HUKUM, Legion-news Barisan Mahasiswa Anti Korupsi (Basmi) Sulsel menyoroti pembangunan Bendungan Apareng I. Berada di Desa Alenangka, Desa Gareccing, Kelurahan Sangiasserri, Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan.
Pasalnya Pembangunan bendungan dan irigasi tersebut sudah menghabiskan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, Senilai Rp 3,5 M.
Diketahui bahwa proyek rehabilitasi tersebut dikerjakan oleh PT. Putra Utama Global. “Lembaga kami akan bersikap dalam waktu dekat ini, Rekan-rekan mahasiswa akan lakukan investigasi lapangan bersama rekan-rekan yang ada di Sinjai,” ujar Andi Kamal.
Dia menambahkan apabila ada unsur kerugian negara maka lembaganya akan segera melaporkan ke pihak Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Dit Reskrimsus) Polda Sulsel.
Diketahui PT. Putra Utama Global beralamat di Jl. Kancil Utara No.66 Makassar. Hartawan Ishak Djarre, SE tercatat sebagai Direktur Utama Perusahaan.
Sebagaimana penulusuran, Hartawan adalah nama yang disebutkan Irfan Jaya dalam kasus Hak Angket DPRD Sulsel tahun 2019 lalu. Dalam perkara hak angket di DPRD Sulsel tersebut terungkap bahwa PT. Putra Utama Global memalsukan dokumen pengalaman kerja nya pada tender proyek yang diikuti yakni peningkatan jalan ruas Palampang/Munte/Bonto Lempangan Kab Sinjai Bulukumba dengan nilai Rp34.070.714.000. Dilansir dari Rakyatsulsel.co Rabu, 17 Juli 2021 lalu.
Petani di Kecamatan Sinjai Selatan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan mengaku tak bisa menikmati pembangunan Bendungan Apareng I.
Padahal bendungan tersebut sudah menghabiskan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Selatan Rp 3,5 M.
“Bendungan dan irigasi ini tidak bisa kami gunakan,” kata salah seorang petani di Kelurahan Sangiasserri, Syakir, Selasa (10/8/2021).
Menurutnya, irigasi itu dianggarkan dan dikerjakan tahun 2020 lalu melalui APBD Provinsi, dikutip dari Tribun-Sinjai.com
Dikutip dari Tribun-Sinjai.com Diketahui bahwa proyek rehabilitasi tersebut dikerjakan oleh PT. Putra Utama Global. Proyek tersebut hingga saat ini belum rampung.
Kini masyarakat di tiga daerah itu hanya mengandalkan air hujan. “Petani di daerah kami hanya mengandalkan air hujan karena bendungan irigasi itu tak bisa difungsikan karena tidak rampung,” kata Syakir. (Let).