Puji Cara Berpolitik Ni’matullah, Syamsir Anchi: Mirip Gaya Musa dan Harun Ketika Hadapi Fir’aun

Kanan Ni'matullah Rahim Bone dan Ilham Arief Sirajuddin, Kiri, tampil sebagai calon Ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan.

MAKASSAR, LEGION NEWS.COM – Pelaksanaan Musyawarah Daerah (Musda) DPD Partai Demokrat Provinsi Sulawesi Selatan beberapa waktu lalu sudah berakhir. Dua calon ketua DPD Demokrat, Ni’matullah Rahim Bone dan Ilham Arief Sirajuddin tampil sebagai calon Ketua.

Dua tokoh politisi partai berlambang bintang mercy ini mendapat perhatian dari salah satu Aktivis 98, Syamsir Anchi. Dia menyampaikan rasa kagumnya terhadap Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Sulawesi Selatan (demisioner), Ni’matullah Rahim Bone (Ulla), yang tetap cool, smart dan elegan.

“Ulla menghindari perdebatan di depan publik. Dia menunjukkan wataknya yang sabar, dan fokus pada tujuan yang ingin dicapainya. Dia bermain strategi politik sesuai aturan, bukan membuat aturan baru untuk mencocokkan dengan kepentingan politiknya,” kata Syamsir Anchi melalui Sabtu (25/12/2021), malam.

Anchi mengaku mengenal Ni’matullah saat dirinya menjadi aktivis di kampus Universitas Hasanuddin (Unhas), Tamalanrea, Makassar. Ulla, ujar Anchi, dikenalnya sebagai senior dan dedengkot aktivis mahasiswa Unhas era tahun 1990-an.

Advertisement

Meskipun dia mengaku belum tertarik berpartai, tapi dia mengatakan dirinya intens mengamati prilaku politisi dan para pimpinan partai, terutama di Sulawesi Selatan. Dia menyebut karakter Ni’matullah lain dari yang lain. Ulla, kata dia, berpolitik dengan gaya yang santun, sabar dan cerdas.

“Meskipun dicaci, dia tetap sabar dan tidak menyerang lawannya. Malah justru dia lebih cenderung suka bekerja sama dan gampang cair. Watak seperti ini, kalau diberi amanah, dia akan fokus pada capaian target dan tujuan bersama, bukan pada tujuan pribadi,” terang Anchi.

Terkait dengan Musda Partai Demokrat Sulel baru-baru ini, yang menetapkan dua nama calon Ketua Demokrat Sulsel dikirim ke DPP, yakni Ni’matullah Rahim Bone dan Ilham Arif Sirajuddin (IAS), Anchi mengatakan kedua figur yang dipilih oleh kader demokrat Sulsel itu memiliki kelebihan masing-masing.

“Waktu zaman Orde Baru, sosok IAS tepat. Setelah eskalasi politik dan sistim politik berubah, IAS cocok berada di belakang sebagai politisi senior dan Ulla yang didorong ke depan, sebagai politisi yang sesuai zaman sekarang,” ucap Anchi.

Dia punya alasan menilai, bahwa setiap zaman memiliki orang, dan setiap orang memiliki zaman. Menurut pecinta alam ini, masa ke emasan IAS di saat dia memimpin Partai Golkar di era Jusuf Kalla sebagai Ketum, dan masuk di Partai Demokrat di era Anas Urbaningrum memegang kendali.

“Namun IAS tenggelam sebelum Anas Urbaningrum ‘nyantri’ di Sukamiskin. Sedangkan Ulla melanjutkan estapet kepemimpinan IAS yang tersisa saat itu,” ujarnya.

Selanjutnya, Anci memaparkan, Ulla adalah kader demokrat tulen, bersinar di Partai Demokrat di era SBY menjadi Ketum dan puncaknya di masa kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), karakter dan pamor Ulla, pelan tapi pasti, menonjol.

“Kita bisa melihat bersama, bagaimana Ulla tampil dengan segala resiko membela marwah demokrat ketika digoncang oleh Moeldoko Cs melalui KLB di Deli Serdang, sedangkan IAS tak bergerak melakukan perlawanan,” ucap Anchi.

Yang menarik dari perang urat syaraf saat KLB bergulir, Ulla berani tampil di publik menjelaskan latar belakang KLB dan meyakinkan kader demokrat dan masyarakat bahwa pemrakarsa KLB ini sungguh dilaksanakan di luar aturan.

“Cara Ulla berkomunikasi, mirip cara Nabi Musa dan Harun ketika menghadapi Fir’aun, bagaimana Musa meyakinkan pengikut Fir’aun bahwa mereka sedang mengikuti sesuatu yang salah,” tutur Anchi.

AHY saat ini, membutuhkan kader yang smart, santun dan berintegritas. Juga membutuhkan kader yang memiliki rekam jejak yang positif. Achi juga menyebut IAS termasuk politikus senior se angkatan Syaharul Yasin Limpo dan Agung Laksono, memiliki rekam jejak yang bagus saat memimpin partai.

“Pada prinsipnya keduanya bagus. Ulla maupun IAS. Hanya saja, generasi IAS, seperti Pak Syahrul Yasin Limpo dan Agung Laksono, sudah tidak elok kalau memimpin partai, lebih baik mendorong kadernya dan sosok IAS dipersiapkan ke depan masuk dalam jajaran elit, menteri misalnya. Visi seperti ini yang harus mereka bangun di demokrat,” pungkas Anchi. (Let)

Advertisement