MAKASSAR||Legion-news.com World Health Organization (WHO) telah menetapkan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagai pandemi global pada Rabu, 11 Maret 2020. Indonesia merupakan salah satu dari 114 negara yang mengalaminya.
Saat ini kasus di kota Makassar per tanggal 22 Februari 2021 mencapai 54.209 kasus terkonfirmasi.
Vaksinasi covid-19 adalah bagian penting dari upaya penanganan pandemi COVID-19 yang menyeluruh dan terpadu meliputi aspek pencegahan dan penerapan protokol kesehatan.
Vaksinasi Sinovac sebagai upaya Pemerintah dalam melindung seluruh rakyatnya, dilakukan sebanyak 2 kali dengan jangka waktu 14 hari.
Kekebalan tubuh baru terbentuk maksimal setelah 28 hari sejak vaksinasi pemberian kedua diberikan.
Upaya penanganan pandemi ini juga dilakukan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan dengan mengadakan vaksinasi covid-19.
Komda KIPI Sulawesi Selatan mengadakan penyelidikan bahwa Almarhumah mendapat vaksinasi covid 1 pada 14 Januari 2021. Kemudian almarhumah pergi ke luar kota yaitu Mamuju, 5 hari sebelum vaksinasi Covid ke 2 tanggal 28 Januari 2021.
Almarhumah diketahui mendapat gejala sesak, demam, batuk 3 hari pasca vaksinasi dan dinyatakan terkonfirmasi covid-19 pada tanggal 8 Februari 2021.
Almarhumah mendapatkan perawatan di RS Pelamonia kemudian dirujuk ke RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, dinatakan negatif PCR pada tanggal 18 Februari 2021.
Disimpulkan, PERTAMA: Almarhumah kemungkinan tertular saat pergi ke luar kota sebelum vaksinasi kedua diberikan dan kontak dengan anggota keluarga lain terkonfirmasi Covid-19 yaitu Suami beserta ketiga anaknya
KEDUA: Gejala timbul setelah vaksinasi ke dua. Kekebalan tubuh pada saat itu belum terbentuk maksimal
KETIGA: Almarhumah sudah mendapatkan penanganan sesuai tatalaksana Covid dengan hasil PCR swab nasofaring terakhir negatif. Namun pada beberapa kasus Covid, perburukan terjadi karena badai sitokin sehingga menyebabkan masalah sistemik berbagai organ sehingga terjadi gagal nafas
Bahwa Kematian disebabkan oleh Covid-19 bukan karena vaksin
Keterangan Pers disampaikan Dr. dr. Martira Maddeppungeng, Sp.A(K), Institusi Komda KIPI Sulawesi Selatan.
Untuk tahu lebih lanjut mengenai KIPI vaksin coronavirus, simak penjelasannya berikut ini.
KIPI adalah singkatan dari Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Semua kejadian atau reaksi medis yang terjadi setelah pasien disuntikkan vaksin akan menjadi perhatian tenaga medis yang bertugas.
Beberapa waktu lalu, beredar informasi bahwa orang yang habis divaksinasi tidak boleh langsung pulang ke rumah. Ia harus menunggu dulu setidaknya 30 menit.
Tujuan menunggu di klinik atau rumah sakit selama 30 menit adalah memantau ada atau tidaknya KIPI.
Sebenarnya, KIPI tidak hanya berlaku untuk vaksin COVID-19, melainkan untuk semua vaksinasi.
Karena vaksin corona ini terbilang baru, masyarakat jadi merasa asing dengan prosedur tersebut. Padahal, hal ini tidak jauh berbeda dari vaksinasi lainnya.
Bila 30 menit tidak ada reaksi yang patut dikhawatirkan, pasien bisa pulang. KIPI terdiri dari tiga jenis reaksi, yaitu:
Reaksi lokal: nyeri, bengkak, kemerahan di area bekas suntikan. Reaksi lokal yang terbilang parah yakni selulitis.
Reaksi sistemik: demam, nyeri otot seluruh tubuh atau myalgia, nyeri sendi atau artralgia, lemas, dan sakit kepala.
Reaksi lain yaitu alergi. Kondisi ini bisa berupa biduran (urtikaria), anafilaksis (alergi parah hingga sesak napas), dan pingsan.
Ketiga reaksi di atas tidak cuma menjadi KIPI vaksin Sinovac. Semua vaksin memiliki KIPI yang sama.
Dari kedua reaksi di atas, reaksi lokal dan sistemik yang paling sering muncul. Anda tidak perlu khawatir, sebab dua reaksi tersebut sangat umum dan mudah hilang.
Untuk memantau dan menanggulangi KIPI vaksin COVID-19, menteri kesehatan bersama gubernur telah membentuk komite nasional dan daerah.
Dari laporan yang diterima, kasus yang terjadi adalah KIPI ringan dan koinsiden (tidak berhubungan dengan pemberian vaksinasi tersebut).
Beberapa langkah yang bisa dilakukan masyarakat bila efek samping vaksin mulai terasa yaitu:
Mengatasi Reaksi Lokal
Nyeri dan agak bengkak di area bekas suntikan dapat hilang dengan sendirinya. Untuk mempercepat pemulihannya, Anda bisa memberikan kompres dingin pada area tersebut. Bila perlu konsumsi obat parasetamol.
Mengatasi Reaksi Sistemik
Salah satu reaksi sistemik yang paling sering muncul setelah menerima vaksin ialah demam. Kondisi ini tergolong wajar karena tubuh sedang memproses imunitasnya.
Kemenkes RI menyarankan untuk:
minum air putih yang banyak.
mengenakan pakaian yang nyaman.
mengonsumsi parasetamol sesuai dosis.
kompres hangat atau mandi air hangat.
Mungkin, selama ini banyak orang berpikir demam dapat diredakan dengan kompres dingin. Padahal, cara itu keliru.
Dokter Sepriani Timurtini Limbong menjelaskan, “Baiknya memang kompres hangat kalau demam. Dengan kompres hangat, pusat tubuh akan menangkap bahwa lingkungan ini suhunya hangat, sehingga perlahan suhu tubuh diturunkan.”
“Kalau kompres dingin, justru efek yang dihasilkan sebaliknya. Suhu tubuh malah akan tetap tinggi bahkan bisa meningkat karena otak menangkap bahwa suhu di sekelilingnya dingin,” tambahnya.
Mengatasi Reaksi Lain
Segera hubungi petugas medis bila Anda sampai mengalami alergi. Reaksi alergi umumnya diatasi dengan obat antihistamin.
“Apabila pasien sampai pingsan, petugas kesehatan akan menilai tanda vital pasien. Hal ini mencakup tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, dan tingkat kesadarannya,” terang dr. Sepriani.
Tindakan berikutnya dinilai dari hasil pemeriksaan awal di atas. Apabila pingsan terbukti disebabkan oleh alergi, akan diberikan obat antialergi dan lain sebagainya.
Untuk Anda yang sedari awal punya masalah kesehatan mental seperti gangguan kecemasan (anxiety), sebaiknya lakukan relaksasi terlebih dahulu supaya tenang.
Pasalnya, rasa takut menerima vaksin COVID-19 mungkin saja memperberat gejala psikis yang sebelumnya sudah ada.
Setelah mendapatkan vaksin COVID-19, pasien akan diberikan kertas informasi yang bisa mereka hubungi bila KIPI terjadi. Seluruh peserta vaksinasi akan dipantau kesehatan hariannya oleh petugas kesehatan.
Itu dia informasi KIPI vaksin COVID-19. Bila ada pertanyaan seputar virus corona dan vaksinasinya, konsultasi ke dokter lewat fitur LiveChat. Kunjungi laman Pusat Informasi COVID-19 Klikdokter untuk info lengkap seputar layanan medis corona. (**)