PENULIS: Anugerah Amir, SS. M.I.Kom. (Pengurus IKM PARE Dosen POLIMAK)
LEGIONNEWS.COM – OPONI, Dinamika masyarakat kota memang selalu tinggi dan cepat, demikian adanya karena hampir semua masyarakatnya memiliki akses informasi melalui berbagai bentuk media. Teknologi sudah bertransformasi menjadikan setiap individu menjadi subjek terhadap dirinya sendiri, hampir semua momen bisa terekam dan tersebar begitu cepat.
Masyarakat seperti dipaksa cerdas tanpa sekolah, terdorong inquisitive tanpa stimulus, terangsang beranalisis tanpa data, dan memutuskan tanpa rasionalitas.
Kota selalu menjadi magnet para pendatang, ruang pertukaran bagi para pedagang, menimba ilmu bagi para pelajar, tempat terhibur bagi para pesohor, ruang aktualisasi bagi para elit, dan menarik untuk diarungi bagi para petarung termasuk para petarung tahta.
Menaklukkan kot selalu menjadi tantangan yang menggelitik bagi para pemberani yang berjiwa petarung hampir di semua hal, tak terkecuali pertarungan politik.
Tahun 2024 bagi bangsa ini adalah tahun politik. Sederhana kita mengatakan bahwa tahun 2024 adalah tahun politik bahwa politik adalah sebuah pencabangan ilmu pengetahuan yang konsentrasinya pada metodologi dalam memahami situasi, persepsi dan keinginan masyarakat dan pemerintahan untuk memegang kendali otoritas di satu wilayah dan tahun 2024 ini 514 kabupaten/ kota, 38 Provinsi akan melaksanakan kontestasi politik menuju tahta sebagai pemegang kendali atau otoritas dalam mengelola pemerintahan.
Salah satu kota di nusantara yang akan menghelat kontestasi politik kepemimpinan daerahnya adalah kota kecil dengan populasi kecil dan wilayah administrasi terkecil di Sulawesi Selatan adalah Kota Parepare.
Parepare menjadi city Hub yang mengkoneksikan beberapa daerah di bagian Utara kawasan pesisir barat Sulawesi Selatan. Sebagai salah satu kawasan utama tempat terkonsentrasinya penduduk dan aktivitas perkotaan, dengan itu maka kota Parepare memiliki potensi untuk mengalami pertumbuhan penduduk perkotaan yang sangat cepat tentu saja hal itu bisa disebabkan oleh arus urbanisasi yang tinggi dari daerah sekitar.
Parepare sangat berpotensi menjadi the center of People activities sebagai hub yang menggabungkan segala potensi aktivitas penduduk di daerah sekitar yang sering kita sebut Ajattapareng.
Parepare tentu butuh pemimpin yang bisa mengelaborasi semua keunggulan daerah kemudian menjadikan sarana untuk kesejahteraan masyarakat. Sekarang janji populis apalagi yang bisa diberikan kepada rakyat pemilih, bukankah Pendidikan sudah Gratis, Kesehatan sudah Gratis, Upaya pemerintah dari kebijakan pusat hingga daerah mendorong rendahnya inflasi dan tumbuhnya ekonomi agar daya bayar masyarakat naik dan mampu memenuhi kebutuhan pangannya, termasuk bantuan pemerintah lewat program Program keluarga harapan atau PKH.
Pun demikian dengan pemenuhan akses informasi yang semakin luas tak berbatas, kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masa depan generasi semakin tinggi, sehingga masyarakat memilih untuk menabung dan menyisihkan dananya untuk kelanjutan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, namunpun demikian bagi mereka yang masih rendah kemampuan keuangan untuk akses pendidikan tersier maka pemerintah memberikan program Kartu Indonesia Pintar atau KIP Kuliah.
Ruang Sempit Populasi
Dengan Populasi yang kecil Parepare hanya memiliki jumlah penduduk + 125.000 jiwa, kemudian terkonversi menjadi Daftar Pemilih tetap (DPT) berdasarkan data dari KPU untuk PILEG 2024 sebesar 109.653 pemilih dengan angka partisipasi 85 persen atau setidaknya 93.000 pemilih, belum lagi diperkecil dengan angka suara sah yang terhitung dalam PILEG Februari 2024 kemarin.
Dengan jumlah + 93.000 pemilih yang menggunakan hak pilihnya di PILEG kemarin kemudian kita jadikan dasar, maka dengan jumlah 3 atau 4 pasangan calon, maka ruang pertarungan menjadi sempit sebab hampir semua figure yang mendeklarasikan diri mereka melalui media di ruang-ruang publik akan bertaruh merebut angka tertinggi di jumlah + 93.000 pemilih tersebut.
Survey Popularitas dan elektabilitas juga semakin kurang relevan, sebab ketika pertanyaan tertutup terkait pilihan politik rakyat, mereka akan cenderung menutupi kebenaran pilihan hatinya sebab ditengah-tengah pertarungan ini akan tersedia juga kesempatan-kesempatan temporer untuk mendapatkan keuntungan finansial melalui tawaran money politik yang begitu massif di arena kontestasi local ini.
Yang kemudian penting untuk di potret adalah apa preferensi utama rakyat dalam memilih ketika nilai suara di tawar rata-rata oleh para petarung tahta tersebut. Disinilah kemudian ruang pertarungan menjadi semakin sempit.
Ruang Sempit geo politik
Kota Parepare memiliki luas wilayah 99.33 Km2, ini sepertinya menjadi Kota tersempit di Sulawesi Selatan, dimana luasan tersebut terbagi menjadi 4 Kecamatan (Bacukiki, Bacukiki barat, Ujung dan Soreang) hal ini juga menjadi jumlah kecamatan terkecil dari semua kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan, kemudian terbagi lagi menjadi 22 Kelurahan dan hanya 195 TPS, jika dibandingkan dengan daerah terdekat seperti Kabupaten Pinrang dan Kabupaten Sidrap jumlah-jumlah diatas sangat kecil.
Maka gesekan-gesekan kerja-kerja politik akan menjadi sangat tinggi, jarak tempuh 500 meter bisa saja terdapat dua kegiatan pertemuan warga untuk kepentingan menarik simpati pemilih dengan dua calon yang berbeda, dengan jarak tersebut bisa saja warga yang hadir saling kenal di dua titik tersebut. Dengan kondisi seperti ini tentu dibutuhkan kearifan dalam berkontestasi apalagi politik yang orientasinya kekuasaan atau bahasa lembutnya kepemimpinan. Peraktis dengan kondisi geografis seperti itu maka tipikial masyarakatnya tentu hamper sama atau hal yang familiar disatu tempat bisa pula juga familiar ditempat lainnya dalam satu kota. Kondisi ini adalah tantangan ruang sempit kedua bagi para petarung tahta.
Ruang sempit pertarungan ide
Kondisi Populasi dan Geografis kota Parepare ini menjadikan hampir semua masyarakat bisa saling menjangkau sehingga situasinya menjadi sedikit intimate, ini tentu bisa saja mempengaruhi cara berfikir dan bertindak masyarakat, begitupun cara mereka menilai sesuatu termasuk ide dan gagasan yang ditawarkan, intimasi pemikiran bahkan bisa saja termasuk perasaan membuat setiap ide dan gagasan para petarung tahta menjadi objek pembicaraan dan penilaian dimasyarakat dan bukan tidak mungkin jadi bahan perdebatan bahkan di setiap lorong-lorong kota, ketika ide dan gagasan menyentuh satu komunitas di Kota Parepare, maka komunitas serupa bisa saja kemudian muncul dengan ide dan gagasan yang sama.
Maka tantang yang berat bagi para petarung tahta adalah bagaimana sekreatif mungkin untuk mengolah pemikiran menjadi sebuah narasi yang hebat untuk diterima oleh masyarakat, kemudian bisa mempengaruhi preferensinya dalam menentukan pilihan.
Tiga ruang sempit diatas tentu hanyalah sebuah opini yang masih perlu menjadi studi-studi bagi kampus-kampus dan jadi bahan perbincangan cerdas di warung-warung kopi di kota Parepare.
Namun tetap saja bahwa niat bertarung di kontestasi politik ini ada didalam hati terdalam para kontestan, penggunaan diksi petarung adalah upaya menyemangati mereka untuk lebih dalam dan kuat dalam menciptakan ide dan gagasan besar bagi rakyat. Selamat bertarung para Petarung tahta. Semoga tahta tetap menjadi jembatan pengabdian.