
LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Universitas Hasanuddin menjadi tuan rumah penyelenggaraan “Science Hackathon Innovation Festival 2025 Goes to Campus” pada Selasa, 17 Juni 2025. Kegiatan yang digelar bersama PT Sucofindo dan IDSurvey ini mengusung tema “Innovation in Action: Transforming Agriculture and Life Science through Digital Solutions”, berlangsung di Gedung Pertemuan Ilmiah (GPI) Fakultas Vokasi Universitas Hasanuddin (Unhas).
Direktur Kemahasiswaan Unhas, Abdullah Sanusi, Ph.D. menyebut inisiatif seperti ini merupakan langkah strategis untuk membawa mahasiswa lebih dekat dengan kondisi realitas industri saat ini. Kampus mengajarkan berbagai teori, sementara realitas di luar kampus bergerak jauh cepat.
“Jangan sampai kita merasa sudah canggih, padahal kenyataannya kita tertinggal dalam praktiknya. Untuk itu, kami mengapresiasi kehadiran praktisi dari PT Sucofindo yang tidak hanya memberi materi, tetapi juga membuka gambaran besar tentang lanskap bisnis dan teknologi yang terus berkembang,” kata Abdullah.
Kepala Cabang PT. Sucofindo Makassar, Iskandar Hamid, menuturkan akan membuka peluang kerja sama dan kolaborasi bersama Unhas. Menurutnya, hampir semua fakultas memiliki potensi kontribusi bagi dunia industri, khususnya di portofolio bisnis Sucofindo yang mencakup inovasi teknik, bioindustri, hingga transformasi digital.
“Kami adalah bagian dari BUMN dan terbuka untuk rekrutmen. Jika ada lowongan di Sucofindo, akan kami buka secara umum. Mahasiswa Unhas sangat kami harapkan bisa berkontribusi ke depan,” kata Iskandar.
Acara ini menghadirkan dua pembicara utama yang membagikan wawasan seputar transformasi digital di bidang pertanian dan life science.
Kepala Project Management Unit Geomatika PT Sucofindo, Bibit Budi Pratama, S.Si membawakan materi bertajuk “Geospatial Digital Transformation for a Sustainable Future”. Ia menjelaskan bagaimana teknologi geospasial dapat menjadi fondasi untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan efisien.
Bibit Budi Pratama memaparkan tantangan rendahnya minat generasi muda menjadi petani, yaitu sekitar 1% dari angkatan kerja. Namun, teknologi telah membuka peluang baru. Dengan penerapan sistem geospasial dan integrasi dashboard digital, kini kondisi lahan dan hasil perkebunan dapat dimonitor secara real time dan akurat.
“Transformasi digital di sektor perkebunan bukan lagi pilihan, tapi sebuah tuntutan zaman. Di tengah program strategis nasional seperti food estate, keberadaan peta digital perkebunan sangat krusial, terutama di wilayah seperti Sulawesi yang kaya akan komoditas unggulan,” jelas Bibit.
Pembicara kedua, Ketua Departemen Teknik Informatika Unhas, Prof. Dr. Ir. Indrabayu, ST, MT, M.Bus.Sys., ASEAN.Eng, membawakan materi “AI Empowerment in Life Science and Healthcare.” Ia menekankan bagaimana kecerdasan buatan (AI) kini menjadi tulang punggung dalam pengembangan solusi medis dan kesehatan berbasis data.
Prof. Indrabayu menjelaskan bahwa meskipun AI menawarkan solusi canggih di bidang kesehatan, tantangan utama bukan hanya soal teknologi, melainkan mindset dan pertimbangan etika dalam penggunaannya. Dengan penerapan teknologi yang tepat, menjalani hidup sehat sebenarnya bisa menjadi lebih murah.
“Penggunaan AI dalam deteksi dini penyakit, monitoring kesehatan mandiri melalui perangkat digital, dan efisiensi sistem layanan medis dapat menurunkan beban biaya kesehatan masyarakat secara signifikan. Teknologi bisa membuat pencegahan lebih murah daripada pengobatan,” kata Indrabayu. (*/kmhs)