MAKASSAR, Legion News – Pertarungan Musda X Partai Golkar Sulsel, Untuk merebut Ketua I DPD Golkar Sulsel semakin mendekat semakin memanas. Nampak kubu Nurdin Halid sudah menggunakan, “Cara-cara main kayu”(kalimat kiasan).
Lihat saja apa yang terjadi dengan DPD II Golkar Takalar seperti yang dialami oleh Sekretaris DPD II Partai Golkar Kabupaten Takalar. H. Nawir Rahman, diusulkan dicopot oleh Plt Ketua Golkar Sulsel, Nurdin Halid (NH). Menurut Nawir, sebelumnya dia dipaksa menandatangani dukungan kepada Hamka B Kady, bakal calon ketua yang dijagokan oleh NH, Nawir pun enggan memberikan tanda tangan usungan Plt.DPD I Golkar tersebut. Selasa,(28/7).
Malah hal yang menarik Nawir, menanda tangani surat dukungan ke Supriansa, Plt. Ketua Golkar Takalar, sedsngkan Plt DPD II Takalar Annas GS belum mau membubuhkan tandatangannya, Berbagai alasan yang ia lontarkan, “Biar di Jakarta saja, baru dia bubuhkan tanda tangan sebagai Ketua Plt DPD II Golkar Takalar. Tanda-tanda dukung DPD II Takalar itu nampak terisyarat dukungan Sekertaris DPD II Golkar Takalar.
Kata, “Annas GS sudah mengisyaratkan, bahwa sudah ada dukungan Takalar melalui Sekretarisnya, Nawir. Soal dia belum teken, itu urusan belakangan”.
Manuver Annas GS jelang Musda DPD I Partai Golkar Sulsel, “Anas malah menegaskan, jika dirinya punya hubungan kekerabatan dengan Supriansa”. Senin, (27/7).
Selain itu, Annas juga bilang bahwa, Keberadaannya di Partai Golkar karena diajak oleh tokoh pembaharu Golkar Sulsel, Rusdin Abdullah. “Pak Rusdin Abdullah yang mengajak saya masuk Golkar, dan mendukung Nurdin Halid menjadi Gubernur, kemarin. Itu sejarahnya saya masuk Golkar. Jadi saya tidak bisa dipisahkan Pak Rudal. Saya dukung NH di Pilgub kemarin karena diajak Pak Rudal,” ujar Annas menjelaskan jati dirinya di Golkar.
Sejak tersiar kabar H Nawir Rahman selaku sekertaris mendatangani usungan calon DPD I Golkar ke Supriansa, Rezim NH di Golkar Sulsel bakal menggusur H. Nawir dari Sekretaris Golkar Takalar. NH keberatan karena Nawir ikut menandatangani surat dukungan ke Supriansa.
Saat dihubungi awak media Menurut H. Nawir dirinya, “Oleh NH, dia dipaksakan mendukung Hamka B Kady atau Kadir Halid”.
Tapi Nawir menolaknya keras karena ia memilih mengikuti arahan Rusdin Abdullah dan sejumlah Bupati Golkar yang mendukung rekomendasi (diskresi) Ketua Umum yang diberikan ke Supriansa.
Sementara itu di Pusat kota Makassar Ketua DPD II Takalar Anas GS alias Karaeng Jalling sibuk bermanuver, ia menyambangi salah satu tokoh Golkar Sulsel, yang selama ini dikenal bersebarangan dengan NH terkait cara memimpin NH dianggap keluar dari marwah partai Golkar.
Annas GS menemui Rusdin Abdullah dibilangan pusat bisnis Makassar jalan Bolevar, Panakukang, Kota Makassar, Warkop Phoenam nampak Karaeng Jalling membisik ke Rudal sapaan lain pak Rusdin Abdullah, di saat ngopi bareng di Warkop Phoenam, Nampak Anas GS sangat serius berbicara dengan Rudal bahkan sekali-sekali membisik di telingan Rusdin Abdullah, Setelah Anas GS berbisik, Rusdin Abdullah hanya senyum-senyum saja.
Setelah berbisik, secara spontan Annas GS lalu bilang, “Sekarang saya bukan lagi penggerak massa di Golkar, tapi saya sudah jadi pemilik suara di Musda. Nah suaraku nanti, saya akan minta petunjuk Pak Rudal, begitu bos,” ujar Annas GS saat ngopi bersama Rudal di Warkop Phoenam, Jalan Bolevar, Panakukang-Makassar. Minggu, (26/7) lalu.
Ketika awak media kembali mengkonfirmasi terkait bakal dicopotnya Sekertaris DPD II Golkar Takalar Annas GS menanggapinya datar. “Ini sebenarnya pertarungan kepentingan yang membuat dilematis kami-kami. Di satu sisi, Nawir sebenarnya sudah pernah mau mundur karena mau jadi Profesor, tapi belum mundur, malah ikut mendukung Supri (panggilan Supriansa). Sedangkan saya belum tandatangan, karena posisi saya terjepit. Jadi saya bilang belakanganpi saya tentukan sikap,” ujar Annas, lugu.
Begitulah. Pertarungan faksi status quo yang dikomandani oleh NH dan faksi pembaharu yang diprakarsai oleh Rusdin Abdullah, semakin meruncing. Akhirnya Musda Golkar, ditarik oleh DPP ke Jakarta, dan penyelenggara Musda diambil alih oleh DPP. Selain tak mendapat izin karena alasan Covid-19, juga belum melunaknya sikap Nurdin Halid atas adanya diskresi dari Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto.(*)