Panggil Komut dan Dirut PLN-Pertamina, Presiden Jokowi Berikan Pengarahan

FOTO: Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat memberikan arahanya kepada sejumlah, Direktur Utama beserta seluruh direksi serta para Komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. PLN dan PT. Pertamina, di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (16/11/2021).
FOTO: Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat memberikan arahanya kepada sejumlah, Direktur Utama beserta seluruh direksi serta para Komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. PLN dan PT. Pertamina, di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (16/11/2021).

LEGION NEWS.COM – Presiden Joko Widodo atau Jokowi memanggil sejumlah, Direktur Utama beserta seluruh direksi serta para Komisaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari PT. PLN dan PT. Pertamina, di Istana Kepresidenan Bogor, Selasa (16/11/2021).

Selain itu hadir para Menteri Kabinet Indonesia Maju, diantaranya Menteri BUMN, Menteri Sekretaris Negara, dan Menteri Investasi

Saya mengundang siang hari ini karena saya ingin memberikan, pertama, sebuah gambaran adanya perubahan global yang begitu sangat drastis, yang itu ke depan nanti menyangkut tugas Bapak-Ibu sekalian untuk mengarahkan kapal besar ini menuju ke sebuah tempat yang tidak keliru,” ucap Presiden Jokowi mengawali arahanya.

Kemudian yang kedua, saya juga ingin sedikit mengevaluasi baik mengenai penugasan, dan yang ketiga, yang berkaitan dengan investasi. Itu saja mungkin yang ingin saya sampaikan pada siang hari ini.

Advertisement

Kepala negara, “Yang pertama, kita tahu baik pembicaraan di G20, juga pembicaraan di Glasgow, di COP26, semakin hari semakin ke sana, semakin ke sana, arahnya itu sudah bisa ditebak bahwa suatu saat yang namanya energi fosil, penggunaan mineral fosil itu pada suatu titik akan disetop,” kata Jokowi

Padahal kondisinya adalah, misalnya PLN ini penggunaan batu baranya masih sangat besar sekali.

Pertamina juga bisnisnya berada pada posisi bisnis minyak dan gas, yang mau tidak mau itu juga akan terkena imbasnya kalau ke depan itu mengarahnya semuanya ke mobil listrik, yang saya pastikan akan segera dimulai di Eropa dan negara-negara lainnya.

Dalam bentuk, sekarang ini sudah mulai, dalam bentuk undang-undang, sudah dalam bentuk regulasi. Artinya, bukan karena B2B (Business to Business) atau karena bilateral, ndak, mereka akan memiliki itu. Sehingga kita semuanya harus betul-betul bersiap-siap.

Memang kita tahu bahwa transisi energi ini memang tidak bisa ditunda-tunda. Oleh sebab itu, perencanaannya, grand design-nya itu harus mulai disiapkan. Tahun depan kita akan apa, tahun depannya lagi akan apa, lima  tahun yang akan datang akan apa, sepuluh tahun yang akan datang akan setop misalnya.

Sudah harus konkret dan jelas dan detail, bukan hanya makronya, tetapi detail rencana itu ada, di Pertamina ada,  di PLN juga ada, harus ada. Dan rentang waktu yang masih ada ini ya gunakan sebaik-baiknya untuk memperkuat fondasi menuju ke transisi tadi.

Dan memang untuk kepentingan yang lebih baik, untuk anak-cucu kita. Jadi mau tidak mau yang namanya transisi energi menuju ke sebuah energi hijau itu harus, itu udah enggak bisa tawar-menawar.

Itu tugas Saudara-saudara untuk mencari teknologi yang paling murah yang mana, tugasnya kesitu. Dan ini adalah kerja cepat-cepatan, karena siapa yang bisa mengambil peran secepatnya, itu yang akan mendapatkan keuntungan.

Saya melihat, misalnya sekarang ini total energy supply itu, angka yang ada di saya, 67 persen itu disuplai oleh batu bara (coal), fuel itu 15 persen, gas 8 persen. Lah kalau kita bisa mengalihkan itu ke energi yang lain, misalnya mobil diganti listrik semuanya, gas rumah tangga di ganti listrik semuanya, karena di PLN over supply.

Artinya, suplai dari PLN terserap, impor minyak di Pertamina menjadi turun. Gol besarnya adalah negara ini akan memperoleh keuntungan dalam bentuk neraca pembayaran kita, yang sudah berpuluh-puluh tahun kita tidak bisa menyelesaikan, karena problemnya impor minyak kita terlalu besar sekali.

Dan itu mempengaruhi currency kita, mempengaruhi yang namanya kurs dolar kita. Karena setiap bulan Pertamina harus menyediakan, harus beli dolar di pasar dengan jumlah yang tidak kecil, besar sekali.

Oleh sebab itu, kenapa kita ingin mendorong yang namanya mobil listrik dan kompor listrik, tapi problemnya di situ ada.

Nah itu tugas Bapak-Ibu, Saudara-saudara sekalian untuk tahapannya seperti apa, mana yang bisa cepat, mana yang harus tahun depan, mana yang harus tahun depannya lagi.

Larinya ke negara, kalau ini enggak diselesaikan sampai kapanpun neraca pembayaran kita enggak akan beres, ini logika-logika yang semua kita harus ngerti hitung-hitungannya, bukan hanya khusus untuk PLN sebagai perusahaan BUMN, Pertamina sebagai perusahaan BUMN, ndak.

Saudara-saudara ini adalah masih dalam lingkup badan usaha yang dimiliki oleh negara. Jadi artinya kepentingan negaranya ada, meskipun profesionalisme untuk EBITDA-nya agar baik, keuntungannya agar baik, ya.  Tapi sekali lagi masih ada beban yang namanya penugasan di Pertamina maupun di PLN.

Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini.

Saya kira ya saya blak-blakan ini bukan karena untuk apa, untuk kebaikan negara kita, untuk kebaikan Pertamina, untuk kebaikan PLN.

Dan saya berharap apa yang saya ungkapkan tadi bisa ditindaklanjuti di lapangan, bisa diimplementasikan. Kalau tidak, silakan sampaikan pada saya, ke Pak Menteri dulu.

“Kalau ada persoalan-persoalan yang memang mentok besar dan ada politisnya, silakan saya buka pintu saya jam berapa pun. Kalau ada hal yang besar yang mungkin ada perlu dukungan politis, saya bisa sampaikan oke jalan terus, saya di belakangmu. Saya rasa itu yang bisa saya sampaikan, Terima kasih,” tutup Presiden Joko Widodo. [Bersambung] (LN)

Advertisement