Remaja Bukan Nakal, Kota Saja yang Pelit Lapangan

0
FOTO: Kota Makassar dilihat dari udara (Sumber media sosial X)
FOTO: Kota Makassar dilihat dari udara (Sumber media sosial X)

OLEH: Makmur Idrus Assegaf, Mantan Sekertaris PW. GP. Ansor Sulawesi Selatan

LEGIONNEWS.COM – OPINI, Setiap kali ada tawuran pelajar atau balapan liar di Makassar, reaksi masyarakat nyaris otomatis: “Anak muda makin parah.” Padahal, akar masalahnya sering bukan di mereka, tapi di kota yang lupa memberi ruang. Remaja yang tumbuh tanpa tempat bermain, tanpa sarana menyalurkan energi, akhirnya menciptakan “lapangan” sendiri sayangnya, di jalanan.

Coba kita tengok sekitar: lapangan bola berubah jadi perumahan, tanah kosong jadi gudang, ruang terbuka hijau jadi lahan parkir. Sementara itu, fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) dari pengembang perumahan kerap tidak dikembalikan ke masyarakat, atau dibiarkan mangkrak tanpa fungsi. Akibatnya, ruang publik yang seharusnya menjadi tempat berkumpul dan beraktivitas justru hilang perlahan.

Di titik ini, Pemerintah Kota Makassar perlu berpikir strategis. Membangun Gelanggang Olahraga (GOR) di setiap kecamatan bukan hanya soal olahraga, ini soal mitigasi sosial. GOR bisa menjadi pusat pembinaan karakter, kreativitas, dan solidaritas sosial. Energi remaja yang berlebih bisa diarahkan menjadi prestasi, bukan perkelahian.

Idealnya, sebagian fasum dan fasos dari pengembang perumahan bisa dimanfaatkan atau dialihfungsikan menjadi fasilitas olahraga dan rekreasi publik. Dengan begitu, pembangunan kota tidak hanya menambah bangunan, tapi juga menumbuhkan manusia.

Bayangkan tiap kecamatan punya lapangan bola, lapangan basket, dan gedung serbaguna yang hidup tiap sore. Suara tawa anak-anak menggantikan suara knalpot, dan rasa kebersamaan tumbuh di antara warga. GOR bisa dikelola bersama oleh masyarakat, KNPI, OKP dan komunitas setempat. Pemerintah cukup menyediakan arah dan dukungan awal.

Makassar yang kita cintai tak kekurangan anak muda hebat. Yang kurang adalah ruang bagi mereka untuk bertumbuh dengan sehat dan bangga. Jadi, sebelum menyalahkan remaja yang tawuran, tanyakan dulu: sudahkah kota memberi mereka tempat untuk bermain, berlatih, dan bermimpi?

Karena pada akhirnya, kota yang pelit lapangan akan melahirkan generasi yang bingung ke mana harus berlari. (*)

Advertisement