LEGIONNEWS.COM – MERAUKE, Pemusik Torang Bersama (Tober) Band hadir dalam kegiatan ibadah yang digelar Komunitas Sahabat Hati di taman satwa Freed Andgeorge Marind.Sabtu (18/05/2024).
Mantan Bupati Merauke Frederikus Gebze, SE.,M.Si. hadir dalam kegiatan ibadah itu bersama anak-anak asli Papua.
Ibadah anak-anak asli Papua yang diorganisir oleh komunitas sahabat hati dari enam wilayah di kota Merauke inipun diterima dengan sangat antusias pengurus taman satwa.
Taman satwa freed andgeorge marind menjadi tempat perdana kegiatan ibadah anak-anak asli papua (OAP) mulai dari kompleks gudang arah, manggadua, kompleks belakang rumah sakit, kompleks pintu air dan wilayah-wilayah yang berbasis OAP.
“Disini mereka nantinya mendapatkan asupan rohani juga belajar peningkatan calistum,” ujar Frederikus Gebze.
Dikatakannya taman satwa freed andgeorge marind menjadi lokasi edukasi dan pembinaan rohani bagi anak-anak Papua dari lima sampai eman wilayah yang basis-basis yang ada merupakan bentuk kepedulian.
“Bahwa ketika tanah ini menjadi tempat pijakan kita. Berarti pijakan itu adalah nyawa dan roh kita, nah disitulah kita ada di tanah papua,”
“Papua rumah kami, Papua tempat hidup bagi kami,” pungkas mantan bupati Merauke ini.
Dijelaskannya, Papua merupakan tanah yang penuh dengan misteri. Tetapi terkadang kami anak-anak Papua ini kalah dan hanya dilihat sebagai bunga mawar yang tumbuh dan berkembang.
“Papua ini ibarat bunga anggrek yang indah, bunga anggrek yang indah cuma menjadi ciri khas. Tetapi sebenarnya dia tumbuh ditempat sampah. Dia hanya di kenang saja tetapi dia menjadi abadi dalam sejarah,” katanya menjelaskan.
Oleh karena itu sebagai tokoh masyarakat Frederikus Gebze SE.,M.Si bersama pengurus di taman satwa freed andgeorge marind ini dengan bersedia hati mengajak anak-anak Papua untuk datang beribadah, memuji Tuhan dan mereka bersyukur, mereka bernyanyi dan mereka bergembira.
“Ditengah-tengah impitan tanah Merauke provinsi papua selatan yang semakin hari semakin kosong kelihatan tanah lapang nya dan air mulai meninggi akan menutupi hidupnya”
“Anak-anak Papua ini datang untuk kita bersama -sama meminta kepada Tuhan bahwa kami masih ada diatas tanah Papua ini,”
“Mari kita selamatkan! Kami anak-anak papua dengan cara kita memuji dan memohon kepada Tuhan alam dan leluhur dengan puji-pujian. Itu tanah, bintang, matahari, bulan dan air akan menyampaikan pesan itu kepada leluhur dan Tuhan untuk tanah di Papua Selatan ini bisa diselamatkan, imbuh Frederikus Gebze.
“Pada prinsipnya kami berbuat dan kami bekerja dan berkarya dan menjadi integritas bagi kami. Kita berharap bisa menjadi sesuatu yang baik bagi bangsa dan negara khususnya di provinsi Papua Selatan.”
Disampaikannya Ibadah atau acara itu luar biasa juga dapat mempererat hubungan antara sesama komunitas sahabat hati anak-anak asli Papua dan dapat mengembalikan identitas dan jati diri keaslian anak-anak asli Papua.
“Ada tiga hal yang anak-anak asli Papua dapatkan dari kegiatan ini yaitu satu secara spiritual mendapatkan penguatan rohani, dua secara psikomotorik mengenal hewan-hewan dan tiga secara
Kekeluargaan mereka menjadi komunitas Papua yang terus bersama, di dalam kekurangan dan keterbatasan tetapi kehidupan mereka tanpa batas atas negeri ini.”
“Orang Papua dari tahun 1901 sampai tahun 2030 pun dia tetap orang Papua. Harapan kita anak Papua itu cuma butuh diberikan kesempatan, di kasih kepercayaan dan diawasi, maka dia akan hidup dan bisa dapat menolong saudara, kerabat dan Teman.”
Sekuat apapun tiang yang tertancap, pasti lama kelamaan akan rubuh juga. Semoga Majelis Rakyat Papua Selatan bisa dapat memberikan proteksi khusus untuk anak-anak asli Papua Selatan dengan dapat dikumpulkan dalam satu wadah agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang siap di pakai”tutupnya.”
“Sebab lembaga Majelis Rakyat Papua Provinsi Papua Selatan adalah satu-satunya pintu masuk untuk dapat memproteksi kebijakan-kebijakan khusus bagi masyarakat Asli Papua dalam bingkai negara kesatuan Republik Indonesia,” kunci mantan bupati Merauke ini. (C25)