SINJAI – Penerimaan Mahasiswa Baru telah menjadi bagian dari rutinitas setiap kampus tiap tahunnya dan menjadi ajang bagi Lembaga Internal tiap Kampus untuk memperkenalkan lembaganya dihadapan mahasiswa baru.
Namun penerimaan Maba kali ini di IAIM Sinjai nampak berbeda dari sebelum-sebelumnya, dimana lembaga kemahasiswaan tertinggi yang ada di IAIM Sinjai Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) tidak diberikan kesempatan untuk bersosialisasi di hadapan mahasiswa.
Hal tersebut pun menjadi perhatian khusus bagi Ketua MPM IAIM Sinjai Periode 2021/2022, Herul mengungkapkan bahwasanya Biro Kemahasiswaan menutup ruang kepada kami selaku Lembaga Legislatif dan Eksekutif mahasiswa
“Entah apa yang menjadi landasan pimpinan kemahasiswaan hingga kami tdk di libatkan dalam persoalan masta iaim dan tdk memberikan ruang sosialisasi,” ujarnya.
“Sedangkan kita ketahui bersama bahwasanya MPM dan DEMA adalah representasi dari mahasiswa itu sendiri, lembaga kampus yg dimana menjunjung tinggi gerakan mahasiswa, MPM dan Dema adalah lembaga tertinggi di kampus IAIM sebagai representasi dari HMP yang ada,” Lanjutnya.
“Dan juga kami sangat sayangkan karena salah satu UKM di kampus tidak diberikan ruang juga untuk perkenalan lembaga, satu-satunya lembaga ukm yang tidak di berikan kesempatan. ada apa? itu yng menjadi pertanyaan besar kepada biro kemahasiswaan, hingga kami menyampaikan hal ini kepada mahasiswa baru untuk memperingatkan kepada mereka dan untuk tekanan kepada lembaga-lembaga internal IAIM agar kiranya tidak tercekal
atau terbungkam oleh pimpinan kemahasiswaan,” tutur Herul.
Sementara itu Presiden Mahasiswa IAIM Sinjai, Astidar sangat menyayangkan kejadian tersebut dan menurutnya ini akan mengikis ruang demokrasi dan tempat mahasiswa berkarya
“Selamat datang di kampus biru kampus terpercaya, kampus yang seharusnya memberikan ruang kepada setiap lembaga kemahasiswaan untuk menyambut hangat mahasiswa baru. Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan Dewan Eksekutif Mahasiswa adalah lembaga yang menjadi representasi pimpinan birokrat akan tetapi hal ini yang sama sekali tidak mencerminkan hal tersebut dalam kegiatan masa ta’aruf ini,” ujarnya.
“Ini akan mengikis ruang demokrasi dan ruang ruang tempat mahasiswa berkarya. Dengan demikian generasi selanjutnya agar tetap lebih jeli dengan keadaan dan situasi sekarang ini,” tutup idar sapaan akrabnya. (**)