JAKARTA, Legion News – Program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mewujudkan 10 ribu sekolah penggerak dalam 5 tahun ke depan mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Sekolah penggerak ini diharapkan mengakselerasi peningkatan kualitas sekolah. Khususnya ke level daerah, di tingkat desa dan kelurahan di Seluruh Indonesia.
Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Tamsil Linrung, menilai gagasan sekolah penggerak ini harus segera diaplikasikan. Agar pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia bisa terwujud. Pasalnya, Indonesia masih menghadapi kesenjangan kualitas pendidikan. Salah satunya diakibatkan oleh keterbatasan di level operasional sekolah.
“Saya menyambut baik ide Mas Menteri. Sudah lama kita menantikan terobosan-terobosan aplikatif yang bisa langsung diimplementasikan oleh para pemangku kepentingan. Apalagi, kita biasa mendengar, di satu daerah ada sekolah yang begitu menjulang prestasinya. Tapi sekolah-sekolah lain di ekitarnya seolah tertinggal. Ini tentu potret ketimpangan pendidikan yang nyata di depan mata” tambah Tamsil di sela Focus Group Discussion PPUU DPD RI di Bogor, Jumat (3/7).
Menurut praktisi pendidikan yang juga pendiri jaringan sekolah Insan Cendekia Madani (ICM) ini, ketimpangan kualitas merupakan problem lawas yang mendera pendidikan Indonesia. Karena itu, gagasan sekolah penggerak diharapkan menjadi jalan dalam meretas pemerataan.
“Kepala sekolah dan guru lain dapat menjadikan sekolah penggerak sebagai contoh pengembangan sekolah. Sebagai pendiri sekolah Insan Cendekia Madani (ICM), kami siap menjadi sekolah penggerak atau kita istilahkan sister school bagi sekolah-sekolah lain yang ingin berkembang,” imbuh Tamsil.
Ketimpangan dalam dunia pendidikan menurut Tamsil sangat besar. Karena itu, dibutuhkan strategi yang bisa menjembatani gap antara sekolah di berbagai daerah. Bukan cuma di perkotaan, tapi hingga pelosok daerah.
“Dengan membuat 10.000 sekolah penggerak dan diisi oleh guru-guru terbaik. Saya kira ini akan menjadi bola salju gerakan pemerataan pendidikan di Indonesia,” ungkapnya.
ICM lanjut dia, sangat terbuka menerima guru dan siswa yang mau melakukan studi banding atau sharing pengembangan sekolah. Pihaknya siap memberikan berbagai macam strategi dalam membangun SDM sekolah yang unggul, kurikulum dan inovasi pembelajaran yang mutakhir.
“Esensi dari sekolah penggerak sebetulnya sudah lama kita implementasikan di ICM. Sekolah-sekolah kita, menjadi destinasi untuk studi beberapa lembaga pendidikan. Baik dari Sulawesi, Jawa maupun Sumatera. Bahkan sekolah dan siswa-siswa dari luar negeri seperti Singapura dan Thailand juga rutin berkunjung dan belajar di ICM,” tambah Tamsil.
Sejak didirikan pada tahun 2010, ICM sendiri menjadi sekolah dengan segudang prestasi. Mulai dari sekolah Adiwiyata atau sekolah berwawasan lingkungan. Menjadi sekolah Islam yang mendapat predikat Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) dari Kemendikbud. ICM juga termasuk dalam 100 sekolah dengan arsitektur terbaik.
Atas berbagai prestasi yang diraih dan sambutan luas masyarakat, ICM terus memperluas kiprahnya. Kini sekolah itu telah berkembang dan memiliki jaringan di Serpong, Serang, Bogor, dan Pangkep Sulawesi Selatan.(*anas*)