LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Dalam waktu dekat ini Badan Pangan Nasional (Bapanas) menugaskan Perum Bulog untuk mengimport 2 juta ton beras. Sebelumnya import 500 ribu itu bersifat mendesak.
Bahwa penugasan import beras berdasarkan hasil rapat Bapanas dengan presiden Jokowi pada Kamis 24 Maret 2023 lalu saat digelar rapat pembahasan persiapa arus mudik dan idul Fitri mendatang.
Penegasan itu tertuang didalam Surat Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adhi kepada Direktur Utama Perum Bulog.
Kemudian menjadi pertanyaan masyarakat adalah sebagaimana diakui pemerintah. Di Indonesia sedang dalam periode musim panen raya hal itu seperti yang diutarakan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo.
Bahkan, Mantan gubernur Sulsel dua periode itu sebelumnya menyebutkan, pada bulan Februari 2023 ada panen seluas 1,20 juta ha dengan perkiraan produksi 6,39 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 3,68 juta ton.
Selanjutnya Maret 2023 seluas 1,70 juta ha dengan produksi 9,14 jt ton GKG atau setara beras 5,26 juta ton.
Dan April 2023 seluas 1,15 juta ha dengan produksi 6,09 juta ton GKG setara beras 3,51 juta ton.
“Kita berharap Bulog langsung menyerap hasil panen 1 juta hektar ini yang dimulai pada bulan Februari sebanyak 6,28 juta GKG, Maret itu 8,91 dan April 6 juta. Sekali lagi kita berharap ini bisa segera diserap dengan harga yang normal,” kata Mentan dalam keterangan resmi dikutip Senin (27/3/2023).
Benarkah demikian?
Ternyata, menurut hasil Kerangka Sampel Area BPS amatan Februari 2023, update pada 21 Maret 2023, luas panen bulan Februari 2023 jauh dari angka tersebut.
Berdasarkan data KSA BPS tersebut, luas panen bulan Februari 2023 hanya 940 ribu ha. Memang, naik dari posisi Januari 2023 yang hanya 448.000 ha dan melonjak dari Februari 2022 yang tercatat hanya 767.000 ha.
Dengan demikian, produksi beras nasional bulan Februari 2023 hanya 2,86 juta ton. Sementara Januari 2023 hanya 1,33 juta ton.
Artinya, ada penyusutan sekitar 800.000 ton dari estimasi pemerintah yang sekitar 3,68 juta ton.
Apa pemicunya? Salah satunya adalah banjir akibat tingginya curah hujan di bulan Februari 2023.
Di mana analisis BMKG menyebutkan curah hujan normal hingga di atas normal.
Akibatnya, 31 ribu ha lahan sawah mengalami gagal panen.
Dengan kondisi panen bulan Januari dan Februari 2023, sementara proyeksi konsumsi bulanan nasional mencapai 2,54 juta ton, pada bulan Januari 2023 RI mengalami defisit beras 1,2 juta ton dan bulan Februari 2023 surplus beras 320 ribu ton.
Sayangnya, pemerintah membutuhkan 630.000 ton beras untuk disalurkan sebagai bantuan sosial (bansos) pangan mulai Maret sampai Mei 2023.
Targetnya, 21,353 juta keluarga penerima manfaat (KPM), masing-masing 10 kg beras.
Sementara, stok CBP di gudang Bulog saat ini tak sampai 300.000 ton.
“Kalau jumlah CBP terbatas, pemerintah tidak lagi memiliki instrumen intervensi yang bisa di gerakan setiap saat untuk mengoreksi kegagalan pasar. Penguasa dominan di pasar amat mungkin akan mendikte harga pasar. Ini tentu harus dicegah,” kata Pengamat Pertanian Khudori seperti dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (27/3/2023).
“Dalam konteks ini, impor bisa dipahami. Apalagi pengadaan dari dalam negeri tidak lagi memungkinkan, impor bisa jadi opsi. Yang harus dipastikan adalah jumlah impor harus terukur dan waktu kedatangannya jangan meleset,” pungkasnya. (**)