LEGIONNEWS.COM – MAKASSAR, Pasca ditangkapnya mantan Gubernur Sulsel dua periode Syahrul Yasin Limpo membuat masyarakat Indonesia prihatin. Pasalnya para tokoh politik dari Indonesia bagian timur habis dan menjadi korban keganasan politisi di pulau Jawa.
Hal itu diungkapkan oleh salah satu penikmat kopi di kota Makassar. Dia prihatin dengan kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Cara-cara kotor berpolitik saat ini seperti membumi hanguskan siapa saja yang melawan “Pak Lurah’
“Penguasa di pulau Jawa sana menghabisi tokoh politik di Indonesia timur. Terkahir kita lihat bagaimana mereka mempertontonkan pak Syahrul dengan cara menangkap nya padahal pak SYL datang besoknya sesuai undangan pemanggilan di KPK,”
“Inikan contoh buruk penegakan hukum. Bahkan hukum sudah digunakan untuk menghabisi siapa saja yang melawan penguasa,” ujar salah satu warga Makassar yang enggan namanya dipublikasikan. Sabtu petang (13/10/2023).
Dia bahkan mencontohkan Ketua umum Partai NasDem Surya Paloh yang merupakan tokoh masyarakat Aceh di Pulau Jawa.
“Pak Surya Paloh inikan orang Aceh. Punya partai, Dia dengan tagline restorasi itu menunjukan agar Indonesia jadi milik bersama dan jauh lebih baik. Coba kita lihat Anies itukan bukan murni orang jawa tapi pak Surya tidak melihat itu. Dia ingin negeri ini baik untuk semua,” katanya.
“Kita di Indonesia timur sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Kedepan bagi siapa saja tokoh politik asal Timur indonesia punya potensi menjadi tokoh nasional kalian akan tamat seperti Syahrul Yasin Limpo dan seperti Gubenur Papua Lukas Enembe. Jadi politisi dari timur di Indonesia terkahir masih ada bapak Yusuf Kalla. Yang kita tidak inginkan republik ini bubar,” kesal dia.
Pria yang pernah tinggal di provinsi ke 27 Timor-Timor (Timor Leste,red) itu mengatakan sudah merasakan bagaimana ketika Indonesia mengangkat kaki dari Timor Leste tahun 1999 silam.
“Saya punya pengalaman pahit ketika itu pemerintah Indonesia kalah saat referendum di Timor Timur. Dan kami angkat kaki. Satu permintaan kami ke para politisi di pulau jawa sana, hargai kami rakyat Indonesia yang berada di pulau Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, Maluku, dan Papua kami ini masih Indonesia,” cetus pria ini.
“Kemudian. Indonesia ini hadir karena ada kesempatan para raja-raja di Nusantara untuk bersatu membentuk negara kesatuan Republik. Misalkan saja, Raja Gowa tarik mandat bergabungnya kerajaan Gowa di dalam NKRI kan bisa kacau lagi, pasti Papua dan Maluku teriak duluan inikan bahaya,” katanya.
Jusuf Kalla
Buntut Kasus Eks Mentan SYL, Jusuf Kalla Merasa Prihatin Buntut kasus eks Mentan Syahrul Yasin Limpo (YSL) ditanggapi Wakil Presiden RI periode 2004–2009 dan periode 2014–2019 Muhammad Jusuf Kalla. Dia menilai bahwa mantan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) bisa menjalani seluruh proses hukum dengan baik.
“Saya lihat saudara Syahrul ini siap untuk menghadapi seluruh proses hukum, itu baguslah,” kata Jusuf Kalla (JK).
Jusuf Kalla menyebut dirinya merasa prihatin atas jemput paksa oleh KPK terhadap SYL.
“Ya, tentu saya merasa prihatin,” ujar JK.
Penangkapan paksa tersebut turut menarik perhatian mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Yudi Purnomo.
Yudi Purnomo mempertanyakan mengenai hal mendesak apa yang membuat KPK menangkap SYL, terlebih surat penangkapan ditandatangani langsung oleh Ketua KPK Firli Bahuri.
“Sebenarnya kewenangan penyidik itu bisa menangkap tersangka dalam kondisi apa pun, ya, entah itu surat panggilan sudah dilakukan, bahkan sprindik pun baru dikeluarkan bisalah melakukan penangkapan terhadap tersangka,” kata Yudi.
Namun, kata Yudi, penyidik juga harus mematuhi jika ternyata tidak ada hal-hal yang penting atau urgen kenapa harus buru-buru melakukan penangkapan terhadap SYL.
Apabila pemanggilan pertama dan pemanggilan kedua sebagai tersangka SYL tidak mengindahkan atau mangkir dari panggilan atau diduga bersembunyi, lanjut dia, itu perlu dilakukan penangkapan. “Akan tetapi, kalau tidak, ya, sebenarnya komunikasi sudah berlangsung dengan baik.
Kalau apa yang dilihat di pemberitaan bahwa Jumat, SYL mau datang pemanggilan yang ditunggu saja. Kalau Jumat enggak datang sesuai dengan janji, ya, bisa ditangkap. Kenapa harus buru-buru?” ujarnya. (LN)