Oleh: Anshar Ilo (Ketua Umum DPP Pemuda Solidaritas Merah Putih/ Ketua Relawan Letho for Jokowi-Amin 2018)
Berdasarkan data BPS 2020, generasi milenial merupakan populasi penduduk terbanyak kedua setelah generasi Z ( 27,94 persen atau 75,49 juta jiwa) yakni mencapai 25, 87 persen atau 69,70 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk di indonesia.
Keberadaan populasi generasi milenial yang banyak, merupakan salah satu peluang bagi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia kedepan.
Jika memperhatikan arah perubahan ekonomi global saat ini, ekonomi yang makin terdigitalisasi dengan pemanfaatan teknologi yang muktahir, telah memberi perubahan yang begitu besar terhadap pratik ekonomi lama yang selama ini kita kenal.
Transformasi yang cepat pada ekonomi saat ini, telah banyak mempengaruhi individu ataupun institusi baik swasta maupun pemerintah untuk mengimbangi keadaan saat ini. Sehingga tak jarang dalam suatu keadaan tertentu, keputusan harus segera dibuat untuk merespon perubahan yang cepat. Keputusan yang cepat diambil, bukanlah keputusan yang gegabah, asal hantam, namun sebuah keputusan yang mampu menjawab perubahan yang terjadi.
Terkait dengan kondisi ini, langka Kementrian BUMN Erick Thohir yang berencana memberi peluang kepada generasi milenial yang mengisi kursi direksi dengan para milenial merupakan satu terebosan yang sangat berani.
Secara persentase, Erick Thohir ingin 5% kursi direksi diisi oleh para milenial.
Tak hanya milenial, Erick juga mendorong keterlibatan perempuan di BUMN. Ia menargetkan,15% di jajaran direksi dan Komisaris perusahaan plat merah.
Sejumlah rencana transformasi yang digalakan oleh BUMN merupakan peluang bagi kita semua kaum milenial untuk berkariel dan mengabdi bagi pembangunan ekonomi Indonesia
Meski hal ini baru rencana, namun sebagai milenial sudah sepantasnya kita untuk mempersiapakan diri menghadapi hal ini. Perubahan zaman saat ini, merupakan dunia yang begitu akrab dengan kita. Untuk itu inovasasi, kecakapan dalam teknologi, serta integritas merupakan modal yang harus kita siapkan.