LEGION NEWS.COM, BULUKUMBA – Para santri di seluruh Indonesia patut berbangga dan bersuka cita, setiap tanggal 22 Oktober dilaksanakan peringatan Hari Santri Nasional.
Di Kabupaten Bulukumba, upacara Peringatan Hari Santri Nasional dipusatkan di halaman Pesantren Babul Khaer Kalumeme Kecamatan Ujungbulu. Pada upacara tersebut, Bupati Muchtar Ali Yusuf menjadi pembina upacara sekaligus membacakan sambutan seragam Menteri Agama Republik Indonesia, Jumat 22 Oktober 2022.
Menarik dalam upacara tersebut, seluruh peserta upacara mengenakan kostum warna putih. Bagi laki mengenakan sarung dan peci. Saat memimpin upacara, tampak Bupati Muchtar Ali Yusuf mengenakan baju Koko dengan syal putih yang sebelumnya dipasangkan oleh pimpinan Pondok Pesantren Babul Khaer KH. Tjamiruddin sebelum masuk area upacara.
Hari Santri Nasional tahun 2021 ini adalah momentum pertama kalinya bagi Muchtar Ali Yusuf memimpin upacara Hari Santri sejak dilantik Februari yang lalu.
Dalam sambutan seragam yang dibacakan Bupati Muchtar Ali Yusuf, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan Peringatan Hari Santri Tahun 2021 ini mengangkat tema Santri Siaga Jiwa Raga.
Maksud tema Santri Siaga Jiwa Raga adalah bentuk pernyataan sikap santri lndonesia agar selalu siap siaga menyerahkan jiwa dan raga untuk membela Tanah Air, mempertahankan persatuan lndonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia.
Siaga Jiwa berarti santri tidak lengah menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran lslam rahmatan lil’alamin serta tradisi luhur bangsa lndonesia.
Bila zaman dahulu jiwa santri selalu siap dan berani maju untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan lndonesia, maka santri hari ini tidak akan pernah memberikan celah masuknya ancaman ideologi yang dapat merusak persatuan dan kesatuan lndonesia.
Siaga Raga berarti badan, tubuh, tenaga, dan buah karya santri didedikasikan untuk lndonesia. Oleh karena itu, santri tidak pernah lelah dalam berusaha dan terus berkarya untuk lndonesia.
Jadi, Siaga Jiwa Raga merupakan komitmen seumur hidup santri yang terbentuk dari tradisi pesantren yang tidak hanya mengajarkan kepada santri-santrinya tentang ilmu dan akhlak, melainkan juga tazkiyatun nafs, yaitu mensucikan jiwa dengan cara digembleng melalui berbagai ‘tirakat’ lahir dan batin yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. [Kominfo]