JAKARTA||Legion-news.com Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas mengapresiasi kinerja Kementerian Luar Negeri yang telah berupaya menjalankan diplomasi vaksin untuk mengendalikan pandemi Covid-19. Sejalan dengan itu, ia meminta pemerintah meningkatkan strategi komunikasi kepada publik, sehingga masyarakat tidak enggan vaksinasi.
“Terkait vaksin kita semua berikan apresiasi atas kinerja Bu Menlu sehingga proses diplomasi vaksin kita berjalan dengan cepat. Meskipun di tahun 2021, dengan berbagai tantangan vaksinasi bisa dilakukan. Kita berharap vaksin Sinovac dari uji klinis dan proses vaksin yang dilakukan China efektif karena China masih di bawah 60 persen sedangkan di Indonesia 65,3 persen,” kata Yan dalam Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi beserta jajaran di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (26/1/20201).
Yan menuturkan program vaksinasi bukanlah perkara mudah. Terlebih, sebelumnya muncul pro kontra di masyarakat terkait efektivitas Vaksin Sinovac. Vaksin ini hanya memberikan dampak antibodi, sementara gejala lain belum teratasi. Untuk itu, menurut Yan, seharusnya pemerintah bersama BPOM sudah bisa membangun komunikasi yang baik di publik, sehingga tidak memberikan keresahan di masyarakat untuk divaksinasi.
Politisi F-Gerindra ini menambahkan, vaksinasi yang sudah dilakukan Presiden seharusnya dilakukan dan dibuktikan oleh jajaran pemerintah terlebih dahulu. Sejauh mana keberhasilan vaksinasi tersebut dan efek samping yang dikhawatirkan masyarakat. Apalagi, vaksinasi perlu dilakukan secara bertahap, sehingga perlu diukur tingkat keberhasilannya. Dengan begitu, Yan optimis masyarakat yakin untuk menyukseskan vaksinasi.
“Kita harus mengukur tingkat keberhasilan sehingga publik bisa yakin dan target vaksinasi yang ditentukan Presiden, yakni 1 juta orang per hari. Harapan saya bahwa dengan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi dan langkah awal yang baik, maka saya yakin publik akan mau divaksin,” terang politisi dapil Papua ini.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri LP Retno Marsudi menyampaikan perkembangan pelaksanaan diplomasi vaksin. Menurutnya, pemerintah terus berupaya mendapatkan akses vaksin lewat kerjasama dengan berbagai negara lain. Kerja sama tersebut dijalankan melalui jalur bilateral dan jalur multilateral. Dari jalur bilateral, Indonesia telah mengamankan vaksin dari Sinovac, AstraZeneca dan Novavax. Sementara, pembicaraan dengan Pfizer dan Morderna terus dijalin hingga saat ini. Dari jalur multilateral, Indonesia menjalin kerja sama akses vaksin dengan COVAX Facility yang dikelola oleh WHO, GAVI dan CEPI.
“Indonesia terus menjalin kontak sejak lama dengan tiga organisasi tersebut. Sebagai salah satu negara COVAX AMC (Advanced Market Commitment) atau yang disebut AMC92, yaitu 92 negara penghasilan menengah dan rendah, maka Indonesia diperkirakan akan dapat memperoleh vaksin secara gratis sebesar 3-20 persen dari jumlah penduduk,” jelas Retno.
Ia juga menyampaikan Indonesia terpilih sebagai salah satu co-chairs COVAX AMC Engagement Group, bersama dengan Kanada dan Ethiopia. Retno menambahkan, bila upaya mengamankan pasokan vaksin baik dengan jalur bilateral dan jalur multilateral berjalan dengan lancar diharapkan jumlah vaksin yang diperoleh akan mencukupi untuk masyarakat Indonesia. (**)