LEGIONNEWS.COM – NASIONAL, Perusahaan raksasa India, Adani Group, dituduh melakukan manipulasi harga dan kualitas batu bara asal Indonesia yang dijual kepada PLTU milik perusahaan listrik negara India.
Akibat dari skandal itu. Perusahaan milik crazy rich Kalimantan Selatan Andi Syamsuddin Arsyad atau yang lebih dikenal sebagai sosok Haji Isam, PT Jhonlin muncul dalam skandal penipuan batu bara Adani Group di India.
Sejumlah bukti baru muncul ke permukaan dan menunjukkan tanda-tanda bahwa penipuan batu bara yang dilakukan Adani sudah berlangsung lama.
Usut punya usut Adani mendapatkan batu bara dari Indonesia yakni PT Jhonlin milik Haji Isam yang memproduksi bakar berkualitas rendah.
Perusahaan asal India (Adani) kemudian mengirimkan batu bara dari Jhonlin ke negara bagian paling selatan India untuk pembangkit listrik dalam memenuhi kontrak atas batu bara mahal berkualitas tinggi.
Faktur penjualan menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2014 Adani membeli batubara kiriman dari Indonesia yang dikatakan mengandung 3.500 kalori per kilogram.
Pengiriman yang sama dijual ke perusahaan Pembangkitan dan Distribusi Tamil Nadu (Tangedco) sebagai batu bara dengan kalori lebih tinggi yakni 6.000 kalori. Adani diduga mendapat keuntungan lebih dari dua kali lipat dalam proses ini, setelah biaya transportasi.
Nama PT Jhonlin muncul dalam laporan The Financial Times (FT) yang meninjau dokumen yang diperoleh Proyek Pelaporan Kejahatan dan Korupsi Terorganisir (OCCRP) terkait skandal konglomerat India atas manipulasi kualitas dan harga batu bara.
Dokumen baru yang diperoleh OCCRP menunjukkan pada bulan Desember 2013 kapal MV Kalliopi L meninggalkan Indonesia membawa batubara dengan harga tercatat US$ 28 per ton. Ketika tiba di India pada tahun baru, Adani menjual batubara tersebut ke Tangedco seharga US$ 92 per ton.
Batubara tersebut berasal dari PT Jhonlin yang berlokasi di Kalimantan Selatan, tempat kapal dimuat.
Pernyataan ekspor oleh PT Jhonlin menyatakan pembeli akhir adalah Tangedco, dan mencantumkan rincian Adani sebagai perantara. Namun, tagihan Jhonlin masuk ke Supreme Union Investors yang berbasis di British Virgin Islands hanya senilai US$ 28 per ton.
Seminggu kemudian, Supreme Union Investors menagih Adani di Singapura untuk pengiriman tersebut dengan harga US$ 34 per ton, dengan menyatakan bahwa batubara tersebut mengandung 3.500 kalori per kg.
Pada tagihan Adani berikutnya ke Tangedco, kualitasnya melonjak menjadi 6.000 kalori – begitu pula harganya, menjadi US$ 92 per ton.
Dokumen lain menunjukkan bahwa perbedaan tersebut bukan kasus unik yang terisolir. Pesanan pembelian pada tahun 2014 mencantumkan 32 pengiriman batubara 6.000 kalori ke Tangedco oleh Adani, dengan total 2,1 juta ton batu bara dihargai US$ 91 per ton.
Pengungkapan terbaru ini datang menyusul permintaan OCCRP atas undang-undang kebebasan informasi India.
Menurut catatan internal Jhonlin, Supreme Union Investors bertindak sebagai perantara untuk 24 kargo yang tercantum dalam pesanan pembelian Tangedco, membelinya dengan harga rata-rata US$ 28 per ton.
Menurut data dari Argus, harga kargo tersebut sedikit di atas harga batu bara berkalori 4.200 kalori dari Indonesia pada saat itu (2014) diperdagangkan antara US$ 22 dan US$ 26 per ton.
Dari 24 pengiriman Jhonlin, Tangedco tercatat menjadi pembeli akhir atas 22 pengiriman dengan harga rata-rata US$ 86 per ton. Harga tersebut sejalan dengan perkiraan Argus mengenai harga pasar lokal untuk batubara bermutu tinggi, 6.000 kalori, yaitu antara US$ 81 dan US$ 89, termasuk biaya pengangkutan.
Dengan harga rata-rata US$ 86, Adani dan perantaranya berbagi keuntungan hingga US$ 46. Totalnya berjumlah sekitar US$ 70 juta atau setara Rp 1,12 triliun (asumsi kurs Rp 16.000/US$) untuk 22 pelayaran.
Perjalanan Haji Isam
Perjalanan kesuksesan Haji Isam sudah menjadi cerita yang menarik banyak orang. Pasalnya, Haji Isam bisa dibilang membangun gurita bisnis mulai dari nol, bahkan dia sempat menjadi tukang ojek dan operator alat berat.
Keluarga Haji Isam berasal dari sebuah desa di Bone, Sulawesi Selatan, daerah itu adalah daerah etnis Bugis. Andi Arsyad, disebut Tempo (08/04/2018), adalah pedagang tembakau yang merantau ke Kalimantan Selatan. Haji Isam memulai kejayaannya dari bawah, sebagai supir pengangkut kayu.
Haji Isam muda lalu mengenal penambang batu bara lokal bernama Johan Maulana. Sejak 2001 dia ikut Johan Maulana dan belajar cara mengelola pertambangan. Setelah belajar dua tahun dari Johan, Haji Isam muda memulai langkah pentingnya di bisnis batu bara yang kemudian mengubah hidupnya.
“Pada 2003 Pak Johan meminjami saya modal menyewa alat berat tambang,” aku Haji Isam kepada Tempo.
Jadilah dia kontraktor pelaksana di PT Arutmin Indonesia, yang bagian dari PT Bumi Resources Tbk milik keluarga Bakrie, lewat bendera CV Jhonlin Baratama. Setelah usahanya meluas CV pun berubah menjadi PT Jhonlin Baratama. Kini PT Jhonlin menambang hingga 400 ribu ton batu bara per bulan. Omzetnya sekitar Rp 40 miliar per bulan.
Perusahaan milik Haji Isam kemudian bertambah. Bisnis penerbangannya diatur Jhonlin Air Transport, yang memiliki dua Fokker dan dua helikopter.
Bisnis Haji Isam terus berkembang, bahkan masuk ke bisnis gula, beberapa waktu lalu. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau lokasi panen tebu sekaligus meresmikan pabrik gula milik Haji Isam yang berada di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, akhir tahun 2020 lalu (22/10/2020).
Jokowi menyebut investasi untuk membuka kebun tebu dan pabrik gula terintegrasi tersebut merupakan sebuah keberanian yang patut diapresiasi.
Kini bukan hanya nama Haji Isam yang kerap mencuat, anaknya yang masih sangat muda juga kerap menjadi judul pemberitaan karena bisa jadi komisaris padahal baru berusia 20 tahun. (Sumber: CNBC Indonesia)