Keterangan foto: Dr. Jamal Bijang, M.Si Akademisi Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
MAKASSAR||Legion News – Roda Tiga Konsultan (RTK) menanggapi respon berlebihan dua akademisi yang cenderung melakukan upaya opini publik bahwa RTK adalah lembaga yang tidak kredibel. Kamis,(03/12/2020).
Seperti yang dilansir dari Rakyatku.com “Ini adalah bagian strategi politik untuk menggiring opini publik. Ini juga terjadi di beberapa pemilu sebelumnya. Tujuannya dari perspektif politik adalah untuk menggiring bahwa kandidat tertentu seakan-akan sudah memenangi,” kata akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas), Andi Ali Armunanto, kepada awak media, Rabu (2/12/2020).
Akademisi dari Universitas Islam Negeri Alauddin (UINAM), Ibnu Hadjar Yusuf. Punya penilain yang sama Menurutnya, pola-pola penggiringan opini dengan klaim kemenangan dan politisasi survei adalah langkah keliru.
“Ini penggiringan opini busuk. Pola pembodohan. Cara kolot yang bisa saja mencoreng proses demokrasi,” papar Ibnu. Di kutip dari media Rakyatku.com
Tanggapan Roda Tiga Konsultan
Terkait dengan pandangan dua akademisi, mendapat tanggapan dari Direktur Riset Roda Tiga Konsultan, Muhammad Taufiq, “bahwa rilis survei merupakan hal yang biasa laiknya stadium generale ataupun seminar hasil penelitian pada umumnya, tutur Taufiq. Kamis,(03/12/2020).
“Justru saya heran jika ada yang alergi dengan hal itu. Dalam demokrasi moderen data survei memiliki peran penting. Dan tentunya hal ini sama sekali tidak melanggar aturan”.
“Kami Roda Tiga Konsultan adalah lembaga yang terasosiasi Persepi (Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia), saya sangat menyayangkan adanya tudingan kepada kami sebagai lembaga yang tidak kredibel”.
Juga tidak ada klaim kemenangan dalam survei. Yang ada penyajian data tren empat pasangan calon Walilota dan Wakil Walikota Makassar.
Pandangan Pakar
Akademisi sekaligus pemerhati layanan publik, Dr Hernawan MS, mengatakan, “Survey adalah suatu aktifitas penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan suatu kepastian informasi, ini sah dilakukan oleh setiap orang/ kelompok untuk melihat perkembangan tentang sejauh mana hasil dari pada aktifitas paslon selama ini. Survey ini bisa dilakukan dalam bentuk In- house poll, in – home poll, quick count dan exit poll. Selama survey dilakukan berdasarkan aturan-aturan keilmiahan maka survey itu bukanlah tipu-tipu (konotasinya jelek) atau opini menggiring. Saya kira tidak ada orang/kelompok Yang melakukan survey untuk tujuan tipu-tipu atau menipu”.
Terkait dengan padangan akademisi Unhas dan Uinam, Akademisi Universitas Muslim Indonesia, Dr. Jamal Bijang,.M.Si menyayangkan pandangan tersebut, menurutnya survei merupakan alat ukur yang teruji secara akademik “Survei itu menunjuk arah dan alat bantu demokrasi, bukan dengan mempercayai dukun politik. ini yang berbahaya, kata akademisi UMI ini.
Survei justru akan membantu masyarakat untuk melihat paslon mana yang paling baik untuk dipilih.
Doktor Jamal, “Melihat undecided voters sebesar 18,8 persen (Survei RTK) yang cukup besar, survei politik sangat membantu mereka menentukan pilihan secara cerdas”.
Biasanya kelompok undecided voters ini adalah kumpulan orang-orang rasional yang masih Wait and see hingga menit-menit terakhir, untuk menentukan pilihannya. Survei inilah yang akan membantu pilihan secara rasional bukan seperti tanggapan akademisi yang mengaanggap bahwa survei adalah upaya pengiringan opini dan persepsi publik.
Hasil survei juga akan membantu penyelenggaran untuk menentukan strategi peningkan partisipasi publik dalam penyelengaraan pilkada 9 Desember 2020 mendatang.
“Disinilah semua pihak harus bisa mengkritisi secara cerdas dan mengfilter setiap informasi yang diterima serta memilah siapa paslon yang tepat untuk dipilih. Bukan paslon yang percaya dukun”, Tutup Jamal. (Ln)