur Sulawesi Selatan dan Tenggara 1 Mei 1957. Andi Pangerang Petta Rani juga merangkap sebagai penguasa Militer berpangkat Kolonel Tituler. Beliau juga sangat bijaksana mengatasi kekecauan yang timbul akibat dicetuskannya Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA) pada tanggal 1 Maret 1957, Selain itu, oleh PGRI, AP. Petta Rani digelar sebagai Bapak Pendidikan karena pada masa Andi Pangerang Petta Rani menjadi Gubernur telah berhasil mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, dan poliklinik, sarana olah raga di Sulawesi walaupun dana pembangunan pada masa itu belum banyak tersedia seperti halnya pada masa orde baru, Selain itu, yang menonjol adalah pelaksanaan Operasi Gerakan Makmur pada tahun 1959.
Gerakan ini adalah Gerakan penghijauan yang terbesar yang pernah dilakukan di Sulawesi.
Ketegasan bahwa Andi Pangerang Petta Rani adalah benar-benar seorang pemimpin yang menempatkan kepentingan negara diatas kepentingan keluarganya.
AP. Petta Rani juga sangat aktif dalam perjuangan Partai Kedaulatan Rakyat Bersama dengan Roundonuwu, Lanto Daeng Pasewang, dan Andi Burhanuddin dalam menghapuskan Negara Indonesia Timur. Dan sebagai anggota PPKI beliau juga ditunjuk Bersama DR. Ratulangi oleh Bung Hatta dan Bung Syahrir untuk menghadiri Proklamsi bersama dr Rstulangi sebelum kembali ke Makassar.
Setelah Pensiun Januari 1960, Beliau masih melakukan berbagai kegiatan social dan tugas-tugas antara lain, Menjadi anggota DPA, anggota MPR, menjadi wakil ketua penyantun di Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, Ketua Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan danTenggara, Pimpinan KORHAS, LVRI, dan Penasehat pimpinan tertinggi pemerintahan sipil dan militer di daerah Sulawesi Selatan, pimpinan perusahaan pelayaran PT.PPSS dan PT. Bone Lloyd.
Andi Pangerang Petta Rani adalah bangsawan dalam tingkah laku dan perbuatan, tokoh panutan yang sangat jujur dan tegas tetapi penyayang rakyat, Beliau wafat pada tahun 1975 dan di makamkan dengan upacara militer di Taman makam Pahlawan Panaikang.
Oleh Pemerintah Republik Indonesia Andi Pangerang Petta Rani telah di anugrahi Bintang Mahaputra Tk.III pada tahun 1976 dan Bintang Mahaputra Pratama Tk.II tahun 1992. Sumber Buku Sejarah Perjuangan Bangsa (Arsip Nasional).