Nusron Sebut Banyak sertipikat Terbit Periode 1960-1987 Tidak Memiliki Peta Bidang Tanah yang Jelas

FOTO: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid. (Properti Seskab)
FOTO: Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid. (Properti Seskab)

LEGIONNEWS.COM – JAKARTA, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, Usai menemui presiden Prabowo Subianto memberikan keterangannya kepada media di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin, 17 Februari 2025 lalu.

Kepada media Nusron Wahid, mengatakan pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis di bidang pertanahan dan tata ruang.

Kata Menteri ATR/BPN itu pertemuan itu juga membahas mengenai tumpang tindih kepemilikan sertifikat hak milik (SHM) yang sering terjadi akibat kesalahan administrasi pertanahan di masa lalu.

Menurut Nusron, banyak sertifikat yang terbit pada periode 1960-1987 tidak memiliki peta bidang tanah yang jelas, sehingga menimbulkan permasalahan kepemilikan di kemudian hari.

Advertisement

“Karena memang problemnya itu di tahun 1960-1987 ini banyak sekali ada sertifikat tidak ada peta bidang tanahnya, yang ada hanya gambar tanah tapi tidak jelas alamatnya di mana,” ujarnya.

Sebelum menghadap Presiden, Minggu 16 Februari 2025. Nusron menyerahkan sertifikat tanah warga Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara.

Usai penyerahan sertifikat tanah warga Muara Angke, Awak media sempat mempertanyakan kericuhan saat eksekusi lahan di Jalan AP Pettarani di Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Kamis (13/2/2025). Eksekusi lahan tersebut diwarnai protes dari masyarakat, terutama dari penghuni Gedung Hamrawati.

“Belum saya cek ya, nanti saya cek dulu case-nya kayak apa,” ujar Nusron usai menyerahkan sertifikat tanah warga Muara Angke, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara pada Minggu (16/02/2025) lalu.

Pagar Laut Tanggerang dan Bekasi

Salah satu topik utama yang turut dibahas Presiden saat memanggil Menteri ATR/BPN adalah kasus dugaan penyalahgunaan sertifikat tanah di wilayah Bekasi dan Tangerang, yang terkait dengan kasus “pagar laut”.

Nusron memastikan bahwa seluruh data terkait kasus tersebut telah diserahkan dan proses investigasi telah dilakukan.

“Sudah kita serahkan semua data-datanya baik yang di Tangerang maupun Bekasi. Yang Bekasi pun proses investigasi terhadap aparat kita juga sudah selesai. Mungkin besok atau lusa saya umumkan ada beberapa orang yang akan diberhentikan juga yang di Bekasi,” ungkapnya.

Nusron menambahkan bahwa di Tangerang, 193 sertifikat yang terbit di atas laut telah dibatalkan secara sukarela oleh pemegang sertifikat. Sedangkan terkait modus operandi dalam kasus pemindahan peta bidang tanah ke laut, Nusron mengungkap bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh oknum di tingkat bawah.

“Modusnya ada orang ada sertifikat jumlahnya 89 sertifikat, dimiliki 84 orang, jumlahnya 11,6 hektare. Nah ini NIB (Nomor Induk Bidang)-nya dipakai dipindah ke laut jumlahnya 79 hektare, dari 11,6 pindah ke laut yang luasnya 79,6 hektare. Yang semula pemiliknya ada 84 pemilik menjadi 11 pemilik yang salah satu diantara pemiliknya itu adalah oknum kepala desa sekitar,” jelasnya.

Advertisement