Soal Pernyataan Amplop Kiyai oleh Ketum PPP, PBNU Angkat Bicara
PBNU – Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dalam acara di KPK beberapa waktu lalu melontarkan pernyataannya terkait amplop kiai.
Atas lontarannya itu mendapat respon dari berbagai pihak di keluarga besar Nahdiyin.
Kali ini datang dari Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi. Ia menilai pernyataan Suharso sangat keliru dan bukti bahwa dia tidak mengerti tradisi pesantren.
“Ilustrasi tersebut sangat tidak layak untuk seorang ketum partai politik khususnya yang berbasis Islam,” imbuh KH Ahmad Fahrur Rozi
“Itu berarti dia tidak memahami tradisi yang berkembang di masyarakat, bagaimana kita, masyarakat dan kiai itu ada simbiosis saling menghargai, saling memuliakan, itu tidak ada maksud sama sekali untuk sogok,” tambah Fahrur dalam keterangannya kepada wartawan, Jakarta, Sabtu (27/8).
Fahrur mengatakan, menyamakan memberi sesuatu kepada kiai dengan politik uang tidak bisa dibenarkan. Menurutnya, kiai melayani dan menjadi rujukan masyarakat, maka tentu saja mereka sangat menghormati para kiai yang telah menghabiskan waktunya untuk melayani, dan memberikan sesuatu kepada kiai hanyalah sekadar penghargaan.
“Itu (memberikan sesuatu) menjadi tradisi, ya, menghormati guru, ya, seperti kita bertamu bawa oleh-oleh, ya. Jadi tidak bisa disebut money politic, karena mereka (para kiai), kan, bukan penentu kebijakan. Justru para politisi yang datang itulah yang mestinya dia mengerti, memahami, ya, bagaimana dia ngerepotkan orang kemudian dia tidak melakukan apa-apa, tidak membantu apa-apa, kayak kita bertamu tidak membawa oleh-oleh, seperti itu saja sebetulnya,” jelasnya.
Di samping itu, Fahrur menyebut pernyataan Suharso itu sedikit banyak akan merusak kepercayaan kalangan pesantren kepada PPP.
“Karena PPP itu dianggap partai yang, ya, minimal ketumnya itu dianggap orang yang tidak paham tentang bagaimana caranya menghormati dan menghargai pesantren, apalagi itu diomongkan di depan KPK, itu sama sekali enggak ada benernya, enggak layak, enggak pantes, ya,” ungkapnya.
Ia juga meminta bukan hanya Suharso yang introspeksi, namun juga PPP sebagai sebuah partai Islam.
“Saya kira PPP harus introspeksi dan mereka harus minta maaf,” pungkasnya. (Sumber: kumparan)