LEGIONNEWS.COM – NASIONAL, Luasnya wilayah udara indonesia 1,9 juta km persegi tentu hal itu menjadi wilayah tanggung jawab TNI AU (Angkatan Udara). Pemerintah melalui Kementerian Pertahanan.
Untuk itu Menteri Pertahanan (Menahan) Prabowo Subianto, telah memasuk dalam daftar pembelian pesawat tempur yang lebih banyak lagi.
“Kontrak dinyatakan efektif saat syarat administrasi, terutama keuangan, telah dipenuhi untuk pastikan kontrak berjalan,” demikian seperti dikutip dari laman website Dassault Aviation, Prancis. Sebagai perusahaan produsen pesawat tempur Rafale. Senin (8/1/2024).
Sepanjang kiprahnya sebagai Menhan, Prabowo sudah menghabiskan anggaran sebesar Rp 500 triliun lebih untuk pembaharuan alutsista.
Jatah anggaran Kementerian Pertahanan mencapai Rp 135,45 triliun dalam RAPBN 2024. Besarnya anggaran ini membawa Kemenhan berada di posisi kedua dengan Kementerian/Lembaga (K/L) belanja terjumbo.
Kementerian Pertahanan sendiri tidak pernah memberi detail pasti berapa nilai alutsista yang diborong Prabowo. Namun, alokasi anggaran tiap tahun yang terus melonjak mencerminkan jika alutsista Prabowo jelas bukan barang murah.
Sebagai gambaran, nilai kontrak pembelian 42 unit pesawat Rafale itu buatan Dassault Aviation, Prancis, disebut-sebut mencapai US$8,1 miliar atau sekitar Rp116 triliun (kurs Rp14.350/US$).
Kontrak pembelian 12 pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Angkatan Udara Qatar diperkirakan mencapai US$792 juta atau Rp12,1 triliun (kurs US$1=15.280). Lainnya, ada pesawat tempur F-15EX produksi Boeing ada diperkirakan dibanderol US$ 87,7 juta atau Rp 1,34 triliun.
Bahkan, kapal selam Scorpene telah secara resmi mulai beroperasi di perairan Malaysia sejak tahun 2009. Akan tetapi tentu saja, akan ada perbedaan spesifikasi antara Scorpene yang dibeli Malaysia dan Indonesia.
Kabar terbaru pada Jumat (1/12/2023), Menhan Prabowo menyerahkan delapan unit helikopter angkut berat H225M, kerja sama industri antara PTDI dengan Airbus Helicopters, Prancis, kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Fadjar Prasetyo di Lanud Atang Sendjaja Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Kedelapan helikopter tersebut dikirimkan secara bertahap, sejak pengiriman unit pertama pada 14 September 2023 dari Apron Hanggar Rotary Wing PTDI, Bandung, menuju Pangkalan TNI AU Atang Sendjaja.
“Saya beserta seluruh jajaran akan berjuang keras untuk memperbaiki kondisi alutsista dan pelayanan yang saudara butuhkan. Mencari peralatan dan pemeliharaan yang baik, agar memiliki Angkatan Udara yang handal, unggul, tangguh dan kuat,” kata Menhan Prabowo.
H225M dikenal sebagai helikopter yang aman, andal, kuat, dan serbaguna untuk berbagai misi seperti operasi khusus, SAR, evakuasi medis, pengawasan maritim, dan bantuan tembakan dari udara. Helikopter itu memiliki sejumlah fitur canggih seperti desain modular, penggunaan material komposit, avionik canggih, termasuk LCD Multi-Functions Displays, Vehicle Monitoring System dan Automatic Flight Control System.
H225M juga menggabungkan pembangkit listrik Turbomeca MAKILA 2A1 generasi baru yang memberikan kinerja tinggi dan keamanan maksimum. Sedangkan, Full Flight Simulator (FFS) H225M yang dibangun di Lanud ATS adalah Flight Simulator Training Device dengan level tertinggi dan satu-satunya di Asia Tenggara yang terkualifikasi dengan basis regulasi FAA (14 CFR Part 60).
Pesawat tempur yang akan menjaga wilayah Indonesia yakni;
42 Pesawat Tempur Rafale dari Prancis
36 F-15EX Eagle II dari Amerika Serikat
12 Mirage-2000-5 bekas AU Qatar (Ditunda),
KF-21 Boramae (IF-21) dari Korea Selatan.
Dilansir dari laman website pabrik pesawat Dassault Aviation dari Prancis pada 8 Januari 2024 menyatakan bahwa pesanan ketiga Indonesia berupa 18 unit jet tempur Rafale mulai berlaku hari itu.
Jumlah pesanan ketiga ini melengkapi 24 unit yang telah dipesan sebelumnya, yakni pesanan pertama sebanyak 6 unit dan pesanan kedua sebanyak 18 unit.
Pesanan pertama sebanyak 6 unit Rafale mulai masuk daftar produksi pada bulan September 2022. Sementara pesanan kedua sebanyak 18 unit Rafale, masuk daftar produksi pada bulan Agustus 2023.
Dengan demikian, Indonesia secara total akan mendapatkan 42 jet tempur Rafale baru.
Penandatanganan kontrak pembelian 42 Rafale ditandatangani di Jakarta pada bulan Februari 2022.
Dassault mengatakan, Indonesia telah memilih alat unit untuk kedaulatan dan kemandirian operasional.
Pilihan Rafale oleh Indonesia juga akan mengonsolidasikan kerja sama industri dan akademik antara kedua negara.
“Dalam memilih Rafale, Indonesia telah memilih alat unik untuk kedaulatan dan kemandirian operasional yang akan membantu mengkonsolidasikan perannya sebagai kekuatan regional yang besar. Pilihan ini juga mengkonsolidasikan kerja sama industri dan akademik yang ambisius. Kami berkomitmen penuh untuk menyukseskan kemitraan ini, dengan visi jangka panjang yang tegas,” ujar Eric Trappier, Chairman dan CEO Dassault seperti dilansir dari Aviation.airspace-review.com
Berita terbaru yang ditulis oleh harian Prancis, La Tribune, cukup melegakan di mana Indonesia disebutkan telah siap dengan penambahan 18 unit jet tempur Rafale, untuk melengkapi enam unit yang telah dipesan pada tahap pertama. Uang muka untuk pengadaan Rafale gelombang kedua ini diberitakan telah dibayarkan oleh Jakarta.
La Tribune sebagai media Prancis, tentu berkepentingan untuk memberitakan hal itu. Sebab, dampak dari good news ini akan semakin menguatkan posisi industri dirgantara Dassault Aviation, kebanggaan Prancis, di antara para pabrikan besar dunia dengan produk jet tempur dan juga jet bisnisnya tersebut.
Sangat disayangkan informasi seperti itu hanya didapatkan dari pihak asing atau media-media luar negeri. Sedangkan media di dalam negeri tidak mendapatkan informasi maupun update resmi dari Kementerian Pertahanan RI terkait akuisisi sistem persenjataan, terlebih menyangkut anggaran atau pembiayaannya. Kalaupun muncul informasi, biasanya terbatas di grup-grup privat, dari sumber yang berbaik hati membagi informasi.
Mahakarya Dassault
Rafale merupakan salah satu mahakarya Dassault Aviation, pabrik yang dalam sejarahnya didirikan oleh Marcel Bloch pada tahun 1929 dengan nama Société des Avions Marcel Bloch atau biasa disingkat MB.
Sekilas mengenai industri pesawat ini, usai Perang Dunia II sang pendiri Marcel Bloch mengubah namanya menjadi Marcel Dassault, dan ia pun mengubah nama perusahaannya menjadi Avions Marcel Dassault pada 20 Januari 1947. Pada tahun 1990, nama perusahaan diubah lagi menjadi Dassault Aviation hingga saat ini. Dassault Aviation merupakan anak dari Dassault Group.
Dassault Aviation berhasil memproduksi jet tempur yang namanya cukup berkibar di dunia. Selepas Perang Dunia II, Dassault memproduksi jet tempur Ouragan (1949), Mystère (1951) berikut turunannya, kemudian Étendard (1956) dan turunannya, Mirage III (1956), Super Étendard (1974) dan turunannya, Mirage IV (1959, Mirage F1 (1966), Mirage V (1967), Apha Jet (1973), Mirage 2000 (1978) dan turunannya, serta Rafale (1986) yang kini melambung namanya dan menjadi incaran banyak negara di dunia.
Sementara untuk jet bisnis, Dassault punya produk yang juga cukup berkibar juga. Brand jet bisnis Falcon dibuat sejak tahun 1963 dengan nama Falcon 20/200 berikut pengembangannya. Pesawat ini kemudian dikembangkan lagi ke serial Falcon 900 (1984), Falcon 2000 (1993), Falcon 7X (2005), Falcon 8X (2016), Falcon 5X (2017), Falcon 5X (2021), dan rencana berikutnya Falcon 10X (2025).
Pengadaan terbesar
Hal lain yang patut dicatat dari proyek akuisisi jet tempur Rafale oleh Indonesia, Kementerian Pertahanan RI telah mencanangkan pembelian 42 unit Rafale dari Dassault Aviation.
Penandatanganan kontrak pembelian enam unit pertama Rafale, dilaksanakan pada 10 Februari 2022 di Jakarta, disaksikan oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Menteri Angkatan Bersenjata Prancis Florence Parly saat itu.
Dapat dikatakan, pengadaan jet tempur bersayap delta ini merupakan salah satu yang terbesar setelah era Presiden Soekarno di tahun 1960-an dengan pesawat-pesawat tempur dan pembomnya dari Uni Soviet dan pembelian Hawk 100/200 sebanyak 40 unit dari Inggris di era Presiden Soeharto. Selebihnya, pemerintah membeli jet tempur dalam jumlah cakupan satu skadron antara 12-18 pesawat, umumnya 16 unit. (**)