LEGION NEWS.COM – Senjata jenis SS2 prajurit Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha, Prada Kristian Sandi Alviando dicuri saat dia menonton televisi di dekat Bandara Tapulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, Selasa (22/2/2022).
Dilansir dari berbagai pemberitaaan Akibat hilangnya senjata aparat keamanan. Mereka melakukan pengejaran dan penyisiran, menangkap dan menganiaya sejumlah warga, dan membakar honai. Seorang siswa kelas 4 SD Inpres Sinak bernama Makilon Tabuni dilaporkan meninggal setelah dianiaya aparat.
Akan hal itu menjadi perhatian Veronica Koman penggiat Hak Asasi Manusia (HAM) melalui laman akun twitter milik-Nya. Selasa, (1/3/2022) dia menggungah foto Keluarga Tabuni melakukan Kremasi di depan Polsek Sinak.
24/2/22 Puncak, West Papua
Family burnt the body of Makilon Tabuni (13) at Sinak police station to show their anger.
Accused of stealing a weapon, Tabuni and 6 other children were tortured by Indonesian forces on 22/2. A house was burnt during a raid. pic.twitter.com/nSBGuG9zON
— Veronica Koman 許愛茜 (@VeronicaKoman) March 1, 2022
“Keluarga membakar jasad Makilon Tabuni (13) di Polsek Sinak untuk menunjukkan kemarahan mereka.” tulis akun twitter @VeronicaKoman
“Dituduh mencuri senjata, Tabuni dan 6 anak lainnya disiksa oleh pasukan Indonesia pada 22/2. Sebuah rumah terbakar saat penggerebekan,”
“Tentara Indonesia mengklaim ini tipuan, meskipun kehadiran personel mereka selama kremasi.”
“Pembela hak asasi manusia telah mengkonfirmasi insiden tersebut kepada penduduk setempat – dan juga mengkonfirmasi penyiksaan dan intimidasi berikutnya terhadap mereka yang berbicara.” kunci utasan Veronica.
Dilansir dari berbagai pemberitaan Senjata jenis SS2 prajurit Batalyon Infanteri Mekanis 521/Dadaha Yodha, Prada Kristian Sandi Alviando dicuri saat dia menonton televisi di dekat Bandara Tapulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak, Papua, Selasa (22/2/2022).
Aparat keamanan melakukan pengejaran dan penyisiran, menangkap dan menganiaya sejumlah warga, dan membakar honai. Seorang siswa kelas 4 SD Inpres Sinak bernama Makilon Tabuni dilaporkan meninggal setelah dianiaya aparat.
Kronologi peristiwa yang dihimpun dari berbagai pihak menyebutkan sekelompok prajurit TNI dari Pos Sinak Bandara mendatangi gudang PT Modern yang berada dekat Bandara Tapulinik di Sinak pada Selasa sekitar pukul 19.00 WP. Di sana, Prada Kristian Sandi Alviando lalu menaruh senapan SS2 yang dibawanya, dan menonton televisi. Saat itulah senjata SS2 itu diambil orang tidak dikenal.
Sumber Jubi menyatakan para prajurit TNI dibantu sejumlah polisi kemudian melakukan pengejaran dan menggeledah rumah sejumlah warga di sekitar bandara. “Operasi ini terjadi karena satu pucuk senjata hilang. Dalam pengejaran itu, aparat gabungan menangkap tujuh orang anak SD,” kata sumber Jubi yang tidak bersedia disebutkan namanya.
Ia menjelaskan ketujuh anak yang ditangkap adalah siswa SD Inpres Kelemame dan SD Inpres Sinak. “Mereka adalah Deson Murib, Makilon Tabuni, Pingki Wanimbo, Waiten Murib, Aton Murib, Elison Murib, Murtal Kulua,” katanya kepada Jubi, Jumat(25/2/2022).
Menurutnya, ketujuh anak SD itu kemudian dibawa ke pos TNI di bandara, diinterogasi dan dianiaya hingga babak belur. Setelah itu, mereka dibawa ke Markas Kepolisian Sektor (Polsek) Sinak.
“Satu orang anak bernama Makilon Tabuni meninggal dunia. Dia anak dari Kepala Desa Kelemame, Maluk Tabuni. Dia dianiaya aparat keamanan, lalu meninggal dunia,” kata sumber Jubi. Ia menambahkan, enam anak yang ditangkap dan dianiaya bersama Makilon Tabuni kini tengah dirawat di rumah sakit. Pada Jumat (25/2/2022), Deson Murib, akan dirujuk ke rumah sakit di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, namun batal karena tidak ada penerbangan.
Sumber Jubi itu menyatakakan Makilon Tabuni adalah siswa SD Inpres Sinak. “Jenazahnya telah diperabukan tanggal 24 Februri 2022, di samping rumah Kepala Distrik Sinak,” kata sumber Jubi.
Selain menangkap dan menganiaya tujuh siswa SD itu, aparat keamanan pada Selasa malam juga melakukan penyisiran ke arah Kampung Kelemame. Sekitar Selasa pukul 21.00 WP, aparat keamanan menggeledah honai (rumah tradisional di Papua) warga sipil di Kelemame, Distrik Sinak.
Mereka lalu membakar honai yang berjarak sekitar 5 kilometer dari Bandara Tapulinik itu. Belum diperoleh informasi apakah ada korban dalam pembakaran honai di Kelemame itu.
Pada Rabu (23/2/2022), aparat kemananan melanjutkan penyisiran rumah warga sipil di sekitar Gereja GKII Kelemame, Gereja GKII Kumisila, dan Gereja GKII Mogolu. “Mereka melakukan pengejaran dan operasi di sekitar gereja tersebut, dan hingga saat ini TNI/Polri masih siaga dan mengejar pelaku,” katanya.
Guru SMA di Sinak yang juga pengurus Gereja GKII di Sinak, Yotinus Kulua yang sedang berada di Timika, ibu kota Kabupaten Mimika, menyatakan dia telah menerima informasi serupa. Kulua menuturkan salah satu dari ketujuh anak yang ditangkap aparat keamanan itu adalah kemenakannya, dan dia menerima informasi itu dari orangtua mereka.
Kulua menuturkan dia diberitahu bahwa jenazah Makilon Tabuni telah diperabukan pada Kamis (24/2/2022).
“Makilon Tabuni adalah siswi kelas 4 SD di SD Inpres Sinak, Kabupaten Puncak. Jasadnya diperabukan pada tanggal 24 Februari 2022 di samping perumahan Kepala Distrik Sinak. Makilon ini anak kepala kampung Kelemame,” katanya.
Kulua juag menerima informasi bahwa setelah memperabukan jenazah Makilon Tabuni, para warga mendatangi Polsek Sinak untuk meminta agar enam anak SD yang ditangkap bersama Makilon segera dibebaskan. Menurutnya, keenam anak itu akhirnya dikeluarkan dari tahanan, dan dirawat di rumah sakit.
“Informasi tentang kejadian itu saya dapat dari keluarga. Tapi kita perlu cek lagi ke Sinak. Sementara ini susah telepon ke atas,” kata Yotinus.
Sejak Jumat (25/2/2022), awak media Jubi telah berupaya menghubungi Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, untuk meminta konfirmasi atas informasi tersebut. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari Kamal.
Pada Sabtu (26/2/2022), Jubi telah berupaya menghubungi Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Inf Aqsha Erlangga untuk mendapatkan konfirmasi atas informasi tentang pencurian senjata, penangkapan, dan penganiayaan warga itu. Akan tetapi, hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari Aqsha.
Kantor berita Jubi juga telah berupaya menghubungi Komandan Rayon Militer 1714-04 Sinak, Kapten Inf Muhammad Ardafid, namun nomor teleponnya tidak bisa dihubungi karena jaringan telekomunikasi di Sinak yang sangat terbatas dan tidak stabil. (Sumber: LN/Twitter/Jubi)