Penulis: DR. ARQAM AZIKIN
(Analis Kebangsaan)
“Kematian ibarat benua, setiap peneliti yang berkunjung ke benua itu tidak ada yang kembali” – AGH Sanusi Baco
EDUKASI||Legion-news.com Metafora bergelimang hikmah itu disampaikan AGH Sanusi Baco beberapa hari sebelum Ramadhan. Dan dua hari pasca momen suci idul fitri tepatnya di 15 Mei 2021, kabar pilu datang: Anregurutta (AGH) wafat. Apa yang disampaikan AGH Sanusi Baco satu bulan sebelum dirinya tutup usia, barangkali adalah kode bahwa AGH akan segera berangkat menuju yang ilahi. Anregurutta beranjak dari dunia dan meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak kalangan secara nasional.
Dalam “wasiatnya” di atas, AGH Sanusi Baco menamsilkan kematian seperti sebuah benua berlimpah misteri yang mustahil terjelaskan secara terang-benderang. Sedangkan manusia, dimisalkan seperti peneliti yang dipenuhi rasa ingin tahu untuk mengungkap segala yang kabur dan mustahil. Peta jalan hidup manusia sayangnya tak bisa dibelokkan dari menuju benua itu. Dan ketika manusia telah sampai di altar benua kematiaan, ia yang bisa jadi takut atau bahkan takjub, tak akan bisa (atau mau) memutar arah untuk kembali.
Tak ada yang lebih pasti dalam hidup selain kematian, ungkap Imam Al-Ghazali. Apa yang ada di dalam tanah kematian akan senantiasa menjadi sesuatu yang enigmatik. Tetapi, bagi orang-orang saleh, seperti Anregurutta Sanusi Baco, kematian bukan untuk ditakuti kedatangannya. Kematian jadi jalan lapang untuk menyempurna. Kematian malah jadi sesuatu yang ditunggu, dinanti, sebab ada kebahagiaan abadi di sana. Kebahagiaan yang membuat tak ada satu pun manusia ingin kembali ke dunia.
AGH Sanusi Baco, yang dari dirinya kita menimba hikmah, dikenal sebagai ulama kharismatik di Sulawesi Selatan. Keluasaan intelektual, kedalaman spritual, keluhuran budi, dan kebijaksaannya, menjelma mata air segar di tengah dahaga kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia Timur. Pesan-pesan yang AGH sampaikan di tiap mimbar, mampu mengetuk pintu hati yang tergembok kuat oleh pekatnya hawa nafsu. Nasihatnya kadang kala sanggup melunturkan kerasnya egoisme diri dan juga egoisme sektarian. Ia tak pernah berkhutbah dengan menebar ketakutan kepada jamaah. Kata-kata dan kalimatnya, AGH susun dengan kelihaian seorang yang penuh welas asih memomong umat ke jalan ilahi. Itulah pasal yang bikin dirinya amat dicintai.
Kecintaanya pada dunia pendidikan, telah tumbuh dari sekadar biji niat menjadi hutan berkah bagi ummat. Sebagai guru, dosen, sekaligus pimpinan pesantren, AGH Sanusi Baco berkontribusi besar dalam mekonstruksi kehidupan religius masyarakat yang moderat. Tidak sedikit intelektual moderat yang lahir dari kelas-kelas sederhana yang diampunya. Tak sedikit pemuka agama yang jadi teladan masyarakat karena menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian merupakan hasil didikannya di sekolah formal maupun sekolah kehidupan. Ia juga adalah nama lain dari suri tauladan yang baik, tokoh inspiratif masyarakat Sulawesi dalam menjalani hidup sehari-hari.
Di Indonesia Timur khususnya Sulawesi Selatan, Anregurutta Sanusi Baco jadi sosok penjaga toleransi dan kerukunan umat beragama bersama karibnya yang lebih dulu mangkat, Ishak Ngeljaratan, pemuka agama katolik yang jadi tokoh perdamaian. Bersama Ishak, AGH kukuh mengedepankan dialog agar terjadi kesalingmengertian dalam hidup bermasyarakat. Sebab, tanpa dialog, kecurigaan, prasangka, dan kemiskinan pengetahuan, akan jadi api yang menimbulkan konflik horizontal berkepanjangan. Oleh karena itu Anregurutta, tak mengendorkan diri dalam menebar ajaran kasih nan damai sekaligus penuh cinta ketika mempelajari apa itu agama.
Maka, kehilangan AGH Sanusi Baco, sesungguhnya merupakan kehiilangan bagi kita yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Kepergian Anregurutta adalah duka kita semua. Duka kita yang merindukan ajaran perdamaian yang disampaikan dengan cinta. Duka kita yang merindukan persona yang nyaris lengkap ilmu dan amalnya. Kita semua kehilangan sosok yang dalam dirinya sendiri telah berhasil melampaui demarkasi ras, suku, agama, dan pilihan politik demi memperjuangkan keharmonisan hidup manusia. Al-Fatihah.
Selamat Jalan guruku, gurumu, guru kita semua. AGH Sanusi Baco.