MAKASSAR, Legion News – Catatan orangtua murid selama siswa belajar secara online, melalui akun media sosial Facebook (Ags Al Mubarock).
“Kemarin gue coba menghitung pengeluaran anak anak belajar online setiap hari dengan jumlah kuota yang mereka habiskan untuk belajar dari pukul 8 sampai pukul 2 siang. Kebetulan anak gue ada 2 yang menggunakan belajar secara daring. Wiffi sengaja dimatikan dan diganti dengan paket data internet. Itu gue lakukan selama 3 hari. Ternyata jika dirata-ratakan satu anak menghabiskan 1,5 sampai 2 GB (GigaByte) sehari”. Masing-masing anak menggunakan provider Telkomsel dan Tri.
Untuk telkomsel, data 1,5 – 2 GB (GigaByte) dijual Rp24 ribu Sementara untuk Tri 1,5 – 2 GB dijual Rp15 ribu untuk isi ulang. Khusus tri tidak semua daerah bisa terjangkau,
Jika mereka belajar 5 kali dalam seminggu, maka sebulan ada 20 hari. Maka untuk kartu telkomsel, akan menghabiskan Rp480 ribu/bulan Sementara untuk kartu Tri menghabiskan Rp300 ribu/bulan. Total pemakaian kuota untuk 2 anak dalam sebulan Rp780 ribu.
Apabila orang tua menggunakan paket bulanan. Salah seorang teman saya mengatakan mereka membeli paket bulanan tersebut sampai 4 kali sebulan dengan harga paket antara Rp75 ribu sampai Rp110 ribu untuk satu paket (Telkomsel) Untuk Tri antara Rp25 ribu sampai Rp60 ribu untuk satu paket.
“Yang jadi pertanyaan bagaimana jika satu keluarga punya 3 dan 4 anak?, Jika dibandingkan dengan pendapatan keluarga miskin yang penghasilannya antara Rp425 ribu – Rp1 juta atau Rp900 ribu, Maka pembelajaran online sungguh sangat memberatkan orang tua”.
“Andaikan orangtua mengalihkan pemakaian, Mereka ke wiffi (IndihHome), Maka orang tua harus mengeluarkan uang antara Rp300 ribu sampai Rp400 ribu/bulan”.
“Dengan kondisi seperti itu, Lalu apa yang dilakukan oleh pemerintah melalui Mendikbud, akan beban ini?,
Jawabannya tidak ada, rakyat pikirkan sendiri!”.
“Bisnis anda boleh saja bisnis berbasis online, tetapi ini dunia pendidikan dimana anak-anak butuh eksperimen, Proyek-proyek science, proyek-proyek metode untuk terjun langsung ke lingkungan sosial. Semua itu tidak bisa diwakili dengan bisnis berbasis online. Semoga menjadi perhatian anda pak menteri!”
Dari Akun By Lenggo Geni
“Saya tidak mengeluh, meski saya bukan turunan Sultan, Meski saya juga cukup kerepotan dengan 4 anak (2 anak SMP, 1 anak SMA, 1 kuliah ) sekolah online dan masing-masing perlu laptop, Tapi saya berempati dan lebih tepatnya turut bersedih untuk ratusan juta Rakyat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemapanan atau kesejahteraan hidup nya”.
“Keluhan di atas sangat, Wajar jika dirasakan oleh sebagian besar Rakyat Indonesia”.
Dengan saya ikut bersuara di Sosmed semoga Menteri Pendidikan Indonesia ini segera memberikan Solusi terbaik untuk Pendidikan Anak-anak Indonesia. Misalnya, Jika memang Pendidikan diberlakukan online maka ada Fasilitas gratis dari pemerintah untuk akses online tersebut Karena ini adalah pengeluaran tambahan bagi seluruh orang tua di luar Biaya pendidikan yang sudah mahal dan gejolak Ekonomi yang dirasakan masyarakat tanpa ada Solusi yang cantik dari penguasa Negeri ini.
Jika kondisi demikian dibiarkan, bukan tidak mungkin jika tahun ini akan banyak Anak-anak yang putus sekolah kasihannya anak-anak Negeri ini. (*)