Video Viral Perkelahian Pelajar SMA Nasional Makassar, ini Kata Guru Besar UNM

Ilustrasi perkelahian pelajar
Ilustrasi perkelahian pelajar

LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Viral di media sosial seorang siswi diduga dikeroyok kakak kelasnya di ruang kelas SMK Nasional di Makassar, Sulawesi Selatan. Menjadi sorotan Guru Besar dari Universitas Negeri Makassar (UNM).

  • Baca juga:
    Miris, Viral Siswa SD Bergantungan Seberangi Sungai, Istri dan Anak Pejabat Bergaya Hidup Hedonis

Perkelahian dipicu dari hal yang sepele antara sang Kaka kelas dan Adik kelas di salah sekolah yang terletak di Jalan Dr. Ratulangi Makassar beberapa waktu lalu.

Pihak sekolahpun membenarkan adanya perkelahian antar siswa namun membantah terjadi pengeroyokan senior.

“Tindakan fisik ini, si adik kelas yang duluan melakukan tindakan fisik tapi yang viral itu adalah video di mana waktu si adik kelas ini berada di bawah dan itu terkesan nya ada ramai-ramai, kalau orang Makassar bilang ‘diborongi’ (dikeroyok, red), itu tidak ada di situ tadi saya lihat pengeroyokan, itu videonya sudah di-‘mute’, yang video sebenarnya itu ada suara-suara yang bilang sudah mi,” ujarnya Suhartini Wakepsek SMK Nasional dilansir dari tvone Sabtu (11/3).

Advertisement

Suhartini menjelaskan awal perkelahian antar siswi ini terjadi saat korban menatap ke arah kaka kelasnya di kantin bakso. Kaka kelas yang tidak terima dipelototi mencari korban ke kelasnya.

Prof Sukardi Weda menyayangkan peristiwa pemukulan yang terjadi SMA Nasional Makassar itu. Berikut tulisan Guru Besar itu kepada awak media legion-news.com Minggu (12/3).

Tawuran, Kekerasan, Perkelahian, dan Konflik komunal acapkali terjadi di masyarakat kita, dan penyakit sosial ini seringkali juga terjadi di kalangan siswa, baik antar siswa dari sekolah yang berbeda maupun sesama siswa dari sekolah yang sama, yakni antara kakak kelas atau senior dengan adik kelas atau yunior.

Perkelahian tersebut dipicu oleh beragam penyebab, salah satu alasan klasik pemicu perkelahian tersebut adalah ketersinggungan, seperti saling tatap, bunyi sepeda motor yang cukup keras, unjuk diri kelompok, hingga pada tutur kata vulgar yang memancing emosi dan ketersinggungan.

Untuk menghindari terjadinya perkelahian antar siswa, tentu perlu langkah-langkah strategis sebagai upaya pencegahan, seperti perlu memaksimalkan peran agen sosialisasi bagi anak, yakni keluarga/orang tua, sekolah, teman sebaya/bermain (peer group), dan media.

Orang tua seyogyanya memberikan pendidikan informal, agama, karakter, dan etika untuk anak, sekolah juga perlu memberikan pendidikan formal untuk meningkatkan kecerdasan kognitif, psikomotorik, dan afektif anak, media juga perlu menghadirkan informasi yang mendidik dan menghibur kepada anak. Tidak kalah pentingnya adalah nasehat dan tausyiah keagamaan serta menumbuhkan sikap toleransi tanpa syarat perlu diberikan kepada anak untuk meningkatkan kesadaran dan kebersamaan mereka sebagai mahluk untuk merajut harmoni, rasa aman, dan kedamaian, toleransi dalam komunitas atau masyarakat.

Yang paling penting juga untuk menambah wawasan siswa untuk saling mencintai satu sama lain dan menghargai adalah menumbuhkan sikap inklusifitas, yakni menerima perbedaan tanpa syarat, tanpa embel – embel.
Ada beberapa sekolah yang telah melakukan pendekatan agama untuk menjadikan siswa sebagai manusia yang utuh, seperti melaksanakan pengajian, kultum, dan shalat duha di pagi hari sebelum memulai pelajaran. Ini best practice yang patut dicontoh.

Perlu juga ruang bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman – teman bermain, seperti bermain sepak bola, futsal, dan lain-lainnya, sehingga dapat menumbuhkan sikap toleransi, empati, dan kepekaan sosial anak sebagai embrio untuk merajut kebersamaan dan harmoni. (LN)

Advertisement