Wacana Kotak Kosong di Pilgub Sulsel, Akademisi Unhas, IAS dan DP: Itu Preseden Buruk Bagi Demokrasi

FOTO: Ilustrasi warga saat mendirikan Posko 'KOTAK KOSONG' di pemilihan kepala daerah di Indonesia. (Istimewa)
FOTO: Ilustrasi warga saat mendirikan Posko 'KOTAK KOSONG' di pemilihan kepala daerah di Indonesia. (Istimewa)

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Danny Pomanto (DP), Ilham Arief Sirajuddin (IAS) Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr. Hasrullah bakal berada di ‘Kotak Kosong’. Pasalnya bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi (Fatma) bakal memborong hampir seluruh kursi di DPRD Sulsel dari hasil Pemilu 2024.

Menurut Akademisi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Dr. Hasrullah wacana kotak kosong di pemilihan gubernur (Pilgub) Sulawesi Selatan mendatang menjadi preseden buruk bagi demokrasi.

“Ini bakal menjadi preseden buruk dalam wajah demokrasi yang kita coba bangun dengan susah payah,” ujar Hasrullah kepada awak media. Rabu (24/7)

“Kotak kosong ini merupakan fenomena amoralitas demokrasi karena tidak mengindahkan hak rakyat untuk memilih secara bebas,” tambah Pengamat komunikasi politik dari Unhas itu. Selasa (23/7).

Advertisement

Pengamat komunikasi politik mensinyalir dengan munculnya isu kotak kosong itu dikarenakan adanya satu kubu yang takut kalah dan punya ambisi sangat besar sehingga menghalalkan segala cara.

“Ya termasuk dengan merancang strategi terciptanya kotak kosong dalam pilkada Sulsel. Ini namanya rakus kekuasaan,” pungkas penggagas KKN Kebangsaan itu.

“Kalau dia petarung. Dia harus membuka peluang kontestan lain ikut,” katanya menambahkan.

“Karena kalau tidak, maka dia sejatinya takut kalah dan kalau takut kalah jangan ikut bertarung dan sebaiknya tinggal saja di hutan,” tegas Hasrullah kembali.

Dia mengatakan seharusnya partai politik jangan ikut arus dalam genderang yang dimainkan karena sangat berbahaya bagi iklim demokrasi di daerah ini.

“Partai harus punya kesadaran bahwa ada hak rakyat untuk bebas memilih siapa pemimpin mereka. Jangan dikebiri hanya karena politik transaksional belaka,” imbuh akademisi Unhas ini.

“Sebab kalau tidak, lanjutnya, rakyat akan melakukan perlawanan politik dengan memenangkan kotak kosong seperti yang terjadi di Pilwalkot Makassar beberapa tahun silam,” ungkap Hasrullah.

“Kita jangan main-main dengan kecerdasan rakyat. Mereka tahu dan bakal melakukan perlawanan bila mereka dikerangkeng,” imbuh Hasrullah.

Apalagi, kata Hasrullah, Sulsel tidak kekurangan figur pemimpin yang sangat potensial.

“Kita tidak kekurangan pemimpin. Ada demikian banyak yang menonjol. Yang ada saat ini adalah upaya pembusukan demokrasi yang dilakukan pihak yang takut kalah tapi punya uang untuk membujuk partai,” kunci dosen di Universitas Hasanuddin Makassar ini.

Isu kotak kosong ini pun langsung mendapat tanggapan dari bakal calon Gubernur Sulsel Ilham Arief Sirajuddin dan Danny Pomanto.

Menurut IAS, wacana kotak kosong dinilai sebagai langkah mundur yang dapat merugikan demokrasi.

“Isu kotak kosong ini sebenarnya merupakan pembodohan publik,” ujar IAS seperti dikutip dari tribun timur edisi Selasa (23/7)

“Masyarakat harus memahami bahwa menjadikan kotak kosong sebagai pilihan dalam kontestasi politik adalah bentuk pengabaian terhadap kualitas pemilihan,” imbuh fungsionaris partai golkar Sulsel itu.

Terpisah Wali Kota Makassar dua periode yang juga bakal calon gubernur Sulsel mengatakan kotak kosong sering menjadi tempat berkumpul bagi kekuatan-kekuatan yang tidak setuju dengan kondisi politik yang ada.

“Itu jadi hal yang misterius karena kotak kosong itu akan mengumpul semua kekuatan-kekuatan yang tentunya tidak setuju dengan kondisi-kondisi yang membuat Sulsel ini,” kata Danny Pomanto. (*)

Advertisement