LEGION NEWS.COM – Ni’matullah punya tugas berat. Pascaditetapkan sebagai Ketua Demokrat Sulsel oleh DPP, kini soliditas kader jadi tantangannya.
Bukan tanpa sebab, 13 DPC loyalis IAS menolak Lpj Ni’matullah kala Musda. Hal ini jelas bukan hal mudah bagi Nimatullah jika Demokrat jelang pendaftaran pemilu 2024.
Saat diwawancara, Akademisi yang juga Direktur Profetik Institute, Asratillah, memberikan pandangannya terkait masa depan partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono di Sulawesi Selatan pasca penetapan Ni’matullah sebagai Ketua DPD Demokrat Sulsel.
Sebagai akademisi dan pengamat melihat hal ini?
Adanya faksi-faksi atau gerbong politik yang beragam dalam satu partai politik adalah hal lumrah. Variabilitas gerbong politik dalam satu parpol bisa disebabkan oleh orientasi politik yang berbeda, perpedaan dalam menafsirkan platform partai, perbedaan akan strategi dan kepentingan politik jangka pendek ataupun menengah, ataupun faktor sejarah partai bersangkutan.
Seperti halnya dengan Partai Demokrat Sulsel. Adanya perbedaan orientasi dan strategi politik menyebabkan adanya perbedaan di tubuh DPC-DPC Demokrat yang ada. Mungkin ada yang menitikberatkan pada stabilitas dan solidifikasi politik di Demokrat Sulsel dalam waktu jangka panjang, dan ada pula yang menitikberatkan pada kecepatan pendulangan dukungan elektoral jelang 2024.
Pasca terpilihnya Ni’matullah Erbe sebagai Ketua DPD Demokrat Sulsel maka mau tidak mau tugas beliau berikutnya adalah melakukan konsolidasi internal menjelang verifikasi parpol tahun ini, lebih-lebih jelang kontestasi politik di tahun 2024. Bagaimana pun ada 13 DPC yang menolak LPJ Ni’matullah saat Musda, dan terhadap ke 13 DPC pilihannya mungkin cuman ada dua apakah diekslusi dari Demokrat Sulsel atau dirangkul kembali.
Tentang langkah mana yang akan dipilih oleh Demokrat Sulsel, maka itu tergantung keputusan politik dari Ni’matullah Erbe selaku ketua DPD Demokrat Sulsel. Cuman menurut saya setiap pilihan ada plus dan minus nya bagi Demokrat Sulsel.
Jika mengambil jalan ekslusi, berarti ke 13 DPC yang menolak LPJ dan memberikan dukungan kepada IAS akan dianggap sebagai kelompok yang berbahaya, berpotensi menimbulkan riak politik di internal Demokrat Sulsel dan mesti disingkirkan. Namun yang mesti dipertimbangkan adalah ke 13 DPC tersebut memiliki kantong elektoralnya masing-masing, mengekslusinya berarti beresiko akan lepasnya sebahagian kantong elektoral yang dulu memilih Demokrat kemudian berpindah ke lain partai. Kemudian jika diekslusi maka besat kemungkinan akan direkrut oleh parpol lainnya.
Jika yang dipilih adalah jalan “merangkul kembali”, maka “plus” nya maka kantong elektoral yang dimiliki ke 13 DPC kemungkinan besar tetap akan memilih Demokrat. Cuman jika jalan ini yang ditempuh, maka Ni’matullah Erbe perlu memastikan untuk melakukan penyegaran kembali komitmen politik dari ke 13 DPC yang dimaksud. “Minus” dari langkah ini adalah tidak adanya jaminan sepenuhnya bahwa mereka akan tidak membuat riak di masa akan mendatang, sisa kemampuan DPD dalam mengelolanya. (LN)