JAKARTA, Legion News – Harapan akan terciptanya vaksin penangkal pandemi virus corona (Covid-19) rupanya turut memperkaya para pengusaha China yang bergerak di sektor industri farmasi.
Salah satunya Zhong Shansyan, yang duduk di posisi 1.063 dalam daftar 2020 Forbes Billionaires List yang diterbitkan pada April 2020. Salah satu sumber pendapatannya yakni Nongfu Springs, yang mengendalikan seperempat pasar air minum kemasan di Tiongkok.
Jumlah harta Zhong semakin bertambah pasca Beijing Wantai Biological Pharmacy melakukan pencatatan saham perdana (IPO). Sebagai pemegang saham terbesar, kekayaan pria berusia 65 tahun tersebut bertambah USD 6,2 miliar menjadi USD 8,2 miliar.
Berdasarkan laporan Forbes, Selasa (16/6/2020), saham Wantai merangsek naik ke batas perdagangan harian 10 persen menuju rekor tertinggi 153,67 Yuan di Shanghai Stock Exchange pada Jumat pekan lalu.
Jumlah tersebut melonjak tajam dibandingkan harga saat IPO yang sebesar 8,75 yuan pada April, dan membuat Wantai meraup keuntungan harga berlipat ganda.
Kemunculan Wantai menaruh harapan atas bisnis vaksin yang dikerjakan anak usahanya, Xiamen Innovax Biotech, yang tengah berkolaborasi dengan raksasa farmasi asal Inggris GlaxoSmithKline (GSK) untuk melahirkan penangkal pandemi.
Kedua perusahaan tersebut telah mengerjakan sebuah vaksin untuk virus human papillomavirus (HPV) yang dapat menyebabkan kanker.
Selain dengan Innovax, GSK juga telah bekerjasama untuk menciptakan vaksin Covid-19 dengan Sanofi, Universitas Queensland, dan Clover Biopharmaceuticals. “Kita percaya bahwa lebih dari satu vaksin akan dibutuhkan,” ujar CEO GSK Emma Walmsley.
Perusahaan dan institusi global saat ini berramai-ramai menemukan vaksin virus corona. Perusahaan China lain di samping GSK juga ikut turut serta berkolaborasi dengan Dynamax Technologies asal Amerika Serikat, seperti CanSino Biologics, Sinopharm, dan Clover.
akan membayar 185 juta euro untuk 75 juta dosis vaksin, yang sedang dikembangkan Oxford University tersebut.
Namun, juru bicara perusahaan farmasi AstraZeneca tak berkenan memberikan keterangan tentang pembelian vaksin tersebut.
“AstraZeneca tidak mengungkapkan informasi keuangan apa pun sehubungan dengan perjanjian itu,” ujar dia ketika dimintai komentar, melansir laman CNBC, Selasa (16/6/2020).
Sebelumnya pada Sabtu pekan lalu, AstraZeneca mengumumkan telah sepakat dengan empat negara untuk memasok hingga 400 juta dosis vaksin covid-19. Di mana, pengiriman akan dimulai pada akhir 2020.
Raksasa farmasi ini mengatakan sedang membangun sejumlah pasokan rantai paralel di seluruh dunia dan berusaha untuk memperluas kapasitas produksi lebih lanjut.
AstraZeneca baru-baru ini menyelesaikan perjanjian serupa dengan AS serta Koalisi Kesiapsiagaan Epidemi Inovasi dan aliansi vaksin Gavi untuk 700 juta dosis.
Perusahaan juga telah menyetujui lisensi dengan Serum Institute of India untuk penyediaan tambahan 1 miliar dosis, terutama untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. “Total kapasitas produksi saat ini adalah 2 miliar dosis,” mengutip pernyataan perusahaan.
Perusahaan mengatakan terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan lain guna memenuhi komitmen mendukung akses ke vaksin tanpa keuntungan selama pandemi. Di mana biaya pembuatan vaksin turut dibantu dana dari pemerintah.
Vaksin AstraZeneca sedang menjalani uji klinis fase 2 dari 3 tahapan, yang melibatkan sekitar 10.000 sukarelawan dewasa. Di mana tahap uji akhir berlangsung di UK.
Dalam pernyataannya, AstraZeneca mengakui kemungkinan vaksin tersebut tidak berfungsi. ” Tetapi kami berkomitmen terus mengembangkan program klinis dengan cepat dan meningkatkan produksi yang berisiko,” jelas dia
Di sisi lain, AstraZeneca diketahui juga telah menyetujui kesepakatan dengan Catalent untuk menyediakan kapasitas pengisian dan pengemasan botol pada fasilitas pabriknya di Anagni, Italia.
AstraZeneca merupakan perusahaan farmasi asal Inggris yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, AstraZeneca PLC. (*)