Oleh: Dr. Arqam Azikin
(Analis Politik & Kebangsaan)
LEGION NEWS.COM – Penghargaan adalah tanda. Sebuah marka dari kerja keras, konsistensi, dan ketulusan. Sebuah capaian yang bukan akhir dari segala proses perjuangan melayani banyak orang. Begitulah kiranya potret Polri di bawah komando Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, yang berhasil menoreh kecemerlangan dalam kepemimpinannya.
Polri dibawah arahan Jenderal Pol Listyo, menggebrak budaya lama kinerja Polri dengan menawarkan solusi mutakhir dalam beberapa aspek. Lewat program bertajuk PRESISI (Predikitif, responsibilitas, transparansi dan berkeadilan), arah gerak kinerja kepolisian melesat semakin baik melayani rakyat. Rentetan program ini jadi ikhtiar untuk memperbaik citra polri sebagai aparatur negara yang terus bersahabat baik dengan kepentingan dan kebutuhan publik.
Pemanfaatan teknologi dan pelayanan jadi kata kunci yang penting digarisbawahi ihwal PRESISI. Di 100 hari pertama bekerja, Polri berhasil memperkenalkan kepada publik terkait aplikasi yang dapat mempermudah pelayanan kepolisian. Sebut saja Dumas Presisi, Propam Presisi, SINAR (SIM Nasional), dan terbaru ASAP. Aplikasi itu sangat membantu masyarakat untuk mengurus berbagai keperluan hanya dari ponsel pintar mereka di rumah, tanpa harus datang ke kantor untuk bertatap muka. Inovasi ini jadi yang terbaik di masa ketika pandemi menghantam Indonesia dengan mengerikan.
Maka tidak salah jika Museum Rekor Indonesia (MURI) mengganjar Kapolri Jenderal Pol Sigit dengan tiga penghargaan sekaligus. Tiga program itu adalah program prioritas Kapolri terbanyak dalam 100 hari; Posko Pertama: Program Prioritas Kapolri dalam 100 hari; dan terobosan kreatif terbanyak dalam 100 hari, yakni 8220 ide. Prestasi ini terbilang cemerlang dan mengejutkan. Pencapaian ini buah dari ketekunan bekerja untuk memberi masyarakat dampak sebaik-baiknya. Hari ini, Polri tak bisa lagi lebih mementingkan dirinya, daripada pelayanan. Polri pelan-pelan telah berbenah dan terus evaluasi diri melayani kebutuhan masyarakat.
Upaya yang telah berbuah manis itu, ujar Kapolri, merupakan terobosan untuk membuat pelayanan terintegrasi dengan baik. Banyak hal-hal yang harus dipotong untuk membantu masyarakat; jarak dan waktu, kerumitan birokrasi, dan juga biaya. Dengan program yang dicetuskan, Polri akan siap melayani publik dengan cara-cara modern, cepat, mudah, dan murah. Tanpa ada keberanian mengeksekusi ide-ide perubahan itu, segalanya akan berjalan di tempat. Dan kemajuan hanya akan jadi mimpi.
Namun, penghargaan sekali lagi bukan merupakan tujuan. Penghargaan bukan batas untuk melakukan lebih banyak lagi hal-hal baru dan baik. Kapolri berkomitmen untuk senantiasa mendukung terwujudnya eksosistem inovasi dan kreatifitas dalam tubuh instansi negara, tanpa melupakan tugas penting menjaga kemanan dan ketertiban masyarakat. Solidaritas bangsa harus makin erat. Sebab, kebaruan dalam beragam aspek kehidupan akan pincang tanpa adanya keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Kapolri tak ingin membuat institusi kepolisian tenggelam dalam kubangan sejarah buruk masa silam. Polri harus didorong untuk menjadi semakin baik melayani banyak orang. Polri sudah saatnya menjadi teladan. Pengayom masyarakat dalam segala aspek kehidupan.