LEGIONNEWS.COM – Terkait dengan lambannya DPD II Partai Golkar Kabupaten Gowa, belakang ini menjadi sorotan. Dari sumber terpercaya legion-news.com disebutkan tidak jalannya roda organisasi akibatnya pimpinan ditingkatkan kelurahan dan desa mengeluh.
Tidak hanya itu mereka para kader dan simpatisan partai menilai, mesin partai golkar di ditingkatkan akar rumput seperti pimpinan kelurahan (Pimlur) dan Pimpinan desa (Pimades) di Gowa raya mengeluh tidak pernahnya Pimpinan DPD II Golkar Gowa melakukan konsolidasi ditingkatkan paling bawah kata sumber terpercaya itu saat ditemui di Sungguminasa. Selasa (1/2) malam.
Dia pun merasa waswas dengan kondisi golkar di Butta Sejarah itu. “Kami yang berada dibawah merasa sangat wawas dengan kondisi saat ini terhadap partai golkar di Gowa. Tidak ada sama sekali persiapan jelang pemilihan umum yang akan berlangsung tahun depan,” katanya. Selasa, (1/2) malam.
Kondisi DPD II Golkar Gowa sejak awal menjadi perhatian pengamat politik dari lembaga riset dan konsultan politik, Profetik Institute.
Saat melakukan risetnya. Lembaga ini menemukan kurang komunikasi ataupun bentuk konsolidasi ditingkatkan akar rumput di partai berlambang pohon beringin rindang itu.
Saat dimintai tanggapan terkait itu. Direktur Profetik Institute, Asratillah kepada media mengatakan ada tiga poin penting untuk menjadi perhatian DPD I Golkar Sulsel dan DPD II Partai Golkar lainnya yang ada di 24 Kabupaten di Sulawesi Selatan.
“Ada tiga hal penting untuk mengukur kekuatan sebuah partai politik di sebuah daerah,” ujar Asratillah. Rabu (2/2/2023)
“Pertama, adalah kekuatan kelembagaan parpol. Sampai sejauh mana kelengkapan infrastruktur parpol?” kata Direktur Profetik Institute ini.
“Apakah infrastruktur parpol terbentuk hingga ke tingkat akar rumput yang paling bawah. Se-solid apa infrastruktur parpol yang telah terbentuk?” tanya Asratillah.
“Dan sejauh mana militansi kader parpol yang mengisi posisi-posisi di kelembagaan partai?” sambung dia.
Asratillah; “Kedua adalah kepemipinan serta ketokohan para elit yang berada di pucuk pimpinan partai. Hal ini bisa dilihat dari kemampuan para pucuk pimpinan dalam menggerakkan mesin partai untuk merespon momen-momen politik penting di daerah. Semisal pemilihan legislatif ataupun pemilihan kepala daerah.”
Dia pun menjelaskan, Sejauh mana daya tarik atau kharisma para elit parpol dalam memasarkan parpol, sehingga figur-figur penting di sebuah daerah tertarik untuk bergabung menjadi anggota atau kader partai bersangkutan. Ketokohan dan kepemimpinan yang kuat (terutama ketua) sangat bergantung pada model komunikasi politiknya saat berelasi dengan para kader partai.
“Hal Ketiga, se-responsif apa sebuah parpol dalam menanggapi isu-isu kebijakan di sebuah daerah, termasuk aspirasi masyarakat sekaitan dengan kebutuhan mereka sebagai warga negara,” tutur Direktur Profetik Institute ini.
Saat ditanya kondisi DPD II Golkar Gowa tergambar kurang solid nya Pimcam, Pimlurdan dan Pimdes.
“Jika melihat kondisi itu tentunya sangat berdampak ada kelambanan di mesin partai golkar di Gowa,” imbuhnya
Direktur lembaga riset dan konsultan politik ini menilai kasus DPD II Golkar Gowa kemungkin yang menjadi soal faktor kekuatan kelembagaan dan kekuatan kepemimpinan pucuk pimpinan partai Golkar di Gowa yang kurang komunikasi politik antara DPD II dengan Pimcam hingga tingkatan paling bawah.
“Untuk kasus DPD II Golkar Gowa mungkin yang jadi soal adalah di faktor kekuatan kelembagaan dan kekuatan kepemimpinan pucuk pimpinan partai Golkar di Gowa,” imbuh Direktur Profetik Institute ini mengulang.
“Selain itu ada semacam gap antara ekspektasi ke 10 pimcam dengan langkah-langkah politik yang diambil oleh ketua DPD II Golkar Gowa, terutama dalam merespon tahun politik saat ini,” beber dia.
Dia pun menyampaikan perlunya kecepatan konsolidasi di DPD I Sulsel dan DPD II partai golkar Gowa menjadi hal penting. Mengingat tahun 2023 telah memasuki tahun politik jelang pilpres dan pileg di tahun 2024.
“Berarti komunikasi politik antara DPD II degan pincam mesti dibenahi, dan DPD I Golkar Sulsel bisa terlibat dalam hal ini dalam rangka mempercepat konsolidasi Golkar di Gowa,” katanya.
Perlunya menjadi catatan bagi DPD I Golkar Sulsel atau partai lainnya di Sulsel. “Sisa setahun lagi kita akan memasuki kontestasi pilpres dan pileg di tahun 2024, dan konsolidasi menjadi hal penting,” imbuh pria berkacamata tebal ini.
Dia pun kembali menjelaskan, Maka merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar semua DPD II Golkar se-Sulsel mesti melakukan konsolidasi pemenangan partai, dan ini tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja, tapi mesti dilakukan secara berkelanjutan, agar langkah-langkah politik yang telah diambil bisa dievalusi dan diadaptasi secara berkala.
“Partai Golkar di Sulsel adalah partai dengan struktur organisasi yang gemuk. Di satu sisi ini menguntungkan karena berpotensi memperbesar dan memperluas jejaring politik Golkar, tapi disisi lain secara manajerial akan sangat menyulitkan,” sambungnya.
“Sehingga agar organisasi yang gemuk ini bisa efektif, konsolidasi pemenangan secara bertahap, berkelanjutan dan bertingkat mesti dilakukan,” kunci Direktur lembaga riset dan konsultan politik ini. (LN)